Ilustrasi Teru-teru Bozu (Sumber gambar: Pexels/ Maggie Zhan)

Enggak Cuma di Indonesia, 3 Negara Ini Juga Punya Ritual Penangkal Hujan

21 March 2022   |   18:27 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Profesi pawang hujan menjadi bahan perbincangan di jagat dunia maya usai gelaran MotoGP Mandalika akhir pekan kemarin. Aksi Rara Isti Wulandari atau yang akrab disapa Mbak Rara menangkal hujan di Sirkuit Mandalika memicu perhatian sekaligus perdebatan banyak orang.

Meski demikian, di luar sejumlah pro dan kontranya, profesi pawang hujan sendiri sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia. Biasanya, orang-orang akan menggunakan jasa pawang hujan untuk acara-acara tertentu seperti pernikahan. Sang empunya hajat biasanya menginginkan agar acara mereka berjalan lancar tanpa ada gangguan seperti hujan.

Selain acara pernikahan, pawang hujan juga biasanya akan beraksi untuk acara-acara konser musik atau seni di luar ruangan (outdoor). Biasanya pihak penyelenggara memberdayakan pawang hujan untuk mencegah turunnya hujan, agar acara tersebut terus berjalan.

Praktik penangkal hujan bukan hanya terjadi di Indonesia. Sebab, beberapa negara juga memiliki tradisi penangkal hujan dengan ciri khasnya seperti yang telah dirangkum Hypeabis.id dari berbagai sumber berikut ini.
 

1. Teru Teru Bozu (Jepang)

Di Jepang, untuk menolak hujan mereka mempercayai boneka putih yang digantung di jendela. Boneka itu disebut Teru Teru Bozu. Boneka ini terbuat dari kertas atau kain putih yang digantung di tepi jendela dengan menggunakan benang.

Jimat ini diyakini memiliki kekuatan ajaib yang mampu mendatangkan cuaca cerah dan menghentikan atau mencegah hujan. Dalam bahasa Jepang, teru adalah kata kerja yang berarti "bersinar" atau "cerah", dan bozu dapat berarti biksu.

Teru teru bozu menjadi populer selama zaman Edo di antara masyarakat urban, di mana anak-anak membuatnya untuk memohon cuaca baik sehari sebelumnya dan bernyanyi "pendeta cuaca baik, cerahkan cuaca esok hari."

Secara tradisional, jika cuaca berubah cerah, boneka-boneka itu akan digambari mata (bandingkan dengan daruma), sesajen berupa sake suci dituangkan pada mereka, kemudian dihanyutkan di sungai.

Saat ini, anak-anak membuat teru teru bozu dari tisu atau kapas dan benang lalu menggantungnya di jendela ketika mengharapkan hari yang cerah, seringkali sebelum hari piknik sekolah. Menggantungnya secara terbalik berarti memohon agar hujan turun. Bahkan, satu lagu anak-anak dibuat dan dinyanyikan saat membuatnya.
 

r

Pawang hujan yang bertugas di ajang MotoGP Mandalika, Rara Isti Wulandari (Sumber gambar: MotoGP Official Twitter)

2. Ritual Suku Pedi (Afrika Selatan)

Di Afrika Selatan, tukang pengusir dan pemanggil hujan berasal dari Suku Pedi. Sang pawang hujan disebut dengan "Moroka". Tradisi ini dilakukan dengan memberikan uang atau persembahan kepada Moroka agar dapat memilih awan yang menghasilkan hujan. Semakin besar persembahan yang dikeluarkan, maka hasilnya pun akan lebih bagus.

Benda-benda yang biasa digunakan Moroka untuk memanggil hujan adalah tanduk ajaib yang ditempatkan di gua, bir dan jagung. Prosesi ritualnya yakni anak gadis dan laki-laki perjaka bersama para tetua dengan memukul-mukul tongkat ke tanah sambil berteriak "pula, pula, pula" atau 'hujan, hujan, hujan' beberapa kali.

Sementara untuk menolak hujan, dahulu Suku Pedi menggunakan kulit dahi sapi. Namun, belakangan diganti jadi sepatu kulit dahi sapi. Benda itu akan dibawa perempuan tua sepanjang upacara. Ketika upacara selesai, perempuan tersebut bisa melepas sepatu tersebut dari punggungnya. Sesaat setelah sepatu dilepas, dipercaya hujan akan mulai turun.

(Baca juga: Ramai Soal Pawang Hujan, Begini Sejarahnya yang telah Ada Sejak Zaman Purba)


3. Serai dan Gadis Perawan (Thailand)

Cara ritual di Thailand ini mirip dengan yang ada di Indonesia. Di Indonesia, biasanya pawang hujan akan menancapkan cabai dan bawang pada lidi kemudian menancapkannya ke tanah.

Hampir serupa, di Thailand, seorang pawang hujan akan menancapkan serai dengan posisi terbalik. Serai yang ditancapkan juga harus berada di tanah seorang gadis perawan, yang sekaligus harus bertindak sebagai pawang hujannya. Dengan ritual ini, masyarakat meyakinan hujan akan berhenti. 


Editor: Gita Carla

SEBELUMNYA

Met Gala 2022 kembali dengan Tema Perjalanan Mode di Amerika

BERIKUTNYA

Catat Tanggalnya, Film Scream 6 Akan Tayang Perdana pada 2023

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: