Hypereport: Meraih Cuan dari Usaha Dropshipper
17 December 2022 |
15:00 WIB
Pandemi Covid-19 dan perkembangan teknologi informasi atau digitalisasi yang terjadi di dalam negeri membuat banyak orang mendalami peluang entrepreneur. Mereka menjalani bisnis yang dilakukannya secara individu dengan memanfaatkan beragam peluang yang ada.
Salah satu dari banyak bisnis yang tercipta akibat perkembangan teknologi informasi ini adalah dropship. Mudah dan murah menjadi alasan bagi mereka untuk menjalani bisnis yang kian berkembang pesat ini.
Tia Fitriana, salah satu pelaku usaha bisnis dropship, menjalani bisnis sebagai dropshipper dengan menjual produk elektronik alat masak dari salah satu produsen ini pertama kali pada 2020 silam. Alasannya sederhana, wanita yang kerap disapa Tia itu ingin menyalurkan hobi berdagangnya. Namun, tidak memerlukan modal.
Ibu rumah tangga dengan dua anak itu tidak perlu membeli barang yang akan dijualnya atau menyetoknya. “Belum bisa mengatur keuangan untuk usaha yang stok barang. Kadang mengatur keuangan belanja juga sudah pusing. Apalagi sekarang serba naik,” kelakarnya.
Baca juga: Ini Lho 5 Perbedaan antara Reseller & Dropshipper yang Perlu Diketahui
Meski demikian, bukan berarti tidak ada modal yang keluar. Modal itu berupa kuota internet dan ketekunan dalam memasarkan produk yang dijual. Di bisnis dropship ini, dia hanya perlu mencari konsumen yang ingin membeli produk yang dijual. Setelah mendapatkan konsumen, pesanan itu pun kemudian diteruskan ke produsen atau vendor.
Segala macam urusan pengiriman barang pesanan konsumen pun menjadi urusan produsen atau vendor. Dia hanya memastikan bahwa barang yang menjadi pesanan konsumen sudah diterima atau belum karena yang berhubungan dengan konsumen adalah dirinya.
Setelah itu, komisi penjualan 10 persen pun untuk setiap barang yang terjual pun masuk ke dalam rekeningnya. Dia enggan menyebutkan besaran pendapatan yang diperoleh dengan melakoni bisnis ini. Namun, dalam satu bulan 3 produk elektronik untuk memasak bisa terjual dalam satu bulan dengan rentang harga ratusan ribu sampai dengan jutaan.
Selain sebagai dropshipper produk elektronik alat masak, dia juga menjadi dropshipper produk lainnya, yakni alat pendidikan audio visual dan perawatan tubuh & kecantikan.“[Pendapatan] Alhamdulillah ada saja lebihan untuk jajan skincare,” katanya.
Dalam menjalani bisnis ini, sejumlah tantangan pun dihadapinya. Salah satu tantangan itu adalah karakter pelanggan yang kerap harus melihat terlebih dahulu barang yang ingin dibeli sebelum memutuskan untuk membeli. Tia memasarkan produknya melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, dan aplikasi berbagi pesan melalui gawai yang dimilikinya.
Pakar Branding dan Pemasaran, Yuswohady, mengatakan bahwa bisnis dropshipper adalah bisnis yang paling mudah dan tidak memerlukan banyak modal sehingga menjadi seksi bagi banyak individu. Seseorang hanya perlu memiliki modal ketekunan untuk menjalankan bisnis, memasarkan secara digital, dan layanan konsumen.
“Dropshipper kenapa seksi? Selain light asset, kita tidak perlu banyak butuh modal,” katanya.
Tidak hanya itu, dropshipper juga dapat membuat time freedom terwujud bagi sebagian orang yang ingin memiliki kebebasan dalam mengatur waktu yang tidak dapat dimiliki dengan bekerja di perusahaan yang harus bekerja pada waktu tertentu.
Pandemi yang terjadi di dalam negeri dalam beberapa tahun membuat banyak orang mulai berpikir bahwa bekerja tidak harus di kantor. Selain itu, bisnis dropship juga menjadi menarik lantaran para pekerja di perusahaan juga dapat menjalani bisnis setelah bekerja lantaran bisnis ini sangat efisien.
