Profil Astari Rasjid, Seniman & Mantan Duta Besar RI yang Wafat di Singapura
12 December 2022 |
06:56 WIB
Kabar duka kembali menyelimuti dunia seni Indonesia. Sri Astari Rasjid, seniman sekaligus mantan Duta Besar Indonesia untuk Bulgaria, Albania, dan Makedonia periode 2016-2020 mengembuska napas terakhirnya pada Minggu, 11 Desember 2022 pukul 19.48 waktu Singapura.
Astari Rasjid pergi untuk selama-lamanyapada usia 69 tahun di Farrer Park Hospital, Singapura. Jenazahnya akan dipulangkan ke Indonesia, dan disemayamkan di rumah duka sebelum dibawa ke tempat peristirahatan terakhir di San Diego Hills, Karawang Jawa Barat.
Baca juga: Kabar Duka, Seniman Astari Rasjid Meninggal Dunia
"Almarhumah akan mulai disemayamkan hari Selasa 13 Desember 2022 pk 08:00 - 11:30 di: Ruang JOHN, Rumah Duka MRCC Siloam Semanggi. Jakarta. InsyaAllah jenazah akan diberangkatkan Ba’da Zuhur ke San Diego Hills Mercy H16, Karawang, Jawa Barat," demikian informasi pesan berantai yang diterima awak media pada Minggu, (11/12/22).
Kabar meninggalnya perupa itu pun membuat beberapa seniman Tanah Air terkejut. Butet Kartaredajasa, misalya, aktor senior dari Yogyakarta pun mengungkapkan bela sungkawanya lewat postingan Instagram @Masbutet tak lama setelah Astari meninggal.
"SELAMAT JALAN ASTARI. Sore tadi jam 17.36 saya kirim video ke mbak Astari, mendorong dia supaya optimis dapet mukjizat. Eh jam 19.48 waktu Singapore mbak Astari berpulang mendahului kita. Wuaduuuuuh… bener2 mak tratab. Selamat jalan mbak. Sumangga Gusti," tulis Butet dikutip Hypeabis.id setelah meminta persetujuan dari sang seniman.
Sri Astari Rasjid lahir di Jakarta pada 1983. Dia merupakan alumni Sastra Inggris Universitas Indonesia pada 1973. Setelah lulus, Astari lalu melanjutkan studi ke Lucy Clayton School of Fashion Design di Inggris (1976), Art Department University of Minnesota (1987), dan Art Course di Royal College of Art, Inggris (1988).
Dikutip dari galnasonline, selama aktif berkesenian, Astari sudah malang melintang dalam berbagai pameran, baik tunggal dan kolektif. Beberapa di antaranya adalah, Noktah Contemporary Art, di Amerika Serikat (1991), His/Hers Exhibition di Vanessa Art Link 798 District, Beijing - Tiongkok (2008), hingga Aku Diponegoro The Prince in Our Memory di Galeri Nasional Indonesia (2015).
Selain menghasilkan karya seni rupa, Astari juga beberapa kali ikut terlibat produksi seni pertunjukan. Termasuk kolaborasi Tari Bedoyo berjudul Garba, di Yogyakarta pada 2016, serta menjadi art director untuk pertunjukan Pulung Gelung Drupadi, yang dipentaskan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki pada 2014.
Astari diangkat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Bulgaria, Albania, dan Makedonia Utara periode 2016-2020. Selama menjabat sebagai diplomat, Istri dari Haroen Al Rasjid itu juga menuliskan aktivitasnya dalam buku Art of Diplomacy (2020).
Tak hanya itu, lewat diplomasi budayanya, Astari juga diganjar penghargaan Madara Horseman 1st Degree State Order dari Presiden Republik Bulgaria Rumen Radev di akhir masa jabatannya pada 2020.
Beberapa karya ikonik Astari adalah seni patung berjudul La Vie En Rose (2006), yang menampilkan tas tangan yang diisi dengan mawar dan senapan. Abandoning Virility (2002) yang dibuat saat merenungkan hidup dan mati, serta Armors for Change (2021), seri instalasi kebaya dari alumnunium sebagai ide jimat untuk melindungi jiwanya.
Adapun, salah satu karya terbarunya adalah pameran bertajuk Sarinah yang dipamerkan di Distrix Seni Sarinah Jakarta pada awal Juli 2022. Pada gelaran tersebut, Astari membuat karya seni wayang golek berukuran hampir 2 meter yang mengenakan kebaya dan menggendong seorang boneka anak-anak.
