Film Indonesia Tentang Persahabatan Manusia dan Anjing Masih Minim, Teranyar "Marley"

27 March 2022   |   19:58 WIB

Like
Kisah-kisah persahabatan manusia dan satwa banyak diminati oleh pecinta film di berbagai negara, termasuk juga di Indonesia. Namun sayangnya, tak banyak rumah produksi Indonesia yang tertarik mengangkat film tentang persahabatan manusia dan satwa, khususnya anjing, ini ke layar lebar. Terhitung baru tiga film, yang teranyar adalah "Marley".
 
Ketiga film tersebut adalah "Bony dan Nancy", "June & Kopi", dan "Marley". Ketiganya sama-sama mengupas tentang anjing. 
 
Film pertama tayang pada tahun 1974. Film "Boni dan Nancy" yang dibesut oleh John Tjasmadi ini berkisah tentang persahabatan antara anak perempuan bernama Boni (Astri Ivo) dan anjing peliharaannya yang bernama Nancy. Dikisahkan suatu ketika Boni diculik, penolongnya kemudian adalah Nancy. 
 
Anjing bernama Nancy ini ibaratnya Snowy milik Tintin dan mungkin terinspirasi dari serial film "Lassie", si anjing pintar dan setia yang dulu sangat beken. Film serial "Lassie" sendiri bertahan hampir dua dekade, dari 1954 hingga 1973. Film serial ini dulu juga banyak penggemarnya di Indonesia.
 

Kisah Boni dan anjing bernama Nancy (sumber gambar: Magma Entertainment)

Kisah Boni dan anjing bernama Nancy (sumber gambar: Magma Entertainment)


Cerita tentang anjing kemudian baru kembali diproduksi lebih dari empat puluh tahun kemudian. Berhubung pandemi, maka film tersebut gagal tayang di bioskop dan memilih tayang di platform streaming pada Januari 2021, dengan judul "June & Kopi".
 
Film "June & Kopi dibintangi Acha Septriasa dan Ryan Delon. Film ini mengisahkan keluarga kecil dengan kedua anjing peliharaan bernama June dan Kopi.
 
Dalam film yang disutradarai oleh Noviandra Santosa ini entah kenapa sosok suami, dinampakkan tak suka dengan anjing mereka bernama June yang sebelumnya merupakan anjing liar. 
 
June yang awalnya agak nakal kemudian menjadi anjing yang baik, bahkan menolong putri mereka ketika ia dalam kesulitan.  
 
Film "June & Kopi" ini dari segi kualitas masih kurang elok. Kualitas editingnya, sinematografinya dan juga ceritanya masih seperti FTV, belum wow andaikata ditayangkan di bioskop. Namun aku mengapresiasi kedua pemeran anjingnya, pastinya tak mudah mengarahkan kedua anjing tersebut untuk berakting dan masuk ke dalam cerita.
 
Ceritanya juga masih nampak terinspirasi dari kisah-kisah anjing penyelamat ala "Bolt", "Airbud", dan lainnya. Masih kurang nuansa lokalnya. 
 
Nah, film tentang anjing ketiga yang kubahas adalah "Marley" yang tayang pada 17 Maret 2022. Menurutku dari premis, dibandingkan dengan "June & Kopi", maka "Marley" lebih memiliki sisi nuansa lokalnya. 
 
Aku waktu itu menontonnya di bioskop. Dan di awal film aku langsung kagum dengan keberanian rumah produksi kolaborasi Denny Siregar Production, Maxstream Original, dan Air Films yang tak hanya mengangkat sisi persahabatan manusia dan anjing, namun juga sisi nuansa budayanya, yaitu tentang penculikan anjing, perdagangan daging anjing, dan juga sikap sebagian manusia terhadap anjing.
 
Dikisahkan Marley adalah anjing bulldog betina yang berukuran besar. Ia berhasil lolos dari kandang komplotan pedagang daging anjing. Ia kemudian kabur dan bertemu dengan Doni (Tengku Tezi), guru matematika di sebuah sekolah dasar.
 
Awalan kisahnya sungguh menarik. Awalnya kubayangkan ceritanya bak "101 Dalmatians" di mana Marley dan Doni bisa membebaskan anjing-anjing yang akan bernasib naas, menjadi santapan manusia. 
 
Namun rupanya tidak. Ceritanya tetap dibuat sederhana dengan hanya menyoroti persahabatan antara Marley dan Doni. 
 
Meskipun ceritanya terkesan ke sana-ke sini dengan bumbu romantis antara Doni dengan guru bahasa Inggris bernama Vina (Tyas Mirasih), namun intinya tetap sederhana tentang hubungan Doni dan Marley.
 
Marley membuat Doni banyak berkorban namun kemudian mendapatkan banyak peluang. Awalnya tak sedikit orang-orang yang menghindarinya karena ia membawa anjing besar. Ini sebenarnya pandangan umum yang kita jumpai karena tak sedikit orang yang takut dengan anjing, kuatir digigit dan kuatir dijilat karena najis. 
 
Kisah "Marley" yang dibesut Ridho M. Ainun ini dari segi kualitas teknis dan cerita juga masih seperti FTV. Tokoh utamanya, Doni, dibuat memiliki sifat yang agak berlebihan. Hubungan cintanya juga klise, mudah ditebak. Tokoh-tokoh lainnya dan sosok antagonis digambarkan komikal. 
 
Kualitas gambarnya juga biasa saja. Demikian juga dengan performa akting para pemainnya.
 
Namun, sisi yang memiliki nilai plus dari film ini, adalah gambaran sosok Marley dan hubungan Doni-Marley. Anjing yang memerankan Marley di sini nampak luwes berakting bersama Tengku Tezi. 
 
Melihat judul "Marley" mengingatkan pada film Hollywood berjudul mirip, "Marley & Me", anjing nakal yang suka memporak-porandakan seisi rumah. 
 
Di awal kisah Marley juga nakal dan memberantakkan isi rumah. Namun kemudian hubungan Marley dan Doni seperti Hachi dalam "Hachi: A Dog's Tale" yang menyentuh dan mengharukan.
 
Ya, kisah perdagangan anjingnya mungkin baru tempelan. Atau, mungkin topik ini masih sensitif karena masih ada saja penggemar santapan daging anjing. 
 
Bila dicek di situs filmindonesia.or.id film "Marley" tak begitu menarik perhatian penonton. Hanya 21.575 penonton, masih kalah dengan film percintaan dan film horor yang dirilis selama pandemi.
 
Angka perolehan penonton sebenarnya kecil bila dibandingkan dengan promo yang cukup gencar. Di jaringan XXI sempat ada promo buy 1 get 1 khusus nonton "Marley". Lalu juga diadakan beberapa kali nobar gratis, salah satunya di bioskop sekitaran Cijantung, Jakarta Timur. 
 
Meski tak begitu banyak penonton, harapannya rumah produksi tidak kapok untuk membuat film tentang persahabatan manusia dan satwa. Tak harus anjing, persahabatan dengan kucing, hamster, dan hewan lainnya juga bakal menarik untuk disimak. Bentuknya juga bisa berupa animasi, tak melulu live action.
 
Mengapa film persahabatan manusia dan satwa perlu dibuat? Karena lewat film akan lebih mudah untuk menanamkan dan mendidik penonton, terutama anak-anak untuk menyayangi hewan-hewan di sekitar kita. Memiliki sahabat berupa hewan peliharaan juga akan membuat mental kita lebih sehat.