Apa Itu OCD, Penyakit yang Diderita Aktor Aliando Syarief?
29 August 2022 |
16:31 WIB
Aktor Aliando Syarief mengungkap fakta mengejutkan bahwa dia mengalami ganggguan Obsessive Compulsive Disorder (OCD). Pemilik nama lengkap Muhammad Ali Syarief tersebut menyebut gangguan terkait kesehatan mental tersebut tidak lepas dari kriminalitas yang terjadi di rumahnya.
Dalam laman YouTube Ricky Cuaca yang diunggah Minggu (28/8/2022), aktor kelahiran 1996 itu mengatakan dipaksa bekerja dan mendapat penyiksaan oleh orang terdekatnya. “Kalau bisa dibilang, kasus gue ini hampir ada namanya domestic abuse, kayak gue dipaksa untuk bekerja, menduiti mereka, kalau nggak, gue disiksa," ujarnya.
Faktor itulah yang menyebabkannya terkena OCD. Namun, lepas dari kasus yang dialami Aliando, berikut pengertian dan fakta-fakta seputar OCD.
“Jadi bisa obesi saja, kompulsi saja, atau bisa keduanya. Namun sama-sama didiagnosis OCD,” ujarnya dikutip dari laman Instagram wanita yang kerap disapa Vivi ini, @dr.vivisyarif.
Dia menjelaskan bahwa OCD berbeda dari kewajaran karena orang yang mengalaminya merasa pikiran dan tindakan berulang tersebut membuatnya menderita, menghabiskan banyak waktu, tidak bisa dikontrol, dan menganggu kehidupan. Sebagai contoh mencuci tangan hingga belasan kali ketika memegang suatu barang.
Kadang-kadang, seorang anak mungkin memiliki OCD setelah infeksi streptokokus. Hal ini disebut dengan gangguan neuropsikiatri pediatrik autoimun yang terkait dengan infeksi bakteri streptokokus. Bakteri Streptococcus umumnya hidup dan tumbuh di tubuh manusia tanpa menimbulkan penyakit yang serius.
Namun, beberapa tipe bakteri Streptococcus dapat menyebabkan infeksi, mulai dari yang gejalanya tidak begitu mengganggu hingga bisa membahayakan nyawa.
Menurut WebMD, penderita juga bisa melakukan terapi relaksasi sederhana seperti meditasi, yoga, dan pijat, terutama jika faktor risikonya disebabkan oleh stres.
Editor: Dika Irawan
Dalam laman YouTube Ricky Cuaca yang diunggah Minggu (28/8/2022), aktor kelahiran 1996 itu mengatakan dipaksa bekerja dan mendapat penyiksaan oleh orang terdekatnya. “Kalau bisa dibilang, kasus gue ini hampir ada namanya domestic abuse, kayak gue dipaksa untuk bekerja, menduiti mereka, kalau nggak, gue disiksa," ujarnya.
Faktor itulah yang menyebabkannya terkena OCD. Namun, lepas dari kasus yang dialami Aliando, berikut pengertian dan fakta-fakta seputar OCD.
Fakta-fakta OCD
Psikiatri dari RS Pondok Indah dr. Zulvia Oktanida Syarif menerangkan OCD merupakan gangguan mental yang ditandai dengan adanya obsesi (pola pikir dan ketakutan yang tidak diinginkan) atau kompulsif (tindakan berulang).“Jadi bisa obesi saja, kompulsi saja, atau bisa keduanya. Namun sama-sama didiagnosis OCD,” ujarnya dikutip dari laman Instagram wanita yang kerap disapa Vivi ini, @dr.vivisyarif.
Dia menjelaskan bahwa OCD berbeda dari kewajaran karena orang yang mengalaminya merasa pikiran dan tindakan berulang tersebut membuatnya menderita, menghabiskan banyak waktu, tidak bisa dikontrol, dan menganggu kehidupan. Sebagai contoh mencuci tangan hingga belasan kali ketika memegang suatu barang.
Faktor Risiko OCD
Menurut WebMD, faktor risiko OCD meliputi genetik, perbedaan fisik di bagian otak tertentu, depresi, kecemasan, pengalaman dengan trauma, riwayat pelecehan fisik atau seksual saat kecil.Kadang-kadang, seorang anak mungkin memiliki OCD setelah infeksi streptokokus. Hal ini disebut dengan gangguan neuropsikiatri pediatrik autoimun yang terkait dengan infeksi bakteri streptokokus. Bakteri Streptococcus umumnya hidup dan tumbuh di tubuh manusia tanpa menimbulkan penyakit yang serius.
Namun, beberapa tipe bakteri Streptococcus dapat menyebabkan infeksi, mulai dari yang gejalanya tidak begitu mengganggu hingga bisa membahayakan nyawa.
Tipe OCD
Vivi menyebut ada beberapa jenis OCD, seperti OCD kontaminasi, OCD tipe keteraturan atau simetri, OCD tipe bahaya, dan OCD tipe agresif atau kekerasan.- OCD Tipe Kontaminasi
- OCD Tipe Simetri
- OCD Tipe Bahaya
- OCD Tipe Agresif
Terapi
Vivi mengatakan bahwa untuk menangani orang dengan OCD, mencakup psikoterapi dan pengobatan menggunakan obat. “Konsultasi ke psikiater bila kamu sepertinya mengalami OCD. No self diagnosis,” tegas Vivi.Menurut WebMD, penderita juga bisa melakukan terapi relaksasi sederhana seperti meditasi, yoga, dan pijat, terutama jika faktor risikonya disebabkan oleh stres.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.