Ekstrakurikuler & Kepemimpinan Jadi Kunci Penting Lolos Seleksi Kampus Luar Negeri
11 August 2022 |
09:22 WIB
Minat pelajar Indonesia untuk melanjutkan studi di luar negeri rupanya tidak surut meskipun dihadang pandemi Covid-19. Menurut data yang ditemukan Crimson Education, hingga tahun 2022, Indonesia duduk di peringkat ke-22 untuk jumlah pelajar terbanyak di dunia yang melanjutkan pendidikan di luar negeri.
Beberapa kampus yang menjadi tempat tujuan pendidikan merupakan perguruan tinggi terbaik dunia seperti Ivy League dan universitas top lainnya seperti Stanford University, Massachusetts Institute of Technology (MIT), The University of California Berkeley, Oxford University dan Cambridge University.
Namun, untuk menembus universitas-universitas kelas dunia ini tentu tidak mudah. Dibutuhkan strategi khusus untuk menembus ketatnya seleksi masuk di kampus-kampus impian tersebut. Dalam lingkungan kompetitif ini, prestasi akademik rupanya tidak selalu cukup untuk mendapatkan pengakuan dan membuat siswa tersebut diterima di universitas unggulan
Menurut Daniel Chung, Mantan Associate Director Admissions di Stanford University, salah satu kunci untuk bisa lolos di kampus-kampus bergengsi dunia adalah pengalaman aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dan kepemimpinan. Dia menyebut bahwa beberapa kampus di Amerika Serikat misalnya Ivy League, tidak hanya menilai calon mahasiswanya dari segi nilai akademik saja, tetapi juga dari pengalaman mengikuti kegiatan di luar ruang kelas.
"Saat menyeleksi puluhan ribu aplikasi, pihak universitas akan menilai calon mahasiswa secara holistik, sehingga kegiatannya di luar ruang kelas turut memberikan bobot yang besar," katanya dalam konferensi pers Crimson Education, Rabu (10/8/2022).
Daniel mengambil contoh pada proses penerimaan mahasiswa di Stanford University. Dia mengungkapkan bahwa kampus bergengsi di AS itu menolak 69 persen calon mahasiswa dengan skor Scholastic Aptitude Test (SAT) sempurna dalam lima tahun terakhir.
Universitas-universitas unggulan di AS seperti Stanford, paparnya, ingin melihat mahasiswa yang dapat membawa pengaruh positif bagi budaya kampus dan menambah kekayaan sejarah alumninya, sehingga tidak akan mengukur lagi kinerja SAT sempurna, tetapi juga kegiatan ekstrakurikuler dan pengalaman kepemimpinan.
Vanya Sunanto, Country Manager Indonesia Crimson Education, mengatakan untuk menembus seleksi masuk universitas unggulan dunia, seorang siswa harus memenuhi beberapa kriteria seperti menjalankan inisiatif yang sesuai minat dan ketertarikan mereka dengan kreativitas, kemampuan analisis, kemampuan berpikir kritis, dan berbagai hal lainnya yang akan menjadi bekal mereka dalam perkuliahan nanti.
Dengan cara ini, paparnya, mereka memiliki kesempatan untuk menonjolkan diri dan menunjukkan kepada pihak universitas bahwa mereka memiliki semua kualitas universitas cari dalam diri mahasiswa tingkat sarjananya mulai dari kecerdasan; kepraktisan; keberanian; kedewasaan; fokus; determinasi; kemampuan untuk bertindak lanjut ( tindak lanjut); serta kemampuan berorganisasi dan kepemimpinan.
"Statistik kami telah membuktikan bahwa pendekatan ini berhasil lebih baik dibandingkan dengan siswa yang berprestasi secara akademis dalam penerimaan universitas kelas dunia,” terangnya.
Untuk mencapai hal itu, Vanya pun menjelaskan, para calon mahasiswa dari Indonesia mulai kini perlu memiliki setidaknya satu kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Kegiatan tersebut, lanjutnya, juga perlu menjadi fokus sejak dini, karena konsistensi adalah kunci untuk membangun profil ekstrakurikuler yang kuat yang juga secara simultan mencerminkan karakter kepemimpinan, termasuk kepemimpinan terhadap diri sendiri. "Dengan cara ini, sangat mungkin mimpi sang siswa belajar di universitas kelas dunia bisa tercapai,” tambah Vanya.
Ada banyak cara bagi siswa untuk berkontribusi dan membuat perbedaan di luar ranah akademis, misalnya melalui kegiatan olahraga, filantropi, kewirausahaan, kegiatan kreatif, atau kompetisi teknologi.
Vanya menerangkan bahwa idealnya kegiatan yang siswa jalankan menunjukkan komitmennya pada bidang studi yang diminati dan mampu memberikan manfaat atau kontribusi bagi lingkungan sekitarnya.
"Sebab, selain mencari bukti dedikasi, universitas-universitas di AS juga mencari indikasi perhatian dan minat tulus dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dipilih siswa," terangnya.
Dengan demikian, Vanya pun memberian strategi ekstrakurikuler yang tepat bagi calon mahasiswa dari Indonesia yang berambisi untuk menembus universitas-universitas unggulan di AS, yakni dengan mempersempit beberapa kegiatan atau proyek yang memenuhi beberapa syarat berikut.
Editor: Roni Yunianto
Beberapa kampus yang menjadi tempat tujuan pendidikan merupakan perguruan tinggi terbaik dunia seperti Ivy League dan universitas top lainnya seperti Stanford University, Massachusetts Institute of Technology (MIT), The University of California Berkeley, Oxford University dan Cambridge University.
Namun, untuk menembus universitas-universitas kelas dunia ini tentu tidak mudah. Dibutuhkan strategi khusus untuk menembus ketatnya seleksi masuk di kampus-kampus impian tersebut. Dalam lingkungan kompetitif ini, prestasi akademik rupanya tidak selalu cukup untuk mendapatkan pengakuan dan membuat siswa tersebut diterima di universitas unggulan
Menurut Daniel Chung, Mantan Associate Director Admissions di Stanford University, salah satu kunci untuk bisa lolos di kampus-kampus bergengsi dunia adalah pengalaman aktif dalam kegiatan ekstrakurikuler dan kepemimpinan. Dia menyebut bahwa beberapa kampus di Amerika Serikat misalnya Ivy League, tidak hanya menilai calon mahasiswanya dari segi nilai akademik saja, tetapi juga dari pengalaman mengikuti kegiatan di luar ruang kelas.
"Saat menyeleksi puluhan ribu aplikasi, pihak universitas akan menilai calon mahasiswa secara holistik, sehingga kegiatannya di luar ruang kelas turut memberikan bobot yang besar," katanya dalam konferensi pers Crimson Education, Rabu (10/8/2022).
Daniel mengambil contoh pada proses penerimaan mahasiswa di Stanford University. Dia mengungkapkan bahwa kampus bergengsi di AS itu menolak 69 persen calon mahasiswa dengan skor Scholastic Aptitude Test (SAT) sempurna dalam lima tahun terakhir.
Universitas-universitas unggulan di AS seperti Stanford, paparnya, ingin melihat mahasiswa yang dapat membawa pengaruh positif bagi budaya kampus dan menambah kekayaan sejarah alumninya, sehingga tidak akan mengukur lagi kinerja SAT sempurna, tetapi juga kegiatan ekstrakurikuler dan pengalaman kepemimpinan.
Stanford University (Sumber gambar: Luis Andres Villalon Vega/Unsplash)
Dengan cara ini, paparnya, mereka memiliki kesempatan untuk menonjolkan diri dan menunjukkan kepada pihak universitas bahwa mereka memiliki semua kualitas universitas cari dalam diri mahasiswa tingkat sarjananya mulai dari kecerdasan; kepraktisan; keberanian; kedewasaan; fokus; determinasi; kemampuan untuk bertindak lanjut ( tindak lanjut); serta kemampuan berorganisasi dan kepemimpinan.
"Statistik kami telah membuktikan bahwa pendekatan ini berhasil lebih baik dibandingkan dengan siswa yang berprestasi secara akademis dalam penerimaan universitas kelas dunia,” terangnya.
Minat & Bakat
Lebih lanjut, Vanya menjelaskan untuk menjadi mahasiswa di AS, seorang siswa setidaknya perlu memiliki tiga modal utama, yaitu hasil akademik (berbobot 40% yang terdiri dari nilai transkrip akademik, SAT/ACT, dan AP/IB/A-Levels/GPA), serta kegiatan ekstrakurikuler dan kepemimpinan juga hasil esai dan wawancara (yang sama-sama berbobot 30%). "[Poin-poin] inilah yang perlu disadari dengan cermat," imbuhnya.Untuk mencapai hal itu, Vanya pun menjelaskan, para calon mahasiswa dari Indonesia mulai kini perlu memiliki setidaknya satu kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan bakat mereka.
Kegiatan tersebut, lanjutnya, juga perlu menjadi fokus sejak dini, karena konsistensi adalah kunci untuk membangun profil ekstrakurikuler yang kuat yang juga secara simultan mencerminkan karakter kepemimpinan, termasuk kepemimpinan terhadap diri sendiri. "Dengan cara ini, sangat mungkin mimpi sang siswa belajar di universitas kelas dunia bisa tercapai,” tambah Vanya.
Ada banyak cara bagi siswa untuk berkontribusi dan membuat perbedaan di luar ranah akademis, misalnya melalui kegiatan olahraga, filantropi, kewirausahaan, kegiatan kreatif, atau kompetisi teknologi.
Vanya menerangkan bahwa idealnya kegiatan yang siswa jalankan menunjukkan komitmennya pada bidang studi yang diminati dan mampu memberikan manfaat atau kontribusi bagi lingkungan sekitarnya.
"Sebab, selain mencari bukti dedikasi, universitas-universitas di AS juga mencari indikasi perhatian dan minat tulus dalam kegiatan ekstrakurikuler yang dipilih siswa," terangnya.
Dengan demikian, Vanya pun memberian strategi ekstrakurikuler yang tepat bagi calon mahasiswa dari Indonesia yang berambisi untuk menembus universitas-universitas unggulan di AS, yakni dengan mempersempit beberapa kegiatan atau proyek yang memenuhi beberapa syarat berikut.
- Selaras dengan tujuan studi pribadi
- Bisa menunjukan antusiasme siswa pada kegiatan tersebut
- Menjelajahi kemampuan berpikir untuk membawa aktivitasnya pada tingkat lanjutan
- Menjadi bukti keinginan siswa untuk bisa membawa manfaat/kontribusi bagi lingkungan sekitarnya
Editor: Roni Yunianto
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.