Perbedaan Kritis dan Skeptis, Jangan Sampai Salah Arti Ya!
19 September 2022 |
18:34 WIB
1
Like
Like
Like
Genhype sering bingung membedakan antara sikap skeptis dan kritis? Kedua kata ini kerap diartikan salah kaprah oleh sebagian orang. Manusia tak bisa lepas dari berbagai keputusan sehari-hari yang tampak sepele hingga serius dimana semuanya terkait dengan sikap kritis dalam menentukan pilihan hidup.
Manusia dengan kemampuan kritis membutuhkan klaim yang berdasar dari bukti nyata. Lalu, bukti nyata itu ditimbang dan dibuat penilaian melalui proses berpikir kita. Sebagai contoh mudah, saat kita mempertimbangkan memilih transportasi ke kantor. Kamu dihadapkan dengan dua pilihan, transportasi online atau transportasi publik seperti busway.
Mungkin Genhype akan mempertimbangkan jarak, biaya, hingga waktu tempuh ke kantor sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan. Ini adalah contoh kecil dari sikap kritis pada manusia yang dilakukan melalui pengambilan keputusan. Sikap kritis yang sudah biasa dilakukan ini sering kali tidak disadari oleh manusia.
Baca juga: 4 Kunci Sukses Gen Z saat Memasuki Masa Produktif
Berpikir kritis adalah prinsip dasar dari pendekatan skeptis. Kemudian, orang yang skeptis banyak menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan pemikiran kritis internal dan menganalisis motif dan tindakan mereka sendiri.
Pada hal-hal yang lebih luas, skeptisme muncul sebagai cakupan pemahaman mengenai hal yang bertentangan, yang sudah diterima oleh dunia dan bagaimana selama ini dunia mempercayai cara kerja tersebut. Sebagai contoh, pengobatan alternatif yang banyak dipercayai orang, namun belum ada metodologi yang berdasar dan belum memiliki bukti ilmiah.
Dilansir dari psmag, ahli Skeptisme D. J. Grothe menyampaikan skeptisme adalah cara terbaik untuk menemukan kebenaran yang dilakukan pemikir kritis dengan rasa keinginan nyata untuk mempelajari kebenaran tentang berbagai hal. Menurutnya, skeptis kerap disalah artikan menjadi sinis, dimana sinis cenderung hanya mengatakan tidak pada keyakinan orang lain.
Sisi sinis lebih menonjolkan penolakan spontan terhadap keyakinan orang lain, bukan mencari kebenaran yang sesungguhnya seperti yang dipelajari dalam skepstisme.
Menurutnya, skeptis mengajarkan pembuktian dari sebuah keyakinan yang memiliki bukti nyata. Sementara, kritis masih senada dengan skeptisisme dalam sains. Kritis dan skeptis membantu orang memastikan untuk mempercayai klaim dan bukti yang nyata.
“Skeptisme harus diterapkan secara luas dalam kehidupan seseorang untuk semua klaim yang didengar setiap hari, tidak hanya pada satu masalah tertentu saja,” kata D.J Grothe.
Secara umum, kritis bertujuan meluruskan pernyataan dengan pemikiran yang ada. Sedangkan skeptis cenderung pada meragukan suatu pernyataan secara keseluruhan. Skeptis berakar dari pernyataan kebenaran yang relatif, sementara kritis masih memandang suatu pernyataan bisa benar atau salah.
Kritis lebih cenderung pada menguji kebenaran pernyataan secara rasional dan empiris disertai koreksi dan pertanggungjawaban dari sebuah pernyataan, sementara skeptis lebih memuat keraguan pada segala hal secara absolut. Orang yang skeptis cenderung sulit menyatakan suatu hal benar, karena memiliki dasar permikiran bahwa kebenaran bersifat relatif tergantung pada masing-masing orang.
