Begini Awal Cerita Sutradara Edwin Buat Film Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas
31 July 2021 |
17:30 WIB
Salah satu film nasional yang sedang menjadi perbincangan para penikmat film Tanah Air adalah Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas (Vengeance is Mine, All Others Pay Cash). Film itu akan diputar di dua festival global yaitu di Locarno Film Festival dan Toronto International Film Festival (TIFF) 2021.
Film yang diadaptasi dari novel Eka Kurniawan dengan judul yang sama itu, dalam penayangannya di Locarno, film itu masuk dalam kategori Concorso Internazionale (kompetisi internasional) untuk memperebutkan penghargaan tertinggi Golden Leopard. Selain itu akan berkompetisi dalam kategori Contemporary World Cinema di ajang Toronto Festival.
Sang Sutradara, Edwin, mengatakan bahwa ide awal untuk membuat film ini adalah ketika dirinya secara tidak sengaja melihat kumpulan buku Eka Kurniawan di toko buku pada tahun 2015 lalu. Di antara deretan judul novel tersebut, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas yang sangat menarik perhatiannya.
“Berawal ketika di toko buku dan langsung tertarik dengan judul Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas. Ketika baca sinopsisnya, semakin tertarik lagi bahkan untuk divisualkan,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Jumat (30/7/2021).
Berkat pertemuannya dengan karya Eka Kurniawan itulah yang akhirnya membuat sutradara yang berhasil memenangkan 3 Piala Citra di FFI 2017 itu memutuskan untuk bertemu dengan sang penulis novel dan berdiskusi tentang ketertarikannya mengadaptasi novel tersebut menjadi sebuah karya film.
“Saya berdiskusi dengan Eka termasuk bilang ke dia kalau saya suka gaya bercerita novel itu yang membawa budaya pop tahun 1980-an tetapi masih relevan sampai sekarang,” imbuhnya.
Ide itu pun disambut baik oleh Muhammad Zaidy dan Meiske Taurisia selaku produser dari Palari Films. Muhammad Zaidy atau yang lebih akrab dipanggil Eddy itu mengatakan bahwa sangat tertarik dengan ide untuk memfilmkan salah satu novel populer dari Eka Kurniawan itu.
“Dimulai dengan membaca beberapa novel karya Eka dan khusus Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ini, kami membacanya sangat cepat dan sudah kebayang bentuk filmnya jadi kami sangat antusias saat itu,” ungkapnya.
Eddy juga menuturkan bahwa lamanya proses penggarapan film yang dimulai dari tahun 2016 sampai 2020 itu karena beberapa faktor salah satunya adalah pencarian sumber sokongan dana dan membuka kerja sama dari pihak-pihak baik di dalam maupun luar negeri dengan sistem pengajuan proposal.
“Cukup melewati banyak tahapan termasuk menyusun dan menggodok skenarionya yang awalnya ditulis oleh Eka Kurniawan kemudian diteruskan oleh Edwin sebagai sutradara,” ungkapnya.
Selain itu, Meiske Taurisia juga mengatakan bukan hanya dari sisi financing, film ini juga merupakan bentuk kerja sama tiga negara yaitu Indonesia, Jerman dan Singapura dalam kerja kreatif.
Dia juga menyebutkan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga turut mendukung melalui direktorat perfilman, musik dan media baru dirjen kebudayaan dengan meluncurkan program pendukungan film Indonesia untuk distribusi internasional.
“Di festival Locarno, film Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas menjadi satu-satunya film dari Indonesia yang berkompetisi. Setelah melalui proses yang panjang, semoga film ini bisa menjadi angin segar di tengah kondisi sulit pandemi Covid-19 seperti ini,” imbuhnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Film yang diadaptasi dari novel Eka Kurniawan dengan judul yang sama itu, dalam penayangannya di Locarno, film itu masuk dalam kategori Concorso Internazionale (kompetisi internasional) untuk memperebutkan penghargaan tertinggi Golden Leopard. Selain itu akan berkompetisi dalam kategori Contemporary World Cinema di ajang Toronto Festival.
Sang Sutradara, Edwin, mengatakan bahwa ide awal untuk membuat film ini adalah ketika dirinya secara tidak sengaja melihat kumpulan buku Eka Kurniawan di toko buku pada tahun 2015 lalu. Di antara deretan judul novel tersebut, Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas yang sangat menarik perhatiannya.
“Berawal ketika di toko buku dan langsung tertarik dengan judul Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas. Ketika baca sinopsisnya, semakin tertarik lagi bahkan untuk divisualkan,” ujarnya saat konferensi pers virtual, Jumat (30/7/2021).
Berkat pertemuannya dengan karya Eka Kurniawan itulah yang akhirnya membuat sutradara yang berhasil memenangkan 3 Piala Citra di FFI 2017 itu memutuskan untuk bertemu dengan sang penulis novel dan berdiskusi tentang ketertarikannya mengadaptasi novel tersebut menjadi sebuah karya film.
“Saya berdiskusi dengan Eka termasuk bilang ke dia kalau saya suka gaya bercerita novel itu yang membawa budaya pop tahun 1980-an tetapi masih relevan sampai sekarang,” imbuhnya.
Poster film Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas (Dok. Palari Films)
“Dimulai dengan membaca beberapa novel karya Eka dan khusus Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas ini, kami membacanya sangat cepat dan sudah kebayang bentuk filmnya jadi kami sangat antusias saat itu,” ungkapnya.
Eddy juga menuturkan bahwa lamanya proses penggarapan film yang dimulai dari tahun 2016 sampai 2020 itu karena beberapa faktor salah satunya adalah pencarian sumber sokongan dana dan membuka kerja sama dari pihak-pihak baik di dalam maupun luar negeri dengan sistem pengajuan proposal.
“Cukup melewati banyak tahapan termasuk menyusun dan menggodok skenarionya yang awalnya ditulis oleh Eka Kurniawan kemudian diteruskan oleh Edwin sebagai sutradara,” ungkapnya.
Selain itu, Meiske Taurisia juga mengatakan bukan hanya dari sisi financing, film ini juga merupakan bentuk kerja sama tiga negara yaitu Indonesia, Jerman dan Singapura dalam kerja kreatif.
Dia juga menyebutkan bahwa Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga turut mendukung melalui direktorat perfilman, musik dan media baru dirjen kebudayaan dengan meluncurkan program pendukungan film Indonesia untuk distribusi internasional.
“Di festival Locarno, film Seperti Dendam Rindu Harus Dibayar Tuntas menjadi satu-satunya film dari Indonesia yang berkompetisi. Setelah melalui proses yang panjang, semoga film ini bisa menjadi angin segar di tengah kondisi sulit pandemi Covid-19 seperti ini,” imbuhnya.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.