Intip Daftar 5 Penelitian Kulit & Rambut Terbaru dari Indonesia, Ada yang Pakai Bawang Hitam Lho
20 September 2022 |
21:59 WIB
2. Penelitian terapi yang pas atasi kebotakan
Berjudul “Efektifitas dan Keamanan Kombinasi Finasteride dan Minoxidil Topikal Dibanding Minoxidil Topikal untuk Perawatan Androgenetic Alopecia pada Pria” penelitian ini dipimpin dr. Farah Faulin.
Androgenetic Alopecia (AGA) merupakan kondisi kebotakan rambut yang disebabkan oleh kerentanan rambut terhadap androgen yang memicu mengecilnya folikel rambut. Sejauh ini, terapi AGA yang dizinkan oleh Food and Drugs Administration (FDA) adalah dengan menggunakan finasteride oral dan minoxidil topikal.
Namun demikian kata Farah penggunaan finasteride oral dapat memberikan efek samping yang mengkhawatirkan bagi pasien, antara lain penurunan libido dan disfungsi ereksi. Sementara itu, menurut penelitian yang dilakukan di Eropa, pengunaan finasteride topikal dapat memberikan khasiat yang sama dengan penggunaan finasteride oral dengan kemungkinan efek samping sistemik yang lebih kecil. Kombinasi dengan minoxidil topikal juga diharapkan dapat meningkatkan efektivitas terapi.
Farah berharap melalu penelitian yang dilakukan bersama timny, dapat menjadi salah satu pilihan bagi pria untuk dapat merawat dan mengobati AGA, dengan efek samping sistemik yang lebih kecil. Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi dasar untuk penelitian lanjutan terkait efektivitas dan keamanan dalam pemberian kombinasi finasteride 0,1 persen topikal dan minoxidil 5 persen topikal sebagai salah satu pilihan terapi AGA
3. Defisiensi vitamin D terkait kebotakan usia muda
Penelitian berjudul “Hubungan Kadar Vitamin D Pada Derajat Keparahan Alopesia Androgenetik Pada Laki-laki Usia Muda” ini dimpimpin dr. Raissa. Dia menerangkan prevalensi defisiensi vitamin D di Asia Tenggara termasuk di Indonesia berkisar antara 60-70 persen.
Diketahui bahwa defisiensi kadar vitamin D (<30 nmol/L) dialami oleh 43,3 persen dan insufisiensi (31-50 nmol/L) dialami oleh 51,7 persen remaja laki-laki berusia 19-25 tahun. Hal ini menimbulkan dampak negatif, salah satunya adalah permasalahan rambut.
Meskipun telah banyak studi yang meneliti hubungan antara kadar vitamin D dengan kerontokan rambut, hingga saat ini di Indonesia belum ada studi mengenai hubungan antara kadar vitamin D dalam darah dengan keparahan Alopesia Androgenetik (AGA) pada laki-laki di usia muda.
“Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk meneliti hubungan kadar vitamin D dalam darah dengan derajat keparahan AGA pada laki-laki usia muda,” tuturnya saat memaparkan proposalnya.
Hasil penelitian ini diharapkan bisa mendapatkan temuan berbasis bukti untuk terapi tambahan dalam rangka pencegahan dan penanganan AGA. Dengan demikian kualitas hidup pasien bisa meningkat.
4. Analisis genom atasi kulit berminyak
Berjudul “Profiling Mikrobiota Menggunakan Analisis Genom Berbasis Kecerdasan Buatan untuk Kulit Berminyak-Sensitif Orang Indonesia: Sebuah Studi Awal”, penelitian ini dilakukan dr. Ruri Diah Pamela dari RS Dr. Suyoto Kementerian Pertahanan, bersama delapan rekannya.
Dia menjelaskan kulit merupakan organ tubuh terbesar manusia. Secara alami, kulit merupakan rumah dari berbagai mikroorganisme yang memiliki banyak manfaat baik untuk kesehatan kulit. Kumpulan mikroorganisme ini disebut dengan istilah mikrobiota.
Mikrobiota terdiri atas bakteri, jamur, virus, dan jenis mikroorganisme lain. Meski tidak terlihat, keberadaan mikrobiota memberi pengaruh besar terhadap kondisi kesehatan kulit sehingga mikrobiota merupakan bagian dari first line of defense yang dimiliki kulit.
Dalam jumlah yang seimbang, mikrobiota berperan penting dalam melawan infeksi dan meningkatkan imunitas. Salah satu tren yang diprediksi akan popular di masa depan adalah personalized skin treatment atau perawatan kulit yang dipersonalisasi. “Perawatan ataupun pengobatan akan disesuaikan dengan profil kulit setiap individu,” imbuhnya.
Dengan kehadiran teknologi kecerdasan buatan, menurutnya dapat memberikan perspektif baru dalam perkembangan sains mikrobiota. Ruang lingkup riset ini adalah pembuatan profil mikrobiota kulit menggunakan pengurutan genom berbasis kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang akan menjadi sebuah langkah awal dalam terobosan dermatologi yang penting.
Riset ini merupakan suatu pilot project (studi awal) yang dilakukan di Indonesia dan diharapkan dapat menyediakan data dasar penting seputar profil mikrobioma kulit pada jenis kulit sensitif-berminyak orang Indonesia. Selain itu, riset ini juga dapat dijadikan acuan dalam pengembangan terapi berbasis mikrobioma, membantu dalam penegakan diagnosis non-invasif, serta membantu pemantauan kesehatan kulit.
5. Pemetaan kulit orang Indonesia
Dipimpin dr. Henry Tanojo dengan delapan rekannya, penelitian mereka berjudul “Pemetaan Jenis Kulit Orang Indonesia dengan Klasifikasi Baumann pada Penduduk Perkotaan”. Dia menuturkan Indonesia merupakan negara multietnis dengan keragaman wilayah, garis lintang, budaya, dan sebagainya. Jenis kulit orang Indonesia pun sangat bervariasi.
Selain itu, faktor tempat tinggal, yang kemudian berkaitan dengan lingkungan dan gaya hidup, juga mempengaruhi jenis kulit. Namun sampai saat ini, belum ada penelitian yang memetakan jenis kulit masyarakat perkotaan Indonesia. “Padahal, untuk mengoptimalkan kesehatan kulit, diperlukan perawatan kulit yang tepat yang disesuaikan untuk jenis kulit tertentu,” terangnya.
Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi jenis kulit penduduk perkotaan Indonesia, yang akan membantu pasien dan dokter dalam menentukan perawatan kulit yang tepat bagi setiap individu. Selain itu, mereka ingin mendukung industri dalam menciptakan produk yang memenuhi kebutuhan setiap orang.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.