Issey Miyake (Sumber gambar: Vogue Runway)

Profil Desainer Issey Miyake, Merancang Turtleneck Steve Jobs hingga Gaya Desain Lipatan

10 August 2022   |   17:11 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Like
Kabar duka datang dari dunia mode internasional. Desainer terkenal asal Jepang, Issey Miyake, meninggal dunia pada usia 84 tahun. Kantor berita Kyodo News melaporkan bahwa Miyake meninggal pada Jumat (5/8/2022) lalu di Tokyo Jepang, karena penyakit kanker hati.

Pria pemilik nama asli Kazunaru Miyake ini dikenal dengan gaya busana pleated (lipit) dan gaya yang tak kusut. Dia juga dikenal karena mendesain turtleneck hitam ikonik dari bos Apple, Steve Jobs, yang merupakan sahabatnya.

Miyake menjadi salah satu perancang busana Jepang yang dihormati karena berhasil menciptakan merek fesyen global yang berkontribusi pada upaya negaranya, menjadi tujuan internasional untuk mode dan budaya pop. Pada 2010, dia pun menerima Order of Culture, penghargaan tertinggi di Jepang dalam bidang seni.

Selain itu, sebagai desainer Jepang pertama yang tampil di Paris, Miyake adalah bagian dari gelombang revolusioner desainer yang membawa mode Jepang ke seluruh dunia, yang akhirnya membuka pintu bagi para perancang busana lain sezamannya seperti Yohji Yamamoto dan Rei Rawakubo.

Baca jugaVirgil Abloh dan Visinya sebagai Desainer Penggebrak Nilai Tradisional
 

Issey Miyake lahir di Hiroshima pada 22 April 1938. Saat berusia tujuh tahun, dia menyaksikan sekaligus selamat dari peristiwa besar Bom Atom yang menewaskan lebih dari 200.000 orang di wilayah tersebut. 

Dia lulus pada 1963 dari Tama Art University di Tokyo, di mana dia mengambil jurusan desain grafis karena fesyen saat itu tidak ditawarkan sebagai program studi di kampus tersebut. 

Pada 1965, dia kemudian pindah ke Paris, dan bekerja sebagai asisten Guy La Roche dan Givenchy. Di sana, dia menyaksikan protes mahasiswa yang terjadi pada Mei 1968, yang menginspirasinya untuk membuat pakaian untuk semua orang, bukan hanya kalangan elit.

“Sepertinya saya hadir pada saat-saat perubahan sosial yang besar, Paris pada Mei 1968, Beijing di Tiananmen, New York pada 9/11, seperti saksi sejarah," katanya dalam buku berjudul Where Did Issey Come From? karangan Kazuko Koike, dikutip dari The New York Times.
 

Miyake juga pernah bertugas di New York, dan kemudian mendirikan Miyake Design Studio di Tokyo pada tahun 1970. Dia sering menekankan bahwa dia tidak pernah menganggap dirinya sebagai seorang perancang busana.

“Apapun yang dalam mode terlalu cepat ketinggalan zaman. Saya tidak membuat mode. Saya membuat pakaian," tegasnya.

Dia juga mengatakan bahwa apa yang ingin dia buat bukanlah pakaian yang hanya untuk orang-orang dengan uang. "Itu adalah hal-hal seperti jeans dan t-shirt, hal-hal yang akrab bagi banyak orang, mudah dicuci dan mudah digunakan," imbuhnya.

Nama Issey Miyake kian dikenal dunia setelah dia mendesain turtleneck ikonik warna hitam dari Steve Jobs. Melansir dari Daily Mail, bos Apple itu diketahui meminta Miyake untuk membuatkannya beberapa turtleneck hitam yang disukainya. "Dia [Issey Miyake] membuat saya menyukai seratus turtleneck itu. Saya punya cukup untuk bertahan selama sisa hidup saya," kata Jobs.

Pada tahun 1985, Miyake meluncurkan Issey Miyake untuk pria, label yang sepenuhnya independen. Menjelang akhir tahun 1980-an, dia melakukan terobosan di bidang mode dengan fokus terutama pada eksperimen pleating atau lipatan .

Eksperimen itu lantas dikembangkan pada 1993 dan menghasilkan gaya baru yang disebut 'Pleat, Please', serangkaian potongan poliester dengan teknik lipatan baru yang digunakan pada desain.

Sejak penemuannya ini, dia pun semakin mengembangkan sederet lini mode dalam nama besar Issey Miyake yang terdiri mulai dari busana utama untuk pria dan wanita, tas, jam tangan, hingga wewangian sebelum pada akhirnya memutuskan pensiun pada tahun 1997 untuk mengabdikan dirinya pada penelitian.

Pada tahun 2016, kepada media The Guardian, Miyake mengatakan salah satu tantangan yang dihadapi para desainer masa depan adalah kenyataan bahwa orang-orang akan cenderung membatasi mengonsumsi atau fesyen.

"Kita mungkin harus melalui proses pengurangan, ini penting. Di Paris, kami menyebut orang yang membuat pakaian couturiers adalah mereka yang mengembangkan item pakaian baru, tetapi sebenarnya pekerjaan mendesain adalah membuat sesuatu yang berfungsi dalam kehidupan nyata," katanya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

Editor: Gita Carla
 

SEBELUMNYA

IU Jadi Solois Perempuan Pertama yang Tampil Jamsil Olympic Stadium

BERIKUTNYA

5 Jenis Makanan yang Mudah Dicari untuk Penderita Diabetes

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: