Yuk Kenalan dengan Tari Legong
15 April 2022 |
06:46 WIB
Bali menang terkenal dengan berbagai macam kebudayaaan, dan salah satunya adalah tari-tarian. Di daerah yang kerap disebut sebagai Pulau Dewata tersebut, salah satu tari yang terkenal adalah Tari Legong. Tak hanya menawarkan keindahan, Tari Legong sarat makna.
Dilansir dari laman Kebudayaan.kemdikbud.go.id, Tari Legong adalah sebuah tarian klasik Bali yang memiliki perbendaharaan gerak sangat komplek yang diikat oleh struktur tabuh pengiring. Gerak komplek tersebut disebut-sebut mendapatkan pengaruh dari gambuh.
Jumlah penari dalam tarian ini biasanya mencapai 2 orang atau lebih, dan yang menari acapkali adalah gadis. Dari 2 orang atau lebih penari tersebut, satu di antaranya memiliki peran Condong.
Mereka yang mendapatkan peran ini biasanya pertama kali tampil guna memulai tarian. Meskipun begitu, terdapat juga Tari Legong yang dibawa oleh sepasang atau 2 pasang penari, dan tidak menampilkan Condong.
Ciri-ciri Tari Legong di antaranya adalah para penari memakai kipas, kecuali yang berperan sebagai Condong. Kemudian, mereka tidak memakai dialog secara verbal. Penyajian lakon dalam tari ini juga secara episodic atau tidak terlalu naratif.
Kata Legong sebagai nama tarian ini disebutkan kemungkinan berasal dari kata leg yang kemudian dikombinasikan dengan kata gong. Lego mengandung arti luwes atau elastis yang dapat diartikan gerakan yang lemah-gemulai. Sementara Gong adalah gamelan.
Jadi, Legong adalah gerakan yang sangat terikat oleh gamelan yang mengiringi para penari. Adapun gamelan yang mengiringi penari ketika sedang melakukan pertunjukan atau pentas adalah gamelan Semar Pagulingan. Struktur Tari Legong pada umumnya terdiri dari Papeson, Pangawak, Pengecet dan Pakaad.
Kemudian, lakon yang biasa digunakan dalam tarian ini kebanyakan dari pada cerita Malat - khususnya kisah Prabu Lasem, cerita Kuntir dan Jobog, yakni kisah Bali Sugriwa, Legod Bawa yang merupakan kisah Brahma Wisnu saat mencari ujung dan pangkal Lingganya Siwa, Kuntul adalah kisah burung, Sudarsana (semacam Calonarang), Palayon Candrakanta, dan lain sebagainya.
Editor: Gita Carla
Dilansir dari laman Kebudayaan.kemdikbud.go.id, Tari Legong adalah sebuah tarian klasik Bali yang memiliki perbendaharaan gerak sangat komplek yang diikat oleh struktur tabuh pengiring. Gerak komplek tersebut disebut-sebut mendapatkan pengaruh dari gambuh.
Jumlah penari dalam tarian ini biasanya mencapai 2 orang atau lebih, dan yang menari acapkali adalah gadis. Dari 2 orang atau lebih penari tersebut, satu di antaranya memiliki peran Condong.
Mereka yang mendapatkan peran ini biasanya pertama kali tampil guna memulai tarian. Meskipun begitu, terdapat juga Tari Legong yang dibawa oleh sepasang atau 2 pasang penari, dan tidak menampilkan Condong.
Ciri-ciri Tari Legong di antaranya adalah para penari memakai kipas, kecuali yang berperan sebagai Condong. Kemudian, mereka tidak memakai dialog secara verbal. Penyajian lakon dalam tari ini juga secara episodic atau tidak terlalu naratif.
Kata Legong sebagai nama tarian ini disebutkan kemungkinan berasal dari kata leg yang kemudian dikombinasikan dengan kata gong. Lego mengandung arti luwes atau elastis yang dapat diartikan gerakan yang lemah-gemulai. Sementara Gong adalah gamelan.
Jadi, Legong adalah gerakan yang sangat terikat oleh gamelan yang mengiringi para penari. Adapun gamelan yang mengiringi penari ketika sedang melakukan pertunjukan atau pentas adalah gamelan Semar Pagulingan. Struktur Tari Legong pada umumnya terdiri dari Papeson, Pangawak, Pengecet dan Pakaad.
Kemudian, lakon yang biasa digunakan dalam tarian ini kebanyakan dari pada cerita Malat - khususnya kisah Prabu Lasem, cerita Kuntir dan Jobog, yakni kisah Bali Sugriwa, Legod Bawa yang merupakan kisah Brahma Wisnu saat mencari ujung dan pangkal Lingganya Siwa, Kuntul adalah kisah burung, Sudarsana (semacam Calonarang), Palayon Candrakanta, dan lain sebagainya.
Editor: Gita Carla
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.