Menurutnya, yang terpenting dari bisnis ini adalah memiliki konsumen, fokus di satu atau beberapa produk, menguasai pasar, memiliki hubungan dengan pasar, memiliki vendor, dan mampu menjaga hubungan baik.
Bisnis dropship akan menjadi bisnis yang menjanjikan jika ditekuni secara long term. Dia mengingatkan bahwa membangun customer base membutuhkan waktu yang tidak sebentar - terlebih saat berbicara pemasaran digital yang perlu mengenal search engine optimization (SEO) dan search engine marketing (SEM).
“Asalkan tekun, dan ditekuni secara long term, ini sangat menjanjikan. Terutama dua daya tariknya, yakni light asset artinya modal tidak besar. Kemudian time freedom. Itu menurut saya menarik tidak hanya entrepreneur, tapi juga karyawan di perusahaan,” katanya.
Yuswohady menambahkan bahwa roh dari usaha dropshipper yang tidak banyak disadari oleh para pelaku usahanya adalah brand atau merek. Menurutnya, brand adalah aset terbesar dari bisnis dropship baik itu individu maupun nama domain ketika membuat akun atau toko di platform digital.
Brand menjadi penting lantaran ada orang yang memiliki rasa kecocokan dengan brand tertentu lantaran harga, layanan, dan sebagainya. Jadi, pelaku bisnis dropship perlu membuat brand yang dimiliki menjadi jaminan mutu.
Setelah itu, pelaku usaha bisnis dropship juga penting untuk menjaga brand secara value yang dimiliki, dan tidak hanya sekedar nama. Nilai yang ditawarkan ke konsumen itu mengenai kualitas produk, kecepatan, layanan pelanggan, dan after sales service.
Pelaku usaha dropshipper perlu melakukan beberapa hal untuk menjaga value merek yang dimiliki dengan memastikan bahwa vendor atau produsen memiliki reputasi dan kredibilitas yang bagus dan terpercaya. Jadi, pelaku usaha dropshipper jangan asal memilih vendor.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Salah satu dari banyak bisnis yang tercipta akibat perkembangan teknologi informasi ini adalah dropship. Mudah dan murah menjadi alasan bagi mereka untuk menjalani bisnis yang kian berkembang pesat ini.
Tia Fitriana, salah satu pelaku usaha bisnis dropship, menjalani bisnis sebagai dropshipper dengan menjual produk elektronik alat masak dari salah satu produsen ini pertama kali pada 2020 silam. Alasannya sederhana, wanita yang kerap disapa Tia itu ingin menyalurkan hobi berdagangnya. Namun, tidak memerlukan modal.
Ibu rumah tangga dengan dua anak itu tidak perlu membeli barang yang akan dijualnya atau menyetoknya. “Belum bisa mengatur keuangan untuk usaha yang stok barang. Kadang mengatur keuangan belanja juga sudah pusing. Apalagi sekarang serba naik,” kelakarnya.
Baca juga: Ini Lho 5 Perbedaan antara Reseller & Dropshipper yang Perlu Diketahui
Meski demikian, bukan berarti tidak ada modal yang keluar. Modal itu berupa kuota internet dan ketekunan dalam memasarkan produk yang dijual. Di bisnis dropship ini, dia hanya perlu mencari konsumen yang ingin membeli produk yang dijual. Setelah mendapatkan konsumen, pesanan itu pun kemudian diteruskan ke produsen atau vendor.
Segala macam urusan pengiriman barang pesanan konsumen pun menjadi urusan produsen atau vendor. Dia hanya memastikan bahwa barang yang menjadi pesanan konsumen sudah diterima atau belum karena yang berhubungan dengan konsumen adalah dirinya.
Setelah itu, komisi penjualan 10 persen pun untuk setiap barang yang terjual pun masuk ke dalam rekeningnya. Dia enggan menyebutkan besaran pendapatan yang diperoleh dengan melakoni bisnis ini. Namun, dalam satu bulan 3 produk elektronik untuk memasak bisa terjual dalam satu bulan dengan rentang harga ratusan ribu sampai dengan jutaan.
