karya yang pernah ditampilkan di ajang Artjog tersebut sebagai bentuk perlawanan terhadap stigma yang ada di masyarakat tentang individu dengan keadaan disabilitas. (Sumber gambar: Hypeabis.id/ Yudi Supriyanto)

Narasi Tentang Disabilitas dalam Pameran Seni 'Berdua, Trilogi Kenyamanan'

18 October 2022   |   13:22 WIB
Image
Yudi Supriyanto Jurnalis Hypeabis.id

Profil

Dwi Putra lahir pada 10 Oktober 1963 dengan kondisi prematur 7 bulan. Masa kecil sang seniman layaknya anak kecil biasa yang bisa membaca, menulis, dan sebagainya. Namun, pada kelas 3 Sekolah Dasar (SD) ada gangguan tunarungu, yang memengaruhi kemampuan berbicara dan perilakunya.

Akibat kondisinya itu, dia menarik diri dari pergaulan di sekolah, dan mengalami kesulitan mengikuti pelajaran hingga tidak naik kelas sebanyak 2 kali. Keadaan itu membuatnya direkomendasikan ke sekolah luar biasa (SLB) tunarungu. Semula, Pak Wi enggan bersekolah, tapi 1 tahun berselang dan dia mau menempuh pendidikan di SLB. Hingga pada usia 17 sampai 20 tahun, mulai muncul keterarikan terhadap lawan jenis, yang juga memunculkan kekacauan mental pada dirinya. 

“Saya menemukan 2001 sudah lusuh, compang dan camping di jalan memunguti puntung rokok,” kata Nawa. 

Nawa pun kemudian mengajaknya melakoni aktivitas melukis kepada Pak Wi agar tidak turun ke jalan, dan pada akhirnya dia terus melukis di rumah. Saat ini, seniman itu bisa menghasilkan banyak lukisan dalam satu hari. Di pameran Bentara Budaya, pada Jumat 14 Oktober lalu, dia menghasilkan lima karya seni lukis. 

Baca jugaYuk Tamasya Seni, Ini Jadwal 5 Pameran Terbesar September-November 2022
 

Sumber gambar: Hypeabis.id/ Yudi Supriyanto

Sumber gambar: Hypeabis.id/ Yudi Supriyanto

Sang seniman juga merupakan seorang pembelajar lantaran tidak pernah sempat belajar melukis sebelum memiliki skizofrenia residual. Tidak hanya itu, berbagai media juga dapat digunakan oleh sang seniman. Selain dengan menggunakan kuas, pelukis itu juga dapat menggunakan pisau palet untuk melukis, seperti yang dilakukannya saat berada di Bentara Budaya.

“Dia juga semacam manusia pembelajar, dikasih pisau palet juga ternyata bisa dan mau,” kata Nawa. 

Dalam melukis, tema ibu dan anak adalah salah satu dari sejumlah kesukaan seniman Dwi Putra. Nawa menuturkan tema tersebut disukainya lantara dia suk dengan perempuan dan memiliki kasih sayang yang besar terhadap anak kecil. Alasan itu terlihat dari sosok ibu yang digambarkannya dalam lukisan berjudul Damai di Pelukan Ibu atau Kasih Ibu, yang terlihat teduh, sendu, dan penuh kasih. 
 

(Sumber gambar: Hypeabis.id/Yudi Supriyanto)

Sumber gambar: Hypeabis.id/Yudi Supriyanto

Selain itu, tema lainnya yang kerap dilukis adalah wayang. Di pameran ini, sejumlah karya dengan tema itu juga dapat dilihat. Salah satunya adalah seni instalasi Lukisan Wayang Banyak. Melalui karya ini, Pak Wi dan Nawa menggunakan medium akrilik dan glitter di atas kanvas, berukuran 140 cm x 96 cm. Kayar ini dibuat pada 2021. 

Adapun, Nawa menuturkan bahwa dirinya selalu memuji seniman Dwi Putra saat melukis lantaran dia terlihat layaknya anak kecil yang bekerja dan suka dipuji. Kondisi ini juga yang membuat karya-karya dalam pameran ini penuh dengan beragam warna. 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Syaiful Millah 
 
1
2


SEBELUMNYA

Pecah! Konser BTS Yet to Come in Busan Ditonton 49 Juta Orang Secara Daring

BERIKUTNYA

Ini Daftar Lengkap Pemenang Indonesia Game Awards 2022 

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: