WWF dan Uncen Luncurkan Buku Panduan untuk Pemandu Ekowisata Burung di Papua
21 January 2022 |
15:19 WIB
Papua adalah salah satu tempat di Indonesia yang kayak akan keragaman hayatinya, salah satunya adalah keragaman hewan burung. Keragaman ini pula yang kerap membuat Papua dijadikan sebagai tujuan ekowisata pengamatan burung.
Untuk memberikan panduan lapangan bagi pemandu ekowisata pengamatan burung di Papua, Universitas Cenderawasih (Uncen) meluncurkan buku panduan. Dalam rilis yang diterima oleh Hypeabis.id, panduan tersebut dirilis dengan memanfaatkan hasil survei keragaman jenis burung di wilayah dataran rendah Papua bagian utara dan pulau-pulaunya.
Hasil survei yang dilakukan oleh Uncen dan Yayasan WWF Indonesia Program Papua dalam kurun waktu 2016-2019 ini, juga menjadi dasar pengembangan program ekowisata pengamatan burung berbasis masyarakat di beberapa lokasi, seperti Kampung Rhepang Muaif dan Sawesuma di Kabupaten Jayapura, Kampung Sawendui, dan Aryoubu di Kabupaten Kepulauan Yapen.
Rektor Universitas Cenderawasih, Apolo Safanpo, mengatakan pihaknya berupaya meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan pendidikan tinggi kepada masyarakat. “Buku ini diharapkan memberikan manfaat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan memperkuat peran kampus dalam pengabdian masyarakat,” katanya.
Sementara itu Akademisi Universitas Cenderawasih, Dirk Y. P. Runtuboi, menuturkan bahwa identifikasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan berkelanjutan merupakan salah satu fokus penelitian yang dilakukan oleh Universitas Cenderawasih.
Buku ini memuat deskripsi 114 jenis burung dari 212 spesies yang tersebar di dataran rendah Papua, sehingga sangat representatif dijadikan salah satu acuan dalam pengamatan dan identifikasi burung, khususnya bagi masyarakat dan para pecinta burung, untuk turut serta menjaga dan melestarikan burung-burung di Papua.
Wika Rumbiak, Manager Program Papua Yayasan WWF Indonesia, mengatakan selain sebagai panduan beraktivitas oleh pemandu ekowisata, buku ini juga merupakan sumber informasi dan edukasi bagi wisatawan. “Bahwa burung-burung tersebut adalah satwa yang dilindungi dan pemanfaatannya hanya sebagai aset wisata berkelanjutan dan tidak boleh diperdagangkan atau dijadikan buah tangan,” katanya.
Dia menambahkan buku panduan ini juga merupakan bagian dari dokumentasi budaya setempat karena dilengkapi dengan bahasa lokal.
Editor: Gita
Untuk memberikan panduan lapangan bagi pemandu ekowisata pengamatan burung di Papua, Universitas Cenderawasih (Uncen) meluncurkan buku panduan. Dalam rilis yang diterima oleh Hypeabis.id, panduan tersebut dirilis dengan memanfaatkan hasil survei keragaman jenis burung di wilayah dataran rendah Papua bagian utara dan pulau-pulaunya.
Hasil survei yang dilakukan oleh Uncen dan Yayasan WWF Indonesia Program Papua dalam kurun waktu 2016-2019 ini, juga menjadi dasar pengembangan program ekowisata pengamatan burung berbasis masyarakat di beberapa lokasi, seperti Kampung Rhepang Muaif dan Sawesuma di Kabupaten Jayapura, Kampung Sawendui, dan Aryoubu di Kabupaten Kepulauan Yapen.
Rektor Universitas Cenderawasih, Apolo Safanpo, mengatakan pihaknya berupaya meningkatkan kinerja dan mutu pelayanan pendidikan tinggi kepada masyarakat. “Buku ini diharapkan memberikan manfaat untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dan memperkuat peran kampus dalam pengabdian masyarakat,” katanya.
Sementara itu Akademisi Universitas Cenderawasih, Dirk Y. P. Runtuboi, menuturkan bahwa identifikasi keanekaragaman hayati dan pemanfaatan berkelanjutan merupakan salah satu fokus penelitian yang dilakukan oleh Universitas Cenderawasih.
Buku ini memuat deskripsi 114 jenis burung dari 212 spesies yang tersebar di dataran rendah Papua, sehingga sangat representatif dijadikan salah satu acuan dalam pengamatan dan identifikasi burung, khususnya bagi masyarakat dan para pecinta burung, untuk turut serta menjaga dan melestarikan burung-burung di Papua.
Wika Rumbiak, Manager Program Papua Yayasan WWF Indonesia, mengatakan selain sebagai panduan beraktivitas oleh pemandu ekowisata, buku ini juga merupakan sumber informasi dan edukasi bagi wisatawan. “Bahwa burung-burung tersebut adalah satwa yang dilindungi dan pemanfaatannya hanya sebagai aset wisata berkelanjutan dan tidak boleh diperdagangkan atau dijadikan buah tangan,” katanya.
Dia menambahkan buku panduan ini juga merupakan bagian dari dokumentasi budaya setempat karena dilengkapi dengan bahasa lokal.
Editor: Gita
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.