Selain sebagai dropshipper produk elektronik alat masak, dia juga menjadi dropshipper produk lainnya, yakni alat pendidikan audio visual dan perawatan tubuh & kecantikan.“[Pendapatan] Alhamdulillah ada saja lebihan untuk jajan skincare,” katanya.
Dalam menjalani bisnis ini, sejumlah tantangan pun dihadapinya. Salah satu tantangan itu adalah karakter pelanggan yang kerap harus melihat terlebih dahulu barang yang ingin dibeli sebelum memutuskan untuk membeli. Tia memasarkan produknya melalui media sosial seperti Instagram, Facebook, dan aplikasi berbagi pesan melalui gawai yang dimilikinya.
Ilustrasi pengiriman barang. (Sumber gambar: Pexels/Kindel Media)
Pakar Branding dan Pemasaran, Yuswohady, mengatakan bahwa bisnis dropshipper adalah bisnis yang paling mudah dan tidak memerlukan banyak modal sehingga menjadi seksi bagi banyak individu. Seseorang hanya perlu memiliki modal ketekunan untuk menjalankan bisnis, memasarkan secara digital, dan layanan konsumen.
“Dropshipper kenapa seksi? Selain light asset, kita tidak perlu banyak butuh modal,” katanya.
Tidak hanya itu, dropshipper juga dapat membuat time freedom terwujud bagi sebagian orang yang ingin memiliki kebebasan dalam mengatur waktu yang tidak dapat dimiliki dengan bekerja di perusahaan yang harus bekerja pada waktu tertentu.
Pandemi yang terjadi di dalam negeri dalam beberapa tahun membuat banyak orang mulai berpikir bahwa bekerja tidak harus di kantor. Selain itu, bisnis dropship juga menjadi menarik lantaran para pekerja di perusahaan juga dapat menjalani bisnis setelah bekerja lantaran bisnis ini sangat efisien.
Menurutnya, yang terpenting dari bisnis ini adalah memiliki konsumen, fokus di satu atau beberapa produk, menguasai pasar, memiliki hubungan dengan pasar, memiliki vendor, dan mampu menjaga hubungan baik.
Bisnis dropship akan menjadi bisnis yang menjanjikan jika ditekuni secara long term. Dia mengingatkan bahwa membangun customer base membutuhkan waktu yang tidak sebentar - terlebih saat berbicara pemasaran digital yang perlu mengenal search engine optimization (SEO) dan search engine marketing (SEM).
“Asalkan tekun, dan ditekuni secara long term, ini sangat menjanjikan. Terutama dua daya tariknya, yakni light asset artinya modal tidak besar. Kemudian time freedom. Itu menurut saya menarik tidak hanya entrepreneur, tapi juga karyawan di perusahaan,” katanya.
Yuswohady menambahkan bahwa roh dari usaha dropshipper yang tidak banyak disadari oleh para pelaku usahanya adalah brand atau merek. Menurutnya, brand adalah aset terbesar dari bisnis dropship baik itu individu maupun nama domain ketika membuat akun atau toko di platform digital.
Brand menjadi penting lantaran ada orang yang memiliki rasa kecocokan dengan brand tertentu lantaran harga, layanan, dan sebagainya. Jadi, pelaku bisnis dropship perlu membuat brand yang dimiliki menjadi jaminan mutu.
Setelah itu, pelaku usaha bisnis dropship juga penting untuk menjaga brand secara value yang dimiliki, dan tidak hanya sekedar nama. Nilai yang ditawarkan ke konsumen itu mengenai kualitas produk, kecepatan, layanan pelanggan, dan after sales service.
Pelaku usaha dropshipper perlu melakukan beberapa hal untuk menjaga value merek yang dimiliki dengan memastikan bahwa vendor atau produsen memiliki reputasi dan kredibilitas yang bagus dan terpercaya. Jadi, pelaku usaha dropshipper jangan asal memilih vendor.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.