THE BOX (2021) : “Puncaki Box Office Korea Selatan dengan Alur yang Simple, kok bisa?”

27 March 2022   |   08:27 WIB

Like
Siapa yang tak kenal Chanyeol EXO? Idol yang terkenal sebagai Happy Virus dan bertalenta yang tidak hanya menguasai satu bidang musik, vokal, rapp, dan dalam film The Box harus berakting menjadi karakter yang kalem dan pendiam. Film korea drama musikal yang dibintangi oleh Chanyeol EXO dan Dal-Hwan rilis pada 24 Maret 2021, film yang berdurasi 94 menit ini sukses memuncaki Box Office di Korea Selatan saat pertama kali tayang.  Sederet talenta yang Chanyeol miliki, sangat mendukung perannya sebagai Jihoon dalam film The Box yang digambarkan dengan apik. Film produksi Yeonghwasa Take Co., Ltd disutradarai oleh sutradara teater, Yang Jung Woong. Film The Box membawakan beragam jenis genre musik yang dikemas dalam satu film dan yang tak kalah menariknya, tiap lagu yang dibawakan dalam film tersebut merupakan hasil rekaman suara Chanyeol EXO sendiri. Jadi, dalam film The Box ini Chanyeol EXO tidak hanya berakting, tapi juga memainkan alat musik, bahkan menyanyi, dan menciptakan lagu.
Film The Box mengisahkan tentang seorang pemuda bernama Jihoon (Chanyeol EXO) dengan talenta yang luar biasa dipertemukan dengan Min-Su (Dal-Hwan) seorang mantan produser artis yang mengalami kebangkrutan dan tidak ingin menyerah begitu saja pada keadaan. Min-Su memiliki banyak utang dan harus segera melunasi semua dalam waktu dekat. Min-Su merupakan seorang produser berpotensi terbukti dari beberapa penghargaan yang ia dapatkan. Pada satu momen Min-Su mendengar suara Jihoon menyanyi dari dalam pos yang gelap. Min-Su ingin mengontrak Jihoon sebagai artisnya begitu mendengar suara dan permainan musiknya yang apik, tetapi Jihoon menolak. Jihoon memiliki demam panggung akibat trauma kelam  yang dimilikinya semasa kecil. Bujukan demi bujukan terus dilayangkan Min-Su pada Jihoon untuk mencoba menjadi penyanyi. Jihoon yang pendiam, tak banyak bicara, dan cenderung cuek, tidak begitu mempedulikan rengekan Min-Su. Tetapi pada akhirnya mereka tetap pergi bersama. Semua bermula kala Jihoon yang tidak bisa menyanyi di depan orang lain, akhirnya menyetujui kontraknya dengan Min-Su untuk melakukan perjalanan musik ke sepuluh kota di Korea Selatan. Box dari pasar loak menjadi salah satu alternatif untuk percobaan Jihoon menyanyi tanpa dilihat orang lain. Pada percobaan pertama, meskipun Jihoon menyanyi di dalam box namun trauma Jihoon terulang kembali saat melihat tatapan semua orang disekelilignya hingga dirinya pingsan.
            Min-Su membawa Jihoon ke rumahnya, Jihoon melihat semua poster artis ternama serta berbagai piala penghargaan dan memperlihatkan bagaimana situasinya sekarang, ditambah permintaan ibu Min-Su yang memohon pada Jihoon untuk membantu anaknya. Utang-utang terus bergilir meminta dilunasi, dan Min-Su masih mencoba mendapatkan kembali kejayaannya dalam karir. Min-Su ingin Jihoon menjadi artis yang ia naungi dan menjadikannya terkenal seperti mantan artisnya, Rothy, yang justru lebih bersinar meski tidak lagi dengannya.
            Perjalanan keduanya dimulai, Jihoon menyanyi mulai dari kuil, taman, hingga ke club di beberapa kota. Menggunakan mobil Min-Su dengan membawa selalu box loak di atasnya, Jihoon pun melaksanakan perjalanan musiknya. Tidak mudah untuk menapaki panggung demi panggung untuk seorang Jihoon. Demam panggung yang ia miliki berpotensi merusak panggung yang coba Min-Su ciptakan untuknya. Hingga pada suatu waktu, mereka bertemu dengan seorang penyanyi tunanetra bernama Nana (Kim Ji-Hyun). Jihoon mendapatkan banyak pesan dan petuah dari Nana, sampai pada kesempatan ia manggung bersama Nana, Jihoon yang hampir mengalahkan traumanya namun kembali kalah, merasa gagal, dan kecewa dengan dirinya sendiri yang masih tidak bisa melawan trauma serta rasa takutnya. Masa lalu yang membuat Jihoon pergi dari rumah masih sangat membayanginya hingga ia dewasa. Jihoon menyukai musik dan bernyanyi, tetapi tidak untuk di hadapan orang lain. Min-Su melihat bagaimana kacaunya Jihoon kala pemuda itu lagi-lagi gagal mengatasi trauma yang Jihoon miliki. Tak memaksakan, Min-Su pun bersikap tenang walau pikirannya sedikit berantakan karena itu. Min-Su dan Jihoon adalah penggambaran dua orang asing yang menjadi sangat dekat bagaikan saudara setelah melewati berbagai lika-liku.
            Pada perjalanan musik selanjutnya, box yang dimiliki Jihoon mulai dimodifikasi dari yang sebatas box loak biasa lalu dilukis menjadi box yang lebih berwarna dan iconic. Jihoon sudah bisa mengkontrol rasa traumanya meskipun dirinya belum berani untuk menyanyi tanpa box. Mereka berada di tempat dengan kebebasan musik dan ekspresi. Min-Su mempersilakan Jihoon untuk melakukan apapun yang ia sukai, untuk memainkan musik apapun yang diinginkan. Karena kontrak mereka telah habis, karena pertunjukan dengan jumlah yang telah disepakati sudah usai. Jihoon terkejut dan merasa berat, ia tidak menyangka jika Min-Su ‘membuangnya’. Perlakuan Min-Su yang demikian justru memantik emosi Jihoon yang membawanya untuk bisa tampil menyanyi  di hadapan orang lain. Jihoon mendapatkan keberaniaanya untuk tampil menunjukkan diri bahwa ia bisa melakukan hal tersebut. Min-Su tersenyum bangga, rencananya berhasil.
            Jihoon akhirnya melakukan audisi dan berhasil bergabung di label musik. Min-Su menjadi orang paling bangga atas apa yang Jihoon raih. Mereka pun berbahagia akan hal itu.
Suara Chanyeol EXO dan permainan alat musiknya memanjakan telinga, visualnya menghipnotis, dan feeling yang disampaikan pun terasa sehingga seolah-olah penonton film The Box dapat merasakan konser Chanyeol EXO secara nyata. Film The Box menyiratkan pesan bahwa sesorang yang tidak memiliki kesempurnaan fisik tapi memiliki jiwa seni dan berani eksplor potensinya jauh lebih memiliki banyak pelajaran hidup, apalagi ketika mereka bisa ‘survive.’
Scene by scene menggambarkan betapa talentanya seorang Jihoon, dan disisi lain, menunjukkan betapa tersiksanya pemuda tersebut karena rasa trauma. Min-su, sudah seperti kakak bagi Jihoon. Bukan kewajiban Min-Su untuk membantu Jihoon mengalahkan traumanya. Tetapi dalam film ini, nampak bagaimana usaha Min-su menjaga Jihoon terlepas dari kepentingannya yang ingin menjadikan Jihoon artisnya. Meskipun Min-Su mantan produser artis ternama namun Min-Su tak malu untuk memulai karirnya lagi dari bawah bersama Jihoon. Rasa kekeluargaan tergambar dalam film ini walau tanpa ikatan darah, namun bisa berjuang bersama dan saling menguatkan satu sama lain.
            Pada perjalanan musik yang dilakukan oleh Min-Su dan Jihoon, selalu ada scene yang menunjukkan makanan khas dari setiap kota yang mereka singgahi. Budaya Korea Selatan memang khas, apalagi kulinernya. Pengenalan budaya yang dikemas dalam sebuah film, menurut kami sangatlah efektif.  Kami pikir mungkin inilah salah satu alasan mengapa semakin banyak muncul gerai-gerai makanan khas Korea Selatan. Selain itu disetiap kota yang mereka datangi juga secara tidak langsung mempelajari bagaimana cara seorang musisi jalanan untuk menarik perhatian penontonnya.
Sayangnya alur dan konflik yang diangkat dalam film The Box ini terlalu simpel, yaitu tentang seseorang yang memiliki trauma dan mencoba untuk melawannya. Alasan dari traumanya tersebut pun tergolong ‘pasaran’ sehingga tidak menciptakan reaksi baru saat mengetahuinya. Konflik yang diusung ringan, penonton setidaknya bisa menebak bagaimana ending atau akhir dari film The Box ini. Hal ini berhubungan dengan strategi branding yang dilakukan oleh film The Box ini sesuai dengan target marketnya karena film ini merupakan debut pertama kali Chanyeol  EXO dalam film layar lebar, sehingga menggugah rasa penasaran para Kpopers terutama para EXO-L, lonjakan penonton yang terjadi pun bisa dikatakan merupakan efek dari besarnya jumlah penggemar Chanyeol EXO, seperti yang diketahui bahwa penonton terbanyak dari film The Box ini berasal dari Indonesia sebanyak 120.189 penonton, karena populasi Kpopers di Indonesia membludak.