Save Our Soccer Desak Penerapan Prokes Ketat di Liga 1
30 January 2022 |
09:19 WIB
Save Our Soccer mendorong PT Liga Indonesia Baru untuk menerapkan protokol kesehatan secara ketat atau menghentikan Liga 1 jika tidak dapat menjalankannya. Sejumlah kontestan Liga 1 mengalami kebingungan lantaran ditemukannya sejumlah pemain yang positif Covid-19.
Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer, menilai PT Liga Indonesia Baru lalai dalam menjalankan regulasi protokol kesehatan di Liga 1 Indonesia. Sejumlah kontestan Liga 1 kelimpungan lantaran pemainnya ada yang terpapar Covid-19, dan harus menjalankan karantina.
Setelah 4 pemain Arema, kini giliran 9 pemain Persib, 3 pemain Persebaya, dan beberapa pemain dari sejumlah klub juga terpapar dan harus menjalani isolasi mandiri.
Bila tidak disiplin menjalankan protokol kesehatan, dia menuturkan virus Covid-19 bisa saja menyebar ke klub lainnya. "[Lalai] Sejak Seri 2 sistem bubble to bubble [gelembung ke gelembung] kendur ditegakkan," katanya.
Dia menuturkan para pemain bebas keluar hotel dan makan di warung atau restoran bersama dengan kolega. Tidak hanya itu, banyak orang hilir mudik masuk ke dalam hotel, dan kondisi tersebut sangat disayangkan olehnya. "Apalagi, saat Seri 4 di Bali. Semua bablas. Para pemain bebas jalan-jalan ke tempat umum," katanya.
Padahal, menurutnya, pemerintah sudah mengingatkan soal penyebaran pandemi Covid-19 varian Omicron yang mengalami peningkatan di dalam negeri. Di Bali, misalnya, kasus positif sudah mencapai 325 kasus per hari.
Dia meminta Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan LIB menegakkan regulasi dan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Sistem bubble atau gelembung, harus harus dilaksanakan dengan benar.
"Tidak boleh lagi para pemain, ofisial, dan manajemen bebas keluyuran dari pantai ke pantai, kafe ke kafe, atau berkumpul di luar bubble-nya. Vaksin booster juga harus segera dilakukan," katanya.
Menurutnya, kedisiplinan perlu ditegakkan demi menjaga kesehatan dan keselamatan bersama. Selain itu, LIB dan PSSI juga perlu mengevaluasi pertandingan yang berlangsung hingga larut malam, yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Editor: Roni Yunianto
Akmal Marhali, Koordinator Save Our Soccer, menilai PT Liga Indonesia Baru lalai dalam menjalankan regulasi protokol kesehatan di Liga 1 Indonesia. Sejumlah kontestan Liga 1 kelimpungan lantaran pemainnya ada yang terpapar Covid-19, dan harus menjalankan karantina.
Setelah 4 pemain Arema, kini giliran 9 pemain Persib, 3 pemain Persebaya, dan beberapa pemain dari sejumlah klub juga terpapar dan harus menjalani isolasi mandiri.
Bila tidak disiplin menjalankan protokol kesehatan, dia menuturkan virus Covid-19 bisa saja menyebar ke klub lainnya. "[Lalai] Sejak Seri 2 sistem bubble to bubble [gelembung ke gelembung] kendur ditegakkan," katanya.
Dia menuturkan para pemain bebas keluar hotel dan makan di warung atau restoran bersama dengan kolega. Tidak hanya itu, banyak orang hilir mudik masuk ke dalam hotel, dan kondisi tersebut sangat disayangkan olehnya. "Apalagi, saat Seri 4 di Bali. Semua bablas. Para pemain bebas jalan-jalan ke tempat umum," katanya.
Padahal, menurutnya, pemerintah sudah mengingatkan soal penyebaran pandemi Covid-19 varian Omicron yang mengalami peningkatan di dalam negeri. Di Bali, misalnya, kasus positif sudah mencapai 325 kasus per hari.
Dia meminta Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) dan LIB menegakkan regulasi dan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat. Sistem bubble atau gelembung, harus harus dilaksanakan dengan benar.
"Tidak boleh lagi para pemain, ofisial, dan manajemen bebas keluyuran dari pantai ke pantai, kafe ke kafe, atau berkumpul di luar bubble-nya. Vaksin booster juga harus segera dilakukan," katanya.
Menurutnya, kedisiplinan perlu ditegakkan demi menjaga kesehatan dan keselamatan bersama. Selain itu, LIB dan PSSI juga perlu mengevaluasi pertandingan yang berlangsung hingga larut malam, yang dapat menurunkan daya tahan tubuh.
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.