Pengalaman Traveling: Pesona Sumbar dari Bukit hingga Pantai
23 August 2022 |
15:30 WIB
Gunung, bukit, danau, sungai, hingga pantai merupakan sejumlah pesona alam yang memukau di Sumatra Barat. Hal itu yang membuat sejumlah objek wisata di Sumbar semakin ramai dikunjungi pada akhir pekan. Warga Pekanbaru, misalnya biasanya menghabiskan libur panjang ke Sumatra Barat.
Lantas, seperti apa rasanya traveling menjelajahi berbagai destinasi wisata di Sumbar? Nah, Bisnis Indonesia Weekend edisi 8 Januari 2017 pernah menurunkan laporannya tentang hal tersebut. Penulis yang juga warga Pekanbaru berbagi pengalamannya backpacker menyusuri berbagai tempat asyik di wilayah tersebut. Yuk ikuti ceritanya.
Baca juga: Pemudik, Waspada 3 Tikungan Ekstrem di Sumatra Barat
Saya yang berdomisili di Pekanbaru juga biasa menghabiskan long weekend ke Sumbar semenjak kecil. Akses perjalanan menuju Sumbar dari Kota Pekanbaru juga bisa dilalui dengan jalan darat.
Tidak sedikit, kawula muda backpacker ke Sumbar mengendarai sepeda motor. Beberapa destinasi menjadi pilihan, mendaki gunung, menikmati pesona lembah, wisata kuliner, sungai atau bersantai di pantai. Sebagai backpacker pada libur panjang awal Desember 2016, saya memulai perjalanan dari Pekanbaru, sekitar pukul 08.00 WIB menumpangi mobil teman yang juga akan berangkat ke Padang.
Tujuan pertama, melihat kebun teh yang berada di Kabupaten Solok. Saya sangat menikmati perjalanan darat di hari yang cerah itu. Memasuki jalan perbuktitan di daerah Koto Panjang untuk melihat pesona Sungai Kampar di perbatasan Riau-Sumbar dari jembatan panjang. Di sini banyak pengendara yang singgah beberapa menit di jembatan untuk mengambil foto. Kami melanjutkan perjalanan.
Sekitar empat jam berjalan, memasuki daerah Sumatra Barat kami menikmati Jembatan Kelok 9 yang berada di Kabupaten Limapuluh. Jembatan itu juga terkenal karena berada di tengah lembah yang tinggi. Setelah lebih kurang enam jam berjalan, memasuki Kabupaten Solok, kami memilih singgah untuk melihat pesona Danau Singkarak.
Di danau volcano itu, Pemerintah Provinsi Sumatra Barat selalu menggelar balap sepeda tahunan Tour de Singkarak untuk memancing wisatawan dari luar negeri. Danau itu terletak di antara Pegunungan Bukit Barisan. Kami menikmati kopi hitam hangat di pinggir danau lebih kurang setengah jam.
Setelah rileks, saya melanjutkan perjalanan, naik ke daerah perbukitan untuk melihat kebun teh. Udara semakin dingin, angin bertiup kencang memasuki Desa Kayu Aro, sentra perkebunan teh di Sumatra Barat. Sejauh mata memandang, hanya terlihat kebun teh dan di ufuk terlihat gunung yang tinggi menjulang di daerah perbukitan itu.
Hamparan hijau kebun teh yang hijau sekilas seperti Labirin di film Harry Potter, The Goblet of Fire. Menurut salah seorang pekerja Achwan, kebun teh itu merupakan milik pribadi dan swasta yang terhampar ratusan hektare hingga ke perbatasan Provinsi Jambi.
Setelah mengabadikan beberapa foto, perjalanan kembali dilanjutkan ke Padang untuk bermalam. Kami sampai di kota pantai Barat Sumatra itu sekitar pukul 20.00 WIB. Perjalanan dari Pekanbaru-Padang kami tempuh dalam waktu 12 jam. Cukup lama, karena biasanya Pekanbaru-Padang hanya di tempuh sekitar sembilan jam.
Namun, kami memilih melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Painan dan memilih bermalam di sana. Karena keesokan harinya, kami berencana untuk menghabiskan waktu seharian di Pantai Painan. Dari Kota Padang menuju Painan memakan waktu sekitar dua jam.
Untuk menyeberangi pulau itu hanya cukup membayar Rp25.000. Perjalanan menggunakan sampan bermotor itu saya nikmati dengan melihat dan mengabadikan foto-foto laut dan gunung. Sampai di Pulau Pagang, terlihat hamparan pasir putih, bersih, dan laut yang berwarna hijau.
Terlihat seperti di Pantai Lombok dan Bali. Saya mencoba menikmati wisata bawah laut untuk melihat pesona terumbu karang dan ikan-ikan kecil. Snorkeling menjadi pilihan dan petugas pantai menawari dengan biaya Rp50.000 plus fasilitas berfoto dan diajari teknik menyelam. Snorkeling, ternyata “susah-susah gampang”.
Susah karena harus mencari pose yang pas. Karena belum terbiasa berenang dengan permuakaan air terumbu karang. Selain itu, saya juga harus memanggil ikan-ikan kecil atau ubur-buru dengan memberikan pangannya agar foto terliha lebih menarik. Setelah satu jam bermain di bawah air, saya bersantai di tepi pantai sambil menikmati pendangan.
Sesekali saya mencoba mengendari jetski sendiri yang disewa per setengah jam. Saya bertolak ke Padang pada malam harinya sambil mengunjungi beberapa kerabat. Salah satu destinasi favorit Pantai Padang yaitu Tapi Lauik atau disingkat Taplau.
Tapi Lauik berarti Tepi Laut yang ditafsirkan ke Bahasa Minang, bahasa daerah setempat. Pada akhir pekan itu, Taplau ramai dikunjungi. Umumnya pengunjung berasal dari Pekanbaru dan dari daerah lain. Tidak sedikit bule atau pelancong asing terlihat di pantai tengah laut itu. Setelah tiga hari menikmati kebun teh dan pantai, esok hari saya melanjutkan ke kota wisata Bukit Tinggi selama beberapa jam. Saya berangkat dari Padang menggunakan transportasi umum.
Padang menuju Bukit Tinggi menghabiskan waktu sekitar dua jam. Kota Bukit Tinggi merupakan kota wisata di Sumatra Barat. Kota di perbukitan itu menjual beberapa destinasi seperti Jam Gadang atau menara jam tinggi sekitar 10 meter. Di objek jam Gadang di tengah Bukit Tinggi, lebih ramai dari hari biasa.
Baca juga: 5 Destinasi Wisata Belitung, Pulau di Lepas Pantai Timur Sumatra yang Memesona
Menuju kebun Binatang Taman Marga Satwa Kinantan, yang tidak jauh dari Jam Gadang cukup jalan kaki sekitar lima menit. Sore itu kebun binatang tidak begitu ramai. Di dalam kebun binatang itu terlhat rumah gadang dan beberapa satwa langka dan satwa dilindungi, seperti empat ekor harimau Sumatra, dua ekor gajah dan satwa-satwa lainnya.
Editor: Dika Irawan
Lantas, seperti apa rasanya traveling menjelajahi berbagai destinasi wisata di Sumbar? Nah, Bisnis Indonesia Weekend edisi 8 Januari 2017 pernah menurunkan laporannya tentang hal tersebut. Penulis yang juga warga Pekanbaru berbagi pengalamannya backpacker menyusuri berbagai tempat asyik di wilayah tersebut. Yuk ikuti ceritanya.
Baca juga: Pemudik, Waspada 3 Tikungan Ekstrem di Sumatra Barat
Saya yang berdomisili di Pekanbaru juga biasa menghabiskan long weekend ke Sumbar semenjak kecil. Akses perjalanan menuju Sumbar dari Kota Pekanbaru juga bisa dilalui dengan jalan darat.
Tidak sedikit, kawula muda backpacker ke Sumbar mengendarai sepeda motor. Beberapa destinasi menjadi pilihan, mendaki gunung, menikmati pesona lembah, wisata kuliner, sungai atau bersantai di pantai. Sebagai backpacker pada libur panjang awal Desember 2016, saya memulai perjalanan dari Pekanbaru, sekitar pukul 08.00 WIB menumpangi mobil teman yang juga akan berangkat ke Padang.
Tujuan pertama, melihat kebun teh yang berada di Kabupaten Solok. Saya sangat menikmati perjalanan darat di hari yang cerah itu. Memasuki jalan perbuktitan di daerah Koto Panjang untuk melihat pesona Sungai Kampar di perbatasan Riau-Sumbar dari jembatan panjang. Di sini banyak pengendara yang singgah beberapa menit di jembatan untuk mengambil foto. Kami melanjutkan perjalanan.
Sekitar empat jam berjalan, memasuki daerah Sumatra Barat kami menikmati Jembatan Kelok 9 yang berada di Kabupaten Limapuluh. Jembatan itu juga terkenal karena berada di tengah lembah yang tinggi. Setelah lebih kurang enam jam berjalan, memasuki Kabupaten Solok, kami memilih singgah untuk melihat pesona Danau Singkarak.
Di danau volcano itu, Pemerintah Provinsi Sumatra Barat selalu menggelar balap sepeda tahunan Tour de Singkarak untuk memancing wisatawan dari luar negeri. Danau itu terletak di antara Pegunungan Bukit Barisan. Kami menikmati kopi hitam hangat di pinggir danau lebih kurang setengah jam.