Dalam catatan terkait acara itu, dia mengutip pepatah lama penyair Amerika, William Ross Wallace berbunyi the hand that rocks the cradle is the hand that rules the world. “Itu adalah tangan para ibu, tangan Mothers, tangan Perempuan dan juga tangan Sarinah,” tulisnya.
Editor: Dika Irawan
Astari Rasjid pergi untuk selama-lamanyapada usia 69 tahun di Farrer Park Hospital, Singapura. Jenazahnya akan dipulangkan ke Indonesia, dan disemayamkan di rumah duka sebelum dibawa ke tempat peristirahatan terakhir di San Diego Hills, Karawang Jawa Barat.
Baca juga: Kabar Duka, Seniman Astari Rasjid Meninggal Dunia
"Almarhumah akan mulai disemayamkan hari Selasa 13 Desember 2022 pk 08:00 - 11:30 di: Ruang JOHN, Rumah Duka MRCC Siloam Semanggi. Jakarta. InsyaAllah jenazah akan diberangkatkan Ba’da Zuhur ke San Diego Hills Mercy H16, Karawang, Jawa Barat," demikian informasi pesan berantai yang diterima awak media pada Minggu, (11/12/22).
Kabar meninggalnya perupa itu pun membuat beberapa seniman Tanah Air terkejut. Butet Kartaredajasa, misalya, aktor senior dari Yogyakarta pun mengungkapkan bela sungkawanya lewat postingan Instagram @Masbutet tak lama setelah Astari meninggal.
"SELAMAT JALAN ASTARI. Sore tadi jam 17.36 saya kirim video ke mbak Astari, mendorong dia supaya optimis dapet mukjizat. Eh jam 19.48 waktu Singapore mbak Astari berpulang mendahului kita. Wuaduuuuuh… bener2 mak tratab. Selamat jalan mbak. Sumangga Gusti," tulis Butet dikutip Hypeabis.id setelah meminta persetujuan dari sang seniman.
Sri Astari Rasjid lahir di Jakarta pada 1983. Dia merupakan alumni Sastra Inggris Universitas Indonesia pada 1973. Setelah lulus, Astari lalu melanjutkan studi ke Lucy Clayton School of Fashion Design di Inggris (1976), Art Department University of Minnesota (1987), dan Art Course di Royal College of Art, Inggris (1988).
Dikutip dari galnasonline, selama aktif berkesenian, Astari sudah malang melintang dalam berbagai pameran, baik tunggal dan kolektif. Beberapa di antaranya adalah, Noktah Contemporary Art, di Amerika Serikat (1991), His/Hers Exhibition di Vanessa Art Link 798 District, Beijing - Tiongkok (2008), hingga Aku Diponegoro The Prince in Our Memory di Galeri Nasional Indonesia (2015).
Selain menghasilkan karya seni rupa, Astari juga beberapa kali ikut terlibat produksi seni pertunjukan. Termasuk kolaborasi Tari Bedoyo berjudul Garba, di Yogyakarta pada 2016, serta menjadi art director untuk pertunjukan Pulung Gelung Drupadi, yang dipentaskan di Teater Jakarta, Taman Ismail Marzuki pada 2014.
Astari diangkat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Bulgaria, Albania, dan Makedonia Utara periode 2016-2020. Selama menjabat sebagai diplomat, Istri dari Haroen Al Rasjid itu juga menuliskan aktivitasnya dalam buku Art of Diplomacy (2020).
Tak hanya itu, lewat diplomasi budayanya, Astari juga diganjar penghargaan Madara Horseman 1st Degree State Order dari Presiden Republik Bulgaria Rumen Radev di akhir masa jabatannya pada 2020.
Beberapa karya ikonik Astari adalah seni patung berjudul La Vie En Rose (2006), yang menampilkan tas tangan yang diisi dengan mawar dan senapan. Abandoning Virility (2002) yang dibuat saat merenungkan hidup dan mati, serta Armors for Change (2021), seri instalasi kebaya dari alumnunium sebagai ide jimat untuk melindungi jiwanya.
Adapun, salah satu karya terbarunya adalah pameran bertajuk Sarinah yang dipamerkan di Distrix Seni Sarinah Jakarta pada awal Juli 2022. Pada gelaran tersebut, Astari membuat karya seni wayang golek berukuran hampir 2 meter yang mengenakan kebaya dan menggendong seorang boneka anak-anak.
Dalam catatan terkait acara itu, dia mengutip pepatah lama penyair Amerika, William Ross Wallace berbunyi the hand that rocks the cradle is the hand that rules the world. “Itu adalah tangan para ibu, tangan Mothers, tangan Perempuan dan juga tangan Sarinah,” tulisnya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.