Seperti Dialog yang Tak Selesai

27 March 2022   |   20:33 WIB

Dalam film Yuni, Kamila Andini menyuguhkan kisah seorang remaja yang hidup dalam situasi sulit dan penuh tekanan. Mengemas fakta perkawinan anak dalam sebuah kisah yang menyentuh.

 Yuni adalah wajah sebagian remaja di sekitar kita. Tumbuh  di tengah zaman yang bergerak cepat  tapi masih dibelenggu banyak aturan, budaya, dan tabu-tabu di sepanjang hidupnya. Yuni, diperankan Arawinda Kirana, hidup bersama neneknya di kampung. Sementara ayah dan ibunya mencari penghidupan di Jakarta.

Neneknya (Nazla Thoyib) masih cukup lincah untuk senam dengan lagu ajib-ajib bersama kelompok ibu-ibu di kampung dan kadang bergunjing dengan mereka. Mereka adalah perempuan yang bangga dengan gemerlap materi: perhiasan, motor baru, dan rumah. Tak peduli  bagaimana semuanya diperoleh.

Yuni -- yang tergila-gila pada warna ungu sehingga tas, boneka, ponsel, sepeda motor, bahkan pakaian dalamnya pun ungu -- tumbuh dengan kecerdasan di atas rata-rata teman-temannya. Ia juara kelas, bahkan dicalonkan untuk mendapatkan beasiswa. Ia punya mimpi besar hidup lebih baik dan berpendidikan tinggi.

Siswi sebuah SMA itu juga punya kegelisahan dan rasa ingin tahu terhadap aneka hal, mulai dari tubuhnya, hasrat seksual, hingga mimpinya. Yuni dan teman-temannya secara tebuka membincangkan sesuatu yang oleh sebagian orang masih dianggap tabu: seksualitas remaja, orgasme, dan masturbasi.Pemahaman mereka pun bebeda-beda tentang seksualitas. “Entahlah bagaimana itu orgasme, saya nggak pernah tahu,” ujar Sarah (Neneng Risma), salah satu sahabat Yuni. Ia hanya tahu menyenangkan pacarnya. Mereka  juga penasaran bagaimana cara masturbasi. Mereka tak pernah diajarkan tentang seksualitas dan kesehatan reproduksi sehingga mencari tahu sendiri.  

Tapi Yuni hidup dalam situasi yang rumit dan penuh beban. Tak hanya karena harus mempertahankan prestasi agar beasiswanya tembus, tapi juga tekanan sosial yang dihadapinya. Ia digunjungikan  teman-teman di sekolah dan masyarakat di sekitarnya karena menolak lamaran lelaki yang hendak menikahinya. Sudah dua kali lamaran ia tolak.

Sang nenek menyemburnya dogma yang kuat bahwa lamaran dan  pernikahan itu sebuah berkah. Seorang perempuan yang menolak lebih dua kali lamaran, akan mempersulit jodohnya. “Anak sekarang mah pilih- pilih, alasan tidak cocoklah. Kita dulu tidak ada cocok-cocokan, ya dicocokin. Yang penting mah digoyang,” ujar salah satu tetangga Yuni.

Tak ada tempat bagi Yuni mendapatkan pencerahan atas kebingungannya  menangkis omong kosong mitos orang kampung. Ibu guru Lies (Marissa Anita), yang mendorong Yuni terus berprestasi, tak sanggup memberikan pembelaan.  Hanya pada Suci (Asmara Abigail), Yuni bisa sedikit belajar sedikit tentang persoalan nikah dini. Suci, pemilik sebuah salon, adalah korban kawin anak dan kekerasan dalam rumah tangga. Tak ada tempat lain bagi Yuni untuk berbagi.  Remaja 16 tahun ini akhirnya mencari kebebasannya dan membuat keputusan-keputusan pentingnya sendiri.

Kamila Andini sutradra film Yuni, mengurai fenomena kawin anak dan kekerasan dalam rumah tangga yang masih berlangsung sampai kini.  Ia juga menyuguhkan masalah pendidikan seksualitas dan kesehatan reproduksi dnegan gamblang dan jujur dari kaca mata remaja. Yuni menggelontorkan kompleksitas persoalan untuk direnungkan: remaja yang didera banyak aturan, tuntutan, stigma, tanpa ruang dialog dan lingkungan yang sehat.

Kegelisahan para remaja, kemunafikan di masyarakat, dan pendidikan yang gagal memberi pencerahan  ditangkap dengan cermat oleh Kamila dan penulis skenario Prima Rusdi. Tak hanya dari kisah Yuni, tapi juga dari kehidupan tokoh-tokoh lain di sekitarnya. Kisah mereka menyentuh sisi keintiman,  keceriaan, rasa ingin tahu yang besar, dan sisi kelam yang ironis dari sebuah pengalaman. Ada kemarahan yang diselimuti kepedihan dan pencari kebebasan.  Yuni seperti membincangkan dan mendialogkan sesuatu yang tak kunjung selesai. Masalah yang masih berkelindan hingga saat ini. Mengancam nasib anak-anak perempuan di Indonesia.


Yuni

Sutradara: Kamila Andini
Penulis skenario: Kamila Andini, Prima Rusdi
Pemain: Arawinda Kirana, Kevin Ardilova, Asmara Abigail, Dimas Aditya, Marissa Anita, Sekar Sari, Muhammad Khan, Ayu Laksmi,  Rukman Rosadi, Nova Eliza,  Nazla Thoyib, Mian Tiara.
Genre: Drama
Durasi: 1 jam 35 menit
Produksi: Fourcolour Film, StarVision Plus, Akanga Film Production


#hypefilm #hypeabismoviereview