Setelah rileks, saya melanjutkan perjalanan, naik ke daerah perbukitan untuk melihat kebun teh. Udara semakin dingin, angin bertiup kencang memasuki Desa Kayu Aro, sentra perkebunan teh di Sumatra Barat. Sejauh mata memandang, hanya terlihat kebun teh dan di ufuk terlihat gunung yang tinggi menjulang di daerah perbukitan itu.
Hamparan hijau kebun teh yang hijau sekilas seperti Labirin di film Harry Potter, The Goblet of Fire. Menurut salah seorang pekerja Achwan, kebun teh itu merupakan milik pribadi dan swasta yang terhampar ratusan hektare hingga ke perbatasan Provinsi Jambi.
Setelah mengabadikan beberapa foto, perjalanan kembali dilanjutkan ke Padang untuk bermalam. Kami sampai di kota pantai Barat Sumatra itu sekitar pukul 20.00 WIB. Perjalanan dari Pekanbaru-Padang kami tempuh dalam waktu 12 jam. Cukup lama, karena biasanya Pekanbaru-Padang hanya di tempuh sekitar sembilan jam.
Namun, kami memilih melanjutkan perjalanan ke Kabupaten Painan dan memilih bermalam di sana. Karena keesokan harinya, kami berencana untuk menghabiskan waktu seharian di Pantai Painan. Dari Kota Padang menuju Painan memakan waktu sekitar dua jam.
Pantai Favorit
Esok harinya, sekitar pukul 09.00 WIB saya pergi ke Pantai Carocok, salah satu pantai favorit di Painan dan Sumatra Barat. Dari pantai itu, banyak destinasi pulau-pulau kecil yang bisa disinggahi seharian untuk bersantai, bermain wahanan air, snorkeling, dan sebagainya. Salah satu pulau favorit, yaitu Pulau Pagang. Akses menuju pulau itu hanya bisa dilalui dengan sampan bermotor.Untuk menyeberangi pulau itu hanya cukup membayar Rp25.000. Perjalanan menggunakan sampan bermotor itu saya nikmati dengan melihat dan mengabadikan foto-foto laut dan gunung. Sampai di Pulau Pagang, terlihat hamparan pasir putih, bersih, dan laut yang berwarna hijau.
Terlihat seperti di Pantai Lombok dan Bali. Saya mencoba menikmati wisata bawah laut untuk melihat pesona terumbu karang dan ikan-ikan kecil. Snorkeling menjadi pilihan dan petugas pantai menawari dengan biaya Rp50.000 plus fasilitas berfoto dan diajari teknik menyelam. Snorkeling, ternyata “susah-susah gampang”.
Susah karena harus mencari pose yang pas. Karena belum terbiasa berenang dengan permuakaan air terumbu karang. Selain itu, saya juga harus memanggil ikan-ikan kecil atau ubur-buru dengan memberikan pangannya agar foto terliha lebih menarik. Setelah satu jam bermain di bawah air, saya bersantai di tepi pantai sambil menikmati pendangan.
Sesekali saya mencoba mengendari jetski sendiri yang disewa per setengah jam. Saya bertolak ke Padang pada malam harinya sambil mengunjungi beberapa kerabat. Salah satu destinasi favorit Pantai Padang yaitu Tapi Lauik atau disingkat Taplau.
Tapi Lauik berarti Tepi Laut yang ditafsirkan ke Bahasa Minang, bahasa daerah setempat. Pada akhir pekan itu, Taplau ramai dikunjungi. Umumnya pengunjung berasal dari Pekanbaru dan dari daerah lain. Tidak sedikit bule atau pelancong asing terlihat di pantai tengah laut itu. Setelah tiga hari menikmati kebun teh dan pantai, esok hari saya melanjutkan ke kota wisata Bukit Tinggi selama beberapa jam. Saya berangkat dari Padang menggunakan transportasi umum.
Padang menuju Bukit Tinggi menghabiskan waktu sekitar dua jam. Kota Bukit Tinggi merupakan kota wisata di Sumatra Barat. Kota di perbukitan itu menjual beberapa destinasi seperti Jam Gadang atau menara jam tinggi sekitar 10 meter. Di objek jam Gadang di tengah Bukit Tinggi, lebih ramai dari hari biasa.
Baca juga: 5 Destinasi Wisata Belitung, Pulau di Lepas Pantai Timur Sumatra yang Memesona
Menuju kebun Binatang Taman Marga Satwa Kinantan, yang tidak jauh dari Jam Gadang cukup jalan kaki sekitar lima menit. Sore itu kebun binatang tidak begitu ramai. Di dalam kebun binatang itu terlhat rumah gadang dan beberapa satwa langka dan satwa dilindungi, seperti empat ekor harimau Sumatra, dua ekor gajah dan satwa-satwa lainnya.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.