Tas Hermes (Sumber Foto: Instagram/@hermes)

Isu Produksi Tas Mewah di China Bisa Guncang Pasar Fesyen Lokal

29 April 2025   |   08:00 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Konflik perang dagang Amerika Serikat dan China yang kian memanas, setelah kedua negara saling menaikkan tarif impor dengan angka fantastis.  Di tengah situasi tersebut, muncul sebuah klaim mengejutkan bahwa tas dari merek-merek mewah dunia sebenarnya diproduksi di China.

Sebuah video yang diunggah oleh akun @senbags2 mendadak viral setelah dia menyatakan, 80 persen tas keluaran merek mewah diproduksi di China. Unggahan ini telah ditonton lebih dari 10 juta kali sebelum akhirnya dihapus pada Senin (16/4/2025).

Baca juga: Berapa Sebenarnya Harga Barang Mewah yang Kamu Bayar?

Dia kemudian memperlihatkan tas yang menyerupai Hermès Birkin sambil menyebutkan bahwa tas-tas ini dijual ke merek-merek mewah Eropa untuk kemudian dilakukan pengemasan ulang dan pemasangan label "Made in France" atau "Made in Italy".

Menariknya lagi, tas mewah yang diproduksi di China bisa dijual dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan harga pasaran aslinya. Menurut klaim akun TikTok tersebut, tas yang diproduksi di pabrik-pabrik China dengan kualitas yang setara dengan tas mewah asli ini bisa dijual dengan harga sekitar 20-30 persen dari harga aslinya.

Jika kita ambil contoh tas Hermès Birkin, yang harga barunya berkisar antara US$11.400 hingga US$13.300 untuk model Birkin 25cm hingga 30cm keluaran 2025, maka harga versi yang diklaim berasal dari China bisa sekitar US$2.280 hingga US$3.990.

Viralnya video tersebut membuat sejumlah penggemar dan konsumen barang mewah, jadi bertanya-tanya. Benarkah tas-tas ikonik dari rumah mode Prancis Hermès, atau merek populer lainnya seperti Louis Vuitton, Prada, Miu Miu, Lululemon, dan Saint Laurent, sebagian besar diproduksi di China? 

Ini dapat menyebabkan penurunan kepercayaan dari konsumen terhadap merek-merek fesyen mewah, bahkan jika klaim tersebut tidak benar. Selain itu, beberapa konsumen mungkin mempertimbangkan untuk membeli langsung dari produsen China kalau bisa menawarkan kualitas yang sama dengan harga jauh lebih murah. 

Diberitakan oleh The Economic Times, klaim-klaim yang muncul dalam video tersebut dengan cepat dibantah oleh sejumlah merek mewah terkait. Pihak Hermès sendiri menegaskan bahwa produk mereka, termasuk tas Birkin, dibuat secara eksklusif di Prancis oleh pengrajin terampil di atelier mereka, bukan di pabrik-pabrik di China. Begitupun dengan Louis Vuitton, yang telah menegaskan berulang kali bahwa tidak ada satu pun produknya berasal dari pabrik di China.

Perwakilan Lululemon juga mengklarifikasi bahwa hanya sekitar 3 persen dari produk akhir mereka yang dibuat di China. Perusahaan itu mencantumkan daftar lengkap pemasok resminya di situs web mereka untuk memberikan transparansi penuh kepada konsumen.

Menurut para pakar fesyen seperti Conrad Quilty-Harper, penulis buku Dark Luxury, menegaskan Hermes Birkin dan tas-tas yang diperlihatkan dalam video tersebut sebenarnya bukan produk asli, melainkan barang palsu atau "tiruan".

"Mereka mencoba menyamakan produsen palsu di China dengan yang asli," ujar Quilty-Harper.

Lebih lanjut, dia juga menyoroti bagaimana fenomena ini bisa mengaburkan batas antara produk asli dan tiruan, mempengaruhi persepsi konsumen, dan mengubah cara mereka melihat nilai dan kualitas tas mewah di pasar global.
 

Dampaknya untuk Pasar Tas Mewah Lokal

Santernya isu tas-tas merek mewah dunia yang diproduksi di China, rupanya bisa membuat daya beli masyarakat akan produk fesyen mewah jadi lesu. Ekonom, Bhima Yudhistira dari Celios (Center of Economic and Law Studies), memaparkan bahwa selain tas, banyak perusahaan pakaian dan jam tangan mewah di Eropa yang sudah lama bergantung pada rantai pasokan dari China.

"Barang-barang tersebut sering kali diproduksi di China atau negara lain yang lebih efisien dalam hal biaya produksi dan teknologi, produk-produk mewah kelas menengah bahkan sering kali diproduksi di luar Eropa, seperti di China atau Vietnam, karena biaya produksinya yang lebih murah," katanya.

Dengan tekanan ekonomi yang menyebabkan daya beli menurun, banyak orang, terutama konsumen kelas menengah di Indonesia, mulai beralih dari membeli barang mewah atau branded ke barang yang tidak terasosiasi dengan merek besar.

Berdasarkan unggahan video viral di TikTok tersebut, pabrik-pabrik di China yang memproduksi barang-barang untuk merek fesyen mewah mulai terbuka tentang hal ini. Tentunya ini sangat berdampak pada penurunan penjualannya di Indonesia.

Banyak konsumen yang mulai beralih ke barang impor China, dengan anggapan tas mewah yang mereka beli ternyata diproduksi di pabrik yang sama, tetapi dengan harga jauh lebih murah.

"Bisa jadi konsumen memilih barang impor dari China dengan kualitas yang setara, bahkan terkadang lebih baik, dengan harga yang jauh lebih murah," katanya.

Fenomena ini kemudian menciptakan sebuah pemikiran, bahwa selama ini mungkin kita hanya membeli merek dengan harga fantastis untuk gaya hidup prestise, bukan produknya. Preferensi konsumen dalam membeli barang mewah juga mungkin bisa berubah. Orang-orang mulai mengutamakan kualitas dalam mencari produk fesyen.

"Kemungkinan barang mewah branded semakin sulit bersaing, terutama di pasar domestik, kalau produk-produk tas impor China tersebut masuk ke Indonesia," lanjutnya.

Impor barang konsumsi dari China tahun lalu meningkat 33 persen, yang menunjukkan bahwa barang dari negeri Tirai Bambu tersebut semakin mendominasi pasar. Apalagi dengan pergeseran preferensi konsumen yang sekarang lebih fokus pada kualitas produk daripada pada merek, menurutnya ini menguntungkan bagi barang-barang impor dari China yang menawarkan kualitas tinggi dengan harga lebih kompetitif.

Sayangnya, fenomena ini bisa merugikan produsen tas premium lokal. Mereka harus bersaing dengan produk tas impor dari China yang lebih murah. Produsen tas lokal yang mengutamakan kualitas dan pengerjaan tangan tingkat tinggi, sering kali tidak dapat menurunkan harga mereka setara dengan produk impor, mengingat biaya produksinya yang lebih tinggi. 

"Tapi banyak juga orang-orang yang menggemari produk fesyen lokal dengan mempertimbangkan nilai-nilai keunikannya dan rasa bangga karena menggunakan produk dalam negeri," katanya.

Produsen tas premium lokal, harus memutar otak untuk menonjolkan nilai tambah produk mereka. Misalnya dengan menghadirkan desain unik, kualitas bahan, dan craftsmanship, agar tetap dapat bersaing di pasar yang makin terpengaruh oleh produk-produk impor dengan harga murah.

Baca juga: Efek Domino Tarif Impor Trump, Harga Barang Mewah Melonjak

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

SEBELUMNYA

Apple Bakal Rilis Lebih dari 15 Produk Baru Sepanjang 2025

BERIKUTNYA

Jung Kyung Ho dan So Ju Yeon Dikonfirmasi Bintangi Drama Baru Pro Bono

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: