10 Kesalahan Dasar dalam Merencanakan Keuangan Keuangan
22 August 2022 |
16:59 WIB
Gaji setiap bulan tidak berbekas. Gali lobang tutup lobang. Tidak memiliki tabungan untuk hari tua. Bila kalian mengalami satu atau semua tanda-tanda tersebut, bisa jadi keuangan kalian tengah tidak sehat. Dalam hal ini, kalian bisa saja keliru dalam merencanakan keuangan.
Untuk itulah, tidak ada salahnya kalian melakukan evaluasi untuk mencari tahu kesalahan-kesalahan apa saja yang sudah kalian lakukan di bidang perencanaan keuangan. Untuk mempermudah proses evaluasi tersebut, Hypeabis.id telah menghimpun tips dari perencana keuangan Janus Financial Farah Dini Novita terkait pedoman 10 kesalahan keuangan yang paling sering dilakukan. Apa saja itu? Berikut ini daftarnya yang dihimpun dari Bisnis Indonesia Weekend edisi Januari 2017.
“Aturan sederhana adalah dengan menggunakan peraturan 50/20/30. Jadi 50% untuk pengeluaran pokok, 20% untuk kebutuhan keuangan di masa depan, sedangkan 30% untuk kebutuhan gaya hidup,” ujarnya.
“Harus diingat juga ketika membeli rumah, maka akan ada kebutuhan untuk membeli furnitur atau biaya renovasi,” tambahnya. Ketika membeli rumah, jangan memaksakan untuk mengisi rumah selengkap–lengkapnya dalam waktu bersamaan.
Editor: Dika Irawan
Untuk itulah, tidak ada salahnya kalian melakukan evaluasi untuk mencari tahu kesalahan-kesalahan apa saja yang sudah kalian lakukan di bidang perencanaan keuangan. Untuk mempermudah proses evaluasi tersebut, Hypeabis.id telah menghimpun tips dari perencana keuangan Janus Financial Farah Dini Novita terkait pedoman 10 kesalahan keuangan yang paling sering dilakukan. Apa saja itu? Berikut ini daftarnya yang dihimpun dari Bisnis Indonesia Weekend edisi Januari 2017.
1. Besar pasak daripada tiang dan tidak ada rencana bujet
Kesalahan ini adalah masalah utama yang sering terjadi ketika penghasilan tidak lagi dapat menutupi semua pengeluaran. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah membuat rencana bujet untuk pengeluaran. Hal ini guna menghindari risiko bangkrut atau berutang terlalu besar untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.“Aturan sederhana adalah dengan menggunakan peraturan 50/20/30. Jadi 50% untuk pengeluaran pokok, 20% untuk kebutuhan keuangan di masa depan, sedangkan 30% untuk kebutuhan gaya hidup,” ujarnya.
2. Akun rekening tidak terorganisir
Idealnya adalah memiliki beberapa akun rekening dengan tujuan yang berbedabeda, mulai dari pengeluaran harian, rekening darurat, dan rekening untuk jangka pendek. Namun, banyak orang melakukan kesalahan dengan memiliki beberapa akun bank tetapi tidak ditetapkan tujuan masingmasing akun tersebut. Akibatnya, ketika ingin melakukan pengeluaran, banyak orang yang mengambil dari rekening manapun yang ada dananya.3. Tidak menyiapkan dana pensiun
Dana pensiun masih terasa lama untuk disiapkan terutama ketika kita baru bekerja. Selain itu, kita mungkin menganggap investasi pensiun bisa dilakukan setelah kebutuhan seperti membeli aset rumah atau mobi sudah terpenuhi. Padahal, semakin muda menyiapkan investasi pensiun maka semakin banyak jumlah nominal yang akan terkumpul. Mulailah investasi pensiun dari jumlah kecil kemudian tingkatkan setiap tahunnya.4. Membeli rumah yang tidak sesuai kemampuan
Memaksakan diri untuk membeli rumah di daerah elite atau rumah yang terlalu besar, tidak hanya membuat cicilan KPR semakin tinggi, tetapi juga kebutuhan untuk membayar pengeluaran rutin seperti listrik, air, dan perawatan, belum lagi pajak dari rumah tersebut.“Harus diingat juga ketika membeli rumah, maka akan ada kebutuhan untuk membeli furnitur atau biaya renovasi,” tambahnya. Ketika membeli rumah, jangan memaksakan untuk mengisi rumah selengkap–lengkapnya dalam waktu bersamaan.
5. Memilih untuk tidak membeli asuransi jiwa
Menunda membeli asuransi jiwa, sama artinya dengan melewatkan kesempatan untuk membeli asuransi jiwa dengan premi yang lebih rendah untuk jangka waktu panjang. Padahal, semakin muda membeli asuransi jiwa semakin murah premi yang dibayarkan.6. Tidak mempersiapkan dana pendidikan anak sedini mungkin
Pendidikan anak adalah salah satu pengeluaran terbesar para orangtua. Ketika dana ini tidak dipersiapkan secepat mungkin, keinginan untuk menyekolahkannya ke sekolah atau universitas terbaik hanya menjadi impian.7. Tidak ada strategi untuk keluar dari utang
Apabila memiliki banyak utang, maka harus cepat-cepat diambil langkah untuk melunasinya. Strategi yang digunakan bisa bermacam-macam, mulai dari pelunasan utang dengan bunga terbesar terlebih dahulu atau dengan nominal jumlah terkecil, hingga pengetatan pengeluaran atau menjual aset.8. Menganggap rumput tetangga selalu lebih hijau
Ketika hidup Anda dihabiskan dengan melihat orang lain, maka ini akan berakibat fatal terhadap keuangan di masa yang akan datang. Selalu menginginkan apa yang dimiliki orang lain juga tidak baik karena kondisi keuangan setiap orang berbeda-beda. Sebaiknya sesuaikan pengeluaran dengan pendapatan Anda.9. Tidak mengerti pentingnya credit score di BI Checking
Bank Indonesia (BI) Checking seringkali diremehkan masyarakat. Padahal, rekam jejak yang baik di bank sentral akan mempermudah kita mengajukan pinjaman di masa mendatang. Nama kita biasanya tercoreng jika memiliki kredit macet atau bahkan pembayaran pinjaman—dalam banyak kasus adalah kartu kredit—yang sering telat.10. Tidak menyiapkan surat wasiat
Membicarakan warisan apalagi menulis surat wasiat masih dianggap tabu. Padahal, dengan adanya surat wasiat akan meminimalisir kemungkinan terjadinya pertengakaran antaranggota keluarga. Nah, apakah salah satu dari 10 poin di atas pernah Anda lakukan? Jika iya, tidak ada salahnya untuk memperbaikinya. Tahun yang baru menjadi momen untuk merencanakan keuangan yang baru juga.Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.