Aroma hujan yang turun bernama petrikor. (Sumber gambar : Unsplas/Oleksandr Pidvalnyi)

Petrikor, Aroma Hujan yang Menyegarkan

26 December 2022   |   16:30 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Hujan selalu muncul di penghujung serta awal tahun. Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pun pencatat sebagian wilayah di Indonesia memasuki puncak musim penghujan pada Desember 2022 hingga Januari 2023. Namun di balik awal yang kelam ini, selalu ada aroma khas hujan yang menyejukkan. 

Deskripsi terhadap bau hujan bisa saja berbeda-beda pada setiap orang. Namun yang pasti, aroma tersebut sangat menyegarkan terutama ketika air hujan mulai menyentuh tanah atau rerumputan. 

Selama ini mungkin kamu hanya mengenalnya sebagai bau hujan saja. Kendati demikian, ada nama ilmiah yang disematkan terhadap bau khas air yang turun dari langit ini. 

Disebut sebagai petrichor atau pertrikor, istilah ini pertama kali muncul dari  Ilmuan Australia I.J. Bear dan R. G Thomas yang mendokumentasikan proses pembentukannya pada 1964 di jurnal Nature. Kemudian dua ilmuwan dari Institute Teknologi Massachusetts, Young Soo Joung dan Cullen R. Buie, mempelajari lebih lanjut terkait bau hujan ini pada 2015. 

Baca juga: Destinasi Wisata yang Cocok Dikunjungi Saat Musim Hujan

Dari hasil penelitian mereka, dapat disimpulkan petrikor adalah kombinasi dari senyawa kimia yang harum. Beberapa berasal dari minyak yang dibuat oleh tanaman saat periode kering. Saat hujan, minyak ini dilepaskan ke udara. Asam lemak yang mudah menguap ini, termasuk asam stearat dan asam palmitat.

Kendati demikian, kontributor utama petrikor adalah actinobacteria. Mikroorganisme kecil ini dapat ditemukan di pedesaan dan perkotaan serta di lingkungan laut. Actinobacteria menguraikan bahan organik yang mati atau membusuk menjadi senyawa kimia sederhana yang kemudian dapat menjadi nutrisi untuk mengembangkan tanaman dan organisme lain.
 

Rumput yang terkena hujan. (Sumber gambar : Unsplash/Thomas Couillard)

Rumput yang terkena hujan. (Sumber gambar : Unsplash/Thomas Couillard)


Menurut Asisten Profesor Ilmu Atmosfer di Texas A&M University, Tim Logan, selama periode kekeringan yang berkepanjangan, laju aktivitas dekomposisi actinobacteria melambat. Tepat sebelum hujan, udara menjadi lebih lembab dan tanah mulai lembab.

“Proses ini membantu mempercepat aktivitas actinobacteria dan lebih banyak geosmin terbentuk,” jelasnya dikutip Hypeabis.id dari Earthsky, Senin (26/12/2022). 

Geosmin ini merupakan molekul alkohol yang memiliki aroma kuat dengan struktur kimia yang kompleks. Senyawa organik ini berkontribusi terhadap aroma petrikor. 

Geosmin dan senyawa petrikor lainnya yang ada di tanah kemudian larut di dalam rintik hujan dan dilepaskan dalam bentuk aerosol. Aerosol ini terbawa angin ke daerah sekitarnya. “Jika curah hujan cukup deras, aroma petrikor dapat menyebar dengan cepat melawan arah angin,” jelas Logan. 

Selain petrikor yang muncul saat hujan, ada pula lho bau yang muncul sebelum hujan. Itu merupakan bau ozon. Selama badai, petir memecah molekul oksigen dan nitrogen di atmosfer. Mereka kemudian menyatu kembali menjadi oksida nitrat yang berinteraksi dengan bahan kimia lainnya di udara, lalu membentuk ozon.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Nirmala Aninda


 

SEBELUMNYA

Cek Jadwal Libur Nasional dan Cuti Bersama 2023

BERIKUTNYA

Daftar Line Up Pemain Indonesia vs Brunei Darusalam Piala AFF 2022, Egy Maulana Siap Panaskan Laga

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: