‘Penyalin Cahaya’ : Suara Korban Pelecehan Seksual

27 March 2022   |   10:30 WIB

Like
Film yang disutradai oleh Wregas  Bhanuteja ini bergenre drama thriller misteri . Tayang pada tahun 2021 dan berhasil memenangkan 12 penghargaan di Festival Film Indonesia.
Film Penyalin Cahaya ini mengangkat isu tentang pelecehan seksual yang saat ini memang marak terjadi khususnya di Indonesia sendiri.  Memiliki alur cerita yang  sedikit rumit, membuat penonton semakin tertarik  untuk terus mengikuti alurnya.

Suryani atau biasa dipanggil Sur (Shenina Cinnamon) adalah seorang mahasiswi semester 1 yang berprestasi. Terlahir dari keluarga sederhana dan cukup ketat, ia juga menjadi sukarelawan perancang web di grup teater Mata Hari. Saat itu Teater Mata Hari merayakan kemenangan atas keberhasilan teater mereka,  grup teater Mata Hari mengadakan pesta di rumah Rama (Giulio Parengkuan), pesta yang sangat ‘meriah’  itu  membuat beberapa anggota grup teater mabuk dan tak sadarkan diri salah satunya Sur. Inilah awal penyebab Sur mengalami pelecehan seksual.

Sebelum menghadiri pesta itu, ayah Sur sempat tidak mengizinkan Sur untuk menghadiri pesta tersebut karena takut anaknya itu akan mabuk dan menghambat proses belajarnya di kampus, karena masa depan Sur bergantung pada beasiswanya itu. Namun Sur tetap bersikeras untuk datang ke pesta  dengan  mengajak teman kecilnya yaitu  Amin (Chicco Kurniawan) meskipun pada awalnya Amin menolak. Saat pesta awalnya Sur merasa tidak nyaman, namun karena hasutan dari para anggota teater lain membuat Sur menjadi menikmati pesta itu, Amin yang sempat mengajak Sur untuk pulang pun dihiraukan begitu saja. Dan benar saja keesokaannya foto dirinya yang sedang selfie sambil mabuk telah tersebar di media sosial, hari itu dunia seakan tidak lagi berpihak pada Sur. Sur yang kebingungan, ketakutan tetap mencoba berbagai cara untuk mengungkap kebenaran.

Film ini memiliki alur konflik yang terus memuncak. Apalagi ketika ternyata Amin juga pernah menjadi salah satu pelaku pelecehan seksual dan Sur menjadi salah satu korbannya, ditambah ketika ternyata pelaku pelecehan seksual yang dialami Sur adalah Rama, orang yang tidak pernah ia sangka dan justru orang yang ia sangka sebagai pelaku justru ternyata adalah korban dari pelaku yang sama, bahkan sampai mengalami depresi dan trauma.

Simbol dan tanda tentang inti dalam film ini sebenarnya sudah ditunjukkan dari awal, salah satunya lewat pemeran Farah (Lutesha) karena Farah ini sudah menjadi korban pelecehan seksual  Rama lebih dulu daripada Sur. Bahkan Farah sudah mengetahui bahwa pelakunya adalah Rama namun ia tidak berani berbicara lagi karena selalu diabaikan, Farah juga secara tidak langsung telah memberikan tanda peringatan kepada Sur untuk keluar dari grup teater. Jika sudah menonton film ini sampai akhir kita akan langsung sadar bahwa, di awal film juga sudah diperlihatkan tanda bentuk pelecehan seksual dalam film ini ketika grup teater Mata Hari tampil.

Menurutku, gak heran kenapa film ini bisa dapet 12 Penghargaan di Festival Film Indonesia, karena memang dari segi cerita yang mengangkat isu pelecehan seksual ini membuat film semakin  menarik, karena selama ini kasus pelecehan seksual ini lumayan sering terabaikan yang  membuat korban pelecehan seksual ini tidak berani berbicara dan bertindak karena merasa diabaikan dan kurang didengar.  Segi artistik, cahaya, wardrobe dan acting para pemain yang mendukung dan keren banget bikin suasana dan makna di film ini makin kerasa. Dan karena banyaknya pemain yang lumayan sering muncul bikin kita semakin penasaran sebenernya siapa sih pelaku pelecehan seksual ini. Di film juga ini sangat memfokuskan bagaimana perjuangan korban pelecahan seksual (Sur, Farah, Rama) agar suaranya dapat didengar dan mendapatkan keadilan.

Mungkin bagi sebagian orang akan kurang memahami alur  dari film ini karena memang film imemiliki alur yang sedikit rumit dan intinya pun tidak dijelaskan secara langsung namun dengan perlahan dan melalui simbol atau tanda. Namun  Film ini memberikan banyak banget pesan terutama untuk para korban pelecehan seksual untuk berani berbicara dan bertindak.  Pelecehan seksual itu bisa terjadi pada siapa pun, korbannya bisa laki-laki bisa perempuan dan bentuk pelecehannya pun bisa bermacam-macam jadi kita harus lebih berhati-hati dimanapun, kapanpun, dan pada siapapun terutama ketika mulai memasuki lingkungan yang baru.