Di Balik Kenikmatan A Cup of Java
12 May 2021 |
07:39 WIB
Aroma kopi nan harum terasa begitu menggoda. Siapa sangka kopi yang mampu menghipnotis para penggemarnya di seluruh dunia ini, berasal dari daratan Afrika tepatnya di dataran tinggi Ethiopia, Afrika.
Kopi mendunia pada awalnya berkat jasa para pedagang Arab yang membawa biji kopi dari Afrika ke Yaman. Di tempat baru kopi dibudidayakan dan ditanam secara masal. Dari situ, hasil panen kopi diolah menjadi minuman dan komoditas komersial yang mulai dipasarkan ke berbagai belahan dunia dari, Asia sampai ke Eropa melalui pelabuhan Mocha di Yaman.
Pada abad ke-17, Eropa mulai mengembangkan perkebunan kopi sendiri. Sayangnya, iklim di Eropa tidak cocok. Mereka pun mencoba membudidayakannya ke berbagai negara jajahan, termasuk ke Indonesia.
Bibit kopi pertama kali dibawa ke Indonesia oleh Gubernur Belanda di Malabar (India), diberikan kepada Gubernur Jenderal Belanda di Batavia Joan van Hoorn pada 1696. Belanda membawa bibit kopi Yaman atau yang lebih dikenal dengan nama kopi arabika.
Bibit kopi ditanam di Kedawung, suatu perkebunan yang terletak di dekat Batavia. Usaha tersebut awalnya gagal akibat bencana alam. Belanda kemudian mendatangkan lagi stek pohon kopi ke Indonesia pada 1699.
Penanaman kopi itu ternyata sukses, dan biji kopi hasil panen dikirim ke Amsterdam, Belanda pada tahun 1706 untuk diteliti.
Ternyata, kopi dari Jawa ini memiliki kualitas yang sangat baik, dan kemudian dijadikan sebagai bibit bagi seluruh perkebunan di pulau Jawa.
Hasil panen perkebunan dari Jawa diekspor ke Eropa melalui perusahaan dagang Belanda, VOC pada 1711. Kopi Jawa pun menjadi terkenal di pasar dunia. Bangsa Eropa kerap menyebut secangkir kopi ini dengan istilah a Cup of Java.
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil biji kopi terbesar di dunia. Varian kopi yang dihasilkan pun bermacam-macam. Kenikmatannya pun sudah dikenal di berbagai belahan dunia.
Kehadiran kopi di Tanah Air tidak lepas dari para pedagang VOC. Setelah sukses mengembangkan kopi di Jawa, Belanda memperluas areal budi daya kopi ke Sumatera, Sulawesi, dan Bali.
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah kemudian menasionalisasi perusahaan kopi milik Belanda melalui Peraturan Pemerintah RI No. 29 Tahun 1960 Tentang Penentuan Perusahaan Pertanian Milik Belanda yang dikenakan Nasionalisasi. Perusahaan yang dinasionalisasi antara lain perkebunan kopi Pandan di Banyuwangi milik N.V. Besuki Rubber Mij.
Hampir semua wilayah Indonesia menghasilkan kopi. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian, lima daerah penghasil utama kopi di Tanah Air adalah Sumatra Selatan, Lampung, Sumtara Utara, Aceh, dan Jawa Timur.
Ditjen Kekayaan Intelektual Kemenkumham, GAEKI, 2019, mencatat ada 31 jenis kopi di Indonesia yang sudah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis. Antara lain Kopi Robusta Semendo, Kopi Arabika Sumatera Simalungun, Kopi Robusta Lampung, Kopi Arabika Toraja, Kopi Arabika Kintamani Bali, Kopi Arabika Gayo, dan Kopi Arabika Flores Bajawa.
Setiap 1 Oktober, dunia memperingati Hari Kopi Internasional. Seluruh dunia merayakan, mulai dari petani, roaster, barista, pemilik kedai kopi, dan siapa pun yang telah bekerja keras untuk menciptakan dan menyajikan minuman yang dicintai oleh semua orang.
Editor: Dika Irawan
Kopi mendunia pada awalnya berkat jasa para pedagang Arab yang membawa biji kopi dari Afrika ke Yaman. Di tempat baru kopi dibudidayakan dan ditanam secara masal. Dari situ, hasil panen kopi diolah menjadi minuman dan komoditas komersial yang mulai dipasarkan ke berbagai belahan dunia dari, Asia sampai ke Eropa melalui pelabuhan Mocha di Yaman.
Pada abad ke-17, Eropa mulai mengembangkan perkebunan kopi sendiri. Sayangnya, iklim di Eropa tidak cocok. Mereka pun mencoba membudidayakannya ke berbagai negara jajahan, termasuk ke Indonesia.
Bibit kopi pertama kali dibawa ke Indonesia oleh Gubernur Belanda di Malabar (India), diberikan kepada Gubernur Jenderal Belanda di Batavia Joan van Hoorn pada 1696. Belanda membawa bibit kopi Yaman atau yang lebih dikenal dengan nama kopi arabika.
Ilustrasi kopi/Himawan L. Nugraha
Bibit kopi ditanam di Kedawung, suatu perkebunan yang terletak di dekat Batavia. Usaha tersebut awalnya gagal akibat bencana alam. Belanda kemudian mendatangkan lagi stek pohon kopi ke Indonesia pada 1699.
Penanaman kopi itu ternyata sukses, dan biji kopi hasil panen dikirim ke Amsterdam, Belanda pada tahun 1706 untuk diteliti.
Ternyata, kopi dari Jawa ini memiliki kualitas yang sangat baik, dan kemudian dijadikan sebagai bibit bagi seluruh perkebunan di pulau Jawa.
Hasil panen perkebunan dari Jawa diekspor ke Eropa melalui perusahaan dagang Belanda, VOC pada 1711. Kopi Jawa pun menjadi terkenal di pasar dunia. Bangsa Eropa kerap menyebut secangkir kopi ini dengan istilah a Cup of Java.
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara penghasil biji kopi terbesar di dunia. Varian kopi yang dihasilkan pun bermacam-macam. Kenikmatannya pun sudah dikenal di berbagai belahan dunia.
Kehadiran kopi di Tanah Air tidak lepas dari para pedagang VOC. Setelah sukses mengembangkan kopi di Jawa, Belanda memperluas areal budi daya kopi ke Sumatera, Sulawesi, dan Bali.
Ilustrasi petani kopi/Himawan L Nugraha
Setelah Indonesia merdeka, pemerintah kemudian menasionalisasi perusahaan kopi milik Belanda melalui Peraturan Pemerintah RI No. 29 Tahun 1960 Tentang Penentuan Perusahaan Pertanian Milik Belanda yang dikenakan Nasionalisasi. Perusahaan yang dinasionalisasi antara lain perkebunan kopi Pandan di Banyuwangi milik N.V. Besuki Rubber Mij.
Hampir semua wilayah Indonesia menghasilkan kopi. Berdasarkan data dari Direktorat Jendral Perkebunan Kementerian Pertanian, lima daerah penghasil utama kopi di Tanah Air adalah Sumatra Selatan, Lampung, Sumtara Utara, Aceh, dan Jawa Timur.
Ditjen Kekayaan Intelektual Kemenkumham, GAEKI, 2019, mencatat ada 31 jenis kopi di Indonesia yang sudah mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis. Antara lain Kopi Robusta Semendo, Kopi Arabika Sumatera Simalungun, Kopi Robusta Lampung, Kopi Arabika Toraja, Kopi Arabika Kintamani Bali, Kopi Arabika Gayo, dan Kopi Arabika Flores Bajawa.
Setiap 1 Oktober, dunia memperingati Hari Kopi Internasional. Seluruh dunia merayakan, mulai dari petani, roaster, barista, pemilik kedai kopi, dan siapa pun yang telah bekerja keras untuk menciptakan dan menyajikan minuman yang dicintai oleh semua orang.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.