Baca juga: Vokalis Fourtwnty Ari Lesmana Bagikan 4 Tips Agar Anak Muda Kritis & Kreatif
Pada intinya, kritis mengajak setiap orang untuk mengoreksi dan menemukan kebenaran dari sebuah informasi atau peristiwa. Sementara orang yang skeptis cenderung cuek namun tidak menentang, melainkan lebih mengurus setiap pandangan sesuai dengan persepsi masing-masing.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Manusia dengan kemampuan kritis membutuhkan klaim yang berdasar dari bukti nyata. Lalu, bukti nyata itu ditimbang dan dibuat penilaian melalui proses berpikir kita. Sebagai contoh mudah, saat kita mempertimbangkan memilih transportasi ke kantor. Kamu dihadapkan dengan dua pilihan, transportasi online atau transportasi publik seperti busway.
Mungkin Genhype akan mempertimbangkan jarak, biaya, hingga waktu tempuh ke kantor sebelum akhirnya menjatuhkan pilihan. Ini adalah contoh kecil dari sikap kritis pada manusia yang dilakukan melalui pengambilan keputusan. Sikap kritis yang sudah biasa dilakukan ini sering kali tidak disadari oleh manusia.
Baca juga: 4 Kunci Sukses Gen Z saat Memasuki Masa Produktif
Berpikir kritis adalah prinsip dasar dari pendekatan skeptis. Kemudian, orang yang skeptis banyak menghabiskan lebih banyak waktu untuk melakukan pemikiran kritis internal dan menganalisis motif dan tindakan mereka sendiri.
Pada hal-hal yang lebih luas, skeptisme muncul sebagai cakupan pemahaman mengenai hal yang bertentangan, yang sudah diterima oleh dunia dan bagaimana selama ini dunia mempercayai cara kerja tersebut. Sebagai contoh, pengobatan alternatif yang banyak dipercayai orang, namun belum ada metodologi yang berdasar dan belum memiliki bukti ilmiah.
Dilansir dari psmag, ahli Skeptisme D. J. Grothe menyampaikan skeptisme adalah cara terbaik untuk menemukan kebenaran yang dilakukan pemikir kritis dengan rasa keinginan nyata untuk mempelajari kebenaran tentang berbagai hal. Menurutnya, skeptis kerap disalah artikan menjadi sinis, dimana sinis cenderung hanya mengatakan tidak pada keyakinan orang lain.
Sisi sinis lebih menonjolkan penolakan spontan terhadap keyakinan orang lain, bukan mencari kebenaran yang sesungguhnya seperti yang dipelajari dalam skepstisme.
Menurutnya, skeptis mengajarkan pembuktian dari sebuah keyakinan yang memiliki bukti nyata. Sementara, kritis masih senada dengan skeptisisme dalam sains. Kritis dan skeptis membantu orang memastikan untuk mempercayai klaim dan bukti yang nyata.
“Skeptisme harus diterapkan secara luas dalam kehidupan seseorang untuk semua klaim yang didengar setiap hari, tidak hanya pada satu masalah tertentu saja,” kata D.J Grothe.
Secara umum, kritis bertujuan meluruskan pernyataan dengan pemikiran yang ada. Sedangkan skeptis cenderung pada meragukan suatu pernyataan secara keseluruhan. Skeptis berakar dari pernyataan kebenaran yang relatif, sementara kritis masih memandang suatu pernyataan bisa benar atau salah.
Kritis lebih cenderung pada menguji kebenaran pernyataan secara rasional dan empiris disertai koreksi dan pertanggungjawaban dari sebuah pernyataan, sementara skeptis lebih memuat keraguan pada segala hal secara absolut. Orang yang skeptis cenderung sulit menyatakan suatu hal benar, karena memiliki dasar permikiran bahwa kebenaran bersifat relatif tergantung pada masing-masing orang.
Baca juga: Vokalis Fourtwnty Ari Lesmana Bagikan 4 Tips Agar Anak Muda Kritis & Kreatif
Pada intinya, kritis mengajak setiap orang untuk mengoreksi dan menemukan kebenaran dari sebuah informasi atau peristiwa. Sementara orang yang skeptis cenderung cuek namun tidak menentang, melainkan lebih mengurus setiap pandangan sesuai dengan persepsi masing-masing.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.