Turning Red

28 March 2022   |   08:08 WIB

Like
Disaat remaja semua anak akan mengalami masa pubertas, dimana meraka akan mengenal banyak hal, mulai menyukai banyak hal, seperti Lelaki/Wanita, musik, dan banyak hal lainnya. Hingga mulai ada mood swing yang drastic, insecure, yang baru dirasakan oleh anak-anak remaja dimasa pubertas.  

Tapi berbeda dengan kisahnya seorang gadis Bernama Meilin Lee atau biasa di panggil mei mei, dalam film animasi yang berjudul Turning Red. Pada saat mengalami masa pubertasnya dia mendapatkan sebuah kutukan, yang dimana ketika dia tidak bisa mengontrol emosinya dia akan berbah menjadi panda merberuang merah besar.

Pembukaan dan pengenalan karakternya sangatlah menarik, yang dibuka dengan karakter utama yang nyentrik dan percaya diri yang tinggi. Lalu Terbangun dipagi hari sebagai panda merah raksasa yang menggamabrkan metafora yang digunakan dalam menggambarkan pubertas. Masa itu digambarkan seperti beruang merah yang liar dan tak terkendali, terkandang pubertas juga sering dikatakan sebagai hal ‘kutukan’ atau hal yang menakutkan bagi beberapa orang, seperti pada saat mengalami menstruasi contohnya. Setiap mei mengalami emosi yang tak terkendali ia berubah menjadi panda merah raksasa, itu menggambarkan berubahan suasana hati remaja puber yang sedang PMS, lalu tubuh yang berbulu dan mulai berbau, menggambarkan ketika masa puber mulai numbuh beberapa bulu dan mulai mengalami bau badan, ini sangatlah related untuk remaja-remaja yang sedang mengalami pubertas. perubahan demi perubahan di alami mei yang harus ia terima dan kendalikan, sambal menghadapi pasang surut masa remaja nya, karena itu adalah proses menjadi dewasa secara emosional dan fisik.

Mei yang mulai mengekpresikan kemarahannya, kesenangannya, dan mulai berkata ‘tidak’ pada tuntutan ibunya. Di film ini juga mengeksplorasi bagaimana hubungan keluarga akan berbuah ketika anak-anaknya sudah tumbuh dewasa. Ming (ibu mei) yang keras dan terlalu protektif terhadapnya, Ming yang selalu menuntun Mei untuk menjadi terbaik dan membuat Mei itu jadi takut ketika mengalami sesuatu/masalah dan tidak berani memberitahu pada orang tuanya, situasi ini mengingatkan agar orang tua jang terlalu keras terhadap anak, dan jangan terlalu menuntut anak, karena dampaknya sangat besar terhadap anak itu sendiri. Scene dimana sahabat-sahabat Mei menenangkan Mei disaat emosinya tidak setabil itu menggambarkan bahwa peran sahabat yang baik juga penting dalam masa-masa pubertas kita. Keberadaan Jin (ayah Mei) walaupun keberadaannya jarang terlihat, tapi cukup penting dalam film ini, Ia adalah penyeimbang antara Mei dan Ming, dan perannya yang menenangkan Mei, peran ayah untuk anak perempuannya.

“kita semua punya sisi liar, sisi yang berantakan, berisik, dan aneh yang tersembunyi. Banyak dari kita tak pernah membiarkanya keluar” – Meilin Lee.

‘Turning Red’ ini visual dan animasinya sangat indah, sekilas gaya animasinya mirip film ‘Stand By Me Doraemon’. Warna cerah pada animasinya membuat penonton enak melihat animasinya. Beruang merahnya digambarkan sangat meggemaskan dengan detail bulu-bulu lebatnya sangat menakjubkan. Teman- teman Mei di gambarkany asangat beragam, secara etnis maupun kepribadian mereka. Seperti Priya, gadis India yang jarang berekpresi, lalu Abby teman koreanya yang sangat hiperaktif dan bertumbuh pendek, dan terakhir gadis tomboy berkulit putih si Miriam. Mereka di beri warna yang berbeda dan lebih cerah agar terlihat lebih menonjol.

Kesimpulan :
‘Turning Red’ berhasil menggambarkan kehidupan realita masa-masa pubertas remaja, dari yang malu oleh berubahan tubuhnya hingga emosi yang tak terkendali. Komedi yang lucu, pesan dan kebudayaannya tersampaikan, semua terbungkus apik dan indah difilm ini. Film ini cukup menghibur dan sangat related.