Pemandangan di sekitar Gunung Rinjani/TNGR

Rinjani, Gunung Favorit Pendaki Gunung

06 May 2021   |   18:09 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Indonesia terletak pada pusat pertemuan dua pegunungan muda, yaitu pegunungan sirkum Mediterania dan pegunungan Sirkum Pasifik, sehingga negeri ini menjadi salah satu negara yang memiliki gunung terbanyak di dunia.

Dari sekian banyak gunung yang ada Indonesia, beberapa di antaranya merupakan tujuan favorit para pendaki. Sebabnya, gunung-gunung tersebut memiliki pemandangan spektakuler yang hanya bisa kita nikmati saat kita mendakinya.
Selain pemandangannya yang indah dan menakjubkan serta udara yang segar, pegunungan memiliki kondisi geografis dan ekologi yang berbeda-beda dan memancarkan pesonanya masing-masing.

Cecilia Vita, Ketua Assosiasi Pendaki Gunung Indonesia (APGI) menuturkan dalam 10 tahun terakhir Wisata Petualangan khususnya gunung menjadi salah satu wisata minat khusus yang sangat diminati, tidak hanya oleh para petualang domestik, tetapi juga mancanegara. Beberapa di antaranya adalah wisata pendakian gunung dan wisata air dengan arung jeram.

Tingkat kunjungan di kawasan pendakian menjadi sangat tinggi karena keinginan pendaki yang ingin melihat indahnya Indonesia. “Para Tour Operator, atau pebinis wisata petualangan, berlomba meningkatkan kualitas perjalanannya, dan mensertifikasi para pemandunya," paparnya.
 

Pemandangan sekitar Gunung Rinjani

Pemandangan sekitar Gunung Rinjani/TNGR



Salah satu gunung favorit pendaki adalah Rinjani, gunung yang masuk ke dalam seven summit Indonesia.
Danau Segara Anak, kawah Gunung Barujari, padang savana, pertemuan flora dan fauna tipe Asia dan Australia, pemandian air panas yang alami, air terjun, goa, hingga matahari terbenam dari Plawangan Sembalun menampakkan eksotisme Rinjani yang tak terlupakan.

Tak ayal kuota 150 pendaki di empat jalur pendakian utama yakni Sembalun, Senaru, Aik Berik, dan Timbanuh selalu penuh setiap tahunnya. Pada saat pagebluk virus corona (Covid-19) menyambangi Indonesia, kuota pendakian Gunung Rinjani dikurangi menjadi 50?ngan 3 hari 2 malam.

Hal ini berbeda dengan kebanyakan gunung lainnya yang diberi kuota pendaki hanya 30?ngan waktu menginap 2 hari 1 malam. Nyatanya memang Rinjani menjadi tempat favorit karena memiliki kondisi pendakian terindah di Indonesia.
Di balik keindahan yang ditawarkan, gunung tertinggi kedua di Indonesia ini tidak terlepas dari permasalahan sampah milik para pendaki yang berserak di sepanjang jalur pendakian.

Mengatasi masalah ini, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) pun rutin menggelar kegiatan clean up atau bersih sampah di jalur pendakian, dibantu dengan kelompok masyarakat adat. Namun, kesadaran para pendaki menjadi hal yang paling utama untuk menjaga Rinjani selalu berseri.

Kepala Balai (TNGR) Dedy Asriady mengatakan untuk meningkatkan kesadaran, mereka pun memberi sanksi bagi para pendaki yang tidak membawa sampahnya turun dari pendakian.

"Tidak bawa sampah turun, tidak melakukan check in-check out, tidak mematuhi aturan, kami blacklist. Kita harus edukasi pendaki bahwa kegiatan wisata harus bertanggung jawab dan bukan berarti kebebasan," ujarnya.
 

Pemandangan Gunung Rinjani

Pemandangan Gunung Rinjani/TNGR



Pihaknya juga gencar melakukan kampanye untuk pelestarian di kawasan TNGR secara langsung maupun menggunakan media sosial. Tak hanya itu, monitoring terhadap hewan endemik seperti celepuk atau burung hantu Rinjani turut dilakukan demi menjaga populasinya.

Tak sendiri, TNGR melibatkan semua pihak agar gunung yang memiliki ketinggian 3.726 meter di atas permukaan laut ini menjadi destinasi wisata kelas dunia. Pengelolaan kawasan TNGR bukan hanya dilakukan balai, tetapi juga melibatkan pemerintah provinsi hingga masyarakat setempat mengingat Rinjani menjadi tulang punggung bagi mereka.

Rinjani adalah pusat air di Kabupaten Lombok Utara, Lombok Timur, dan Lombok Tengah. Rinjani juga menjadi tempat budaya dan ritual seluruh umat beragama di sana."Tugas kami bukan sekadar menjaga Gunung Rinjani, tugas utama itu menjaga peradaban Lombok," tegas Dedy.

Karena menjadi pusat peradaban, wisata di kawasan TNGR kuat dengan muatan lokal dan budaya. Tak terkecuali di jalur pendakian Sembalun dan Senaru yang baru diperbaiki pascarusak akibat gempa 2018 silam. Berikutnya perbaikan dengan kandungan lokal juga berlaku di jalur Aik Berik, dan Timbanuh.

Begitu pula di 17 wisata non-pendakian seperti Joben Ecopark yang mendekatkan wisatawan dengan alam dan masyarakat lokal di kaki Gunung Rinjani.

Wahana yang berlokasi di wilayah Resort Joben, SPW II, Balai Taman Nasional Gunung Rinjani, Desa Pesanggrahan, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur ini menawarkan berbagai aktivitas mulai dari camping, outbond, pendidikan konservasi seperti pembibitan pohon, pengenalan flora dan fauna, dan penanaman pohon.

Joben Ecopark juga menawarkan jelajah hutan, pengamatan burung) di kawasan hutan Rinjani hingga melakukan aktivitas masyarakat lokal dalam kegiatan pemanfaatan biogas, perikanan, dan pertanian.
Dedy menambahkan inovasi akan terus dikembangkan untuk menarik minat wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke TNGR. Contohnya seperti rencana pembangunan Kereta Gantung Rinjani (KGR) maupun beragam festival.

Editor: Purboyo

SEBELUMNYA

Ingin Jualan Laris Manis Saat Ramadan? Simak Tips Ini Yuk!

BERIKUTNYA

Mau Sukses Lewat TikTok? Ini Rahasianya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: