Invincible – Dampak Merusak dari Manusia Super di Dunia Nyata
27 March 2022 |
22:35 WIB
6
Likes
Like
Likes
Superhumans, manusia super. Mereka punya kemampuan yang melebihi kemampuan manusia biasa. Beberapa dari mereka ada yang menggunakan kekuatannya untuk kebaikan, ada juga yang menggunakan untuk sebaliknya.
Pernah berfikir seperti apa keadaan dunia kalau manusia super beneran ada?
Bayangin. Misalnya, ada dua individu berkekuatan super lagi bertengkar di tengah sebuah kota. Terbang bolak-balik, saling tonjok-tonjokan sambil menabrak gedung-gedung di sekitar mereka, menghancurkan upaya konstruksi bertahun-tahun menjadi butiran debu. Para supers tersebut saling membahayakan satu sama lain seperti yang mereka lakukan terhadap lingkungannya. Seberapa dahsyat akan kerusakannya? Gimana dengan nasib warga yang berada di gedung-gedung, atau bahkan yang lagi di jalanan? Gimana bisa menyelamatkan nyawa kalau nyawa-nyawa itu ikut terluka dalam pertarungannya? Kisah superhero yang lain cenderung mengabaikan kehancurannya, sedangkan Invincible (2021) nunjukkin kebrutalan dengan sepenuhnya.
Invincible adalah serial komik superhero dewasa Amerika yang dibuat oleh penulis Robert Kirkman – yang juga menulis The Walking Dead dan Marvel Zombies – Cory Walker, dan Ryan Ottley. Adaptasi animasi untuk serialnya diumumkan pada tahun 2017, setahun sebelum seri komiknya berakhir, dengan jangka waktu publikasi 15 tahun dari Januari 2003 hingga Februari 2018. Tidak sampai 4 tahun kemudian pada tahun 2021 baru akhirnya ditayangkan di Amazon Prime Video. Hanya sebulan setelah dirilis, Invincible disambut dengan pujian luas dari kritikus dan para penonton, dan tidak susah untuk melihat kenapa bisa begitu.
Invincible menceritakan kehidupan Mark Grayson (Steven Yeun), anak dari superhero terkuat di bumi, Omni-Man (J.K. Simmons), yang mendapatkan kekuatannya pada usia 17 tahun. Kita melihat Mark memulai perjalanannya untuk menjadi pahlawan. Menemukan teman-teman dan musuh-musuh baru di sepanjang jalan sambil juga mencoba menyeimbangkan kehidupan sekolah menengahnya dengan tugas-tugas pahlawan supernya. Terdengar familiar?
Serialnya dimulai seperti kartun superhero tipikal. Yang baik lawan yang jahat. Yang baik menang; yang jahat kalah. Yang baik menyelamatkan hari, semua tampak terlihat normal. Lalu, pas credits awal mulai ditunjukkin, tiba-tiba kita dikasih scene baru. Di sinilah semua cliché lenyap gitu aja, karena scene ini mengubah seluruh nuansa series tersebut. Scene yang berakhir dengan tumpahan darah. Scene yang tak diduga, tak disangka. Sampai titik ini dimana kita diberi tau akan seperti apa seriesnya kepedan. Ini, dan beberapa hal lain yang akan disampaikan di artikel ini, adalah yang membedakan Invincible dari sebagian besar cerita superhero yang kita dengar.
Invincible (Steven Yeun) – yang identitas sebenarnya adalah Mark Grayson – adalah protagonist utama dari serial ini. Ia adalah superhero simpatik dan manusiawi yang tujuan utamanya adalah menyelamatkan sebanyak orang yang dia bisa, dan ketika orang-orang itu yang ia berusaha untuk melindungi meninggal, itu menunjukkan bahwa pahlawan super pun tidak selalu bisa menyelamatkan semua orang. Skenario yang sama terjadi ketika ada penyerangan di kota.
Ketika Flaxans, ras alien antar-dimensi, menyerbu kota, Mark berusaha menyelamatkan seorang nenek-nenek, namun Mark tertembak saat dia sedang terbang, menjatuhkannya ke lubang dan melukai wanita itu secara fatal. Orang-orang sekitar juga diperlihatkan sedang ditembak laser dan diinjak-injak sampai berceceran darah. Momen-momen seperti ini adalah kunci untuk perkembangan Mark sebagai karakter.
Tantangan Mark yang terakhir di finale Season 1 adalah tantangan terberat yang ia pernah hadapi, secara mental dan fisik.
Invincible (2021) tidak takut untuk menunjukkan konten kekerasannya yang sangat brutal. Kebrutalan tersebut digambar dengan sangat detail. Bisa terlihat butiran-butiran otak dan organ lainnya yang berterbangan saat terjadi pertengkaran. Merah sudah bukan warna yang asing di seri ini. Mirip-miripan dengan The Boys (2019) dalam hal konten kekerasannya. Semakin berjalannya serial ini juga menjadi semakin brutal dan kejam isi kontennya. Ini digambarkan lewat sekuensi judul di mana kartu judulnya secara bertahap menjadi lebih berdarah seiring jalannya seri.
Dengan itu, gore atau kekerasan brutal bukanlah faktor mengejuntukan, karena sebenarnya gore tersebut berkontribusi banyak pada cerita. Menunjukkan kebrutalan membantu memperluas tema serial ini karena membuat dunianya terasa lebih realistis. Iya, bisa dikatakan kalau kekerasannya bisa memelebihi dari biasanya, yang kemungkinan besar akan mengasingkan beberapa pentonton, terutama episode terakhir yang menampilkan paling banyak darah daripada episode lain dalam seri. Namun, itu semua tidak menggangu-gugat apa yang disampaikan oleh serial ini.
Invincible mengambil pendekatan yang menyegarkan, organik dan realistis ke dunia superhero. Serial yang tidak takut untuk menunjukkan implikasi yang menghancurkan jika superheroes beneran ada di dunia nyata. Tema-tema keluarga dan konflik moral terjalin dengan baik dengan narasi utamanya. Season 1 memberikan kesan yang sangat baik untuk apa yang akan datang di season-season berikutnya.
Pernah berfikir seperti apa keadaan dunia kalau manusia super beneran ada?
Bayangin. Misalnya, ada dua individu berkekuatan super lagi bertengkar di tengah sebuah kota. Terbang bolak-balik, saling tonjok-tonjokan sambil menabrak gedung-gedung di sekitar mereka, menghancurkan upaya konstruksi bertahun-tahun menjadi butiran debu. Para supers tersebut saling membahayakan satu sama lain seperti yang mereka lakukan terhadap lingkungannya. Seberapa dahsyat akan kerusakannya? Gimana dengan nasib warga yang berada di gedung-gedung, atau bahkan yang lagi di jalanan? Gimana bisa menyelamatkan nyawa kalau nyawa-nyawa itu ikut terluka dalam pertarungannya? Kisah superhero yang lain cenderung mengabaikan kehancurannya, sedangkan Invincible (2021) nunjukkin kebrutalan dengan sepenuhnya.
Team T dan Mark Grayson (Steven Yeun), disebut juga dengan Invincible (Sumber: Wind Sun Sky Entertainment)
Invincible menceritakan kehidupan Mark Grayson (Steven Yeun), anak dari superhero terkuat di bumi, Omni-Man (J.K. Simmons), yang mendapatkan kekuatannya pada usia 17 tahun. Kita melihat Mark memulai perjalanannya untuk menjadi pahlawan. Menemukan teman-teman dan musuh-musuh baru di sepanjang jalan sambil juga mencoba menyeimbangkan kehidupan sekolah menengahnya dengan tugas-tugas pahlawan supernya. Terdengar familiar?
Serialnya dimulai seperti kartun superhero tipikal. Yang baik lawan yang jahat. Yang baik menang; yang jahat kalah. Yang baik menyelamatkan hari, semua tampak terlihat normal. Lalu, pas credits awal mulai ditunjukkin, tiba-tiba kita dikasih scene baru. Di sinilah semua cliché lenyap gitu aja, karena scene ini mengubah seluruh nuansa series tersebut. Scene yang berakhir dengan tumpahan darah. Scene yang tak diduga, tak disangka. Sampai titik ini dimana kita diberi tau akan seperti apa seriesnya kepedan. Ini, dan beberapa hal lain yang akan disampaikan di artikel ini, adalah yang membedakan Invincible dari sebagian besar cerita superhero yang kita dengar.
Mark Grayson (Steven Yeun) berceceran darah di tengah medan pertengkaran (Sumber: Wind Sun Sky Entertainment)
Ketika Flaxans, ras alien antar-dimensi, menyerbu kota, Mark berusaha menyelamatkan seorang nenek-nenek, namun Mark tertembak saat dia sedang terbang, menjatuhkannya ke lubang dan melukai wanita itu secara fatal. Orang-orang sekitar juga diperlihatkan sedang ditembak laser dan diinjak-injak sampai berceceran darah. Momen-momen seperti ini adalah kunci untuk perkembangan Mark sebagai karakter.
Tantangan Mark yang terakhir di finale Season 1 adalah tantangan terberat yang ia pernah hadapi, secara mental dan fisik.
Pasukan Flaxans yang sedang menyerang kota (Sumber: Wind Sun Sky Entertainment)
Dengan itu, gore atau kekerasan brutal bukanlah faktor mengejuntukan, karena sebenarnya gore tersebut berkontribusi banyak pada cerita. Menunjukkan kebrutalan membantu memperluas tema serial ini karena membuat dunianya terasa lebih realistis. Iya, bisa dikatakan kalau kekerasannya bisa memelebihi dari biasanya, yang kemungkinan besar akan mengasingkan beberapa pentonton, terutama episode terakhir yang menampilkan paling banyak darah daripada episode lain dalam seri. Namun, itu semua tidak menggangu-gugat apa yang disampaikan oleh serial ini.
Mark Grayson (Steven Yeun) berterbangan disamping gedung (Sumber: Wind Sun Sky Entertainment)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.