The Last Duel, Satu Lagi Dari Ridley Scott

27 March 2022   |   06:41 WIB

Like
     Satu lagi dari Ridley Scott, sutradara legendaris yang beberapa karyanya sudah tidak asing lagi di telinga, mulai dari Prometheus, Blade Runner 2049, sampai House of Gucci. Selain disutradarai oleh sosok legendaris, film The Last Duel juga dibintangi oleh aktor-aktor kelas atas. Matt Damon berperan sebagai Jean De Carrouges, Jodie Comer memerankan Marguerite De Carrouges, Adam Driver memerankan Jacques Le Gris, dan Ben Affleck yang memerankan Count Pierre d’Alencon.

     Film ini berpusat pada Le Gris (Adam Driver) yang dituntut oleh Marguerite (Jodie Comer) karena telah melakukan pemerkosaan pada dirinya. Setelah proses persidangan yang cukup absurd, keputusan akhir raja mengharuskan Jean De Carrouges (Matt Damon) sebagai suami dari Marguerite untuk bertarung satu lawan satu dengan Jacques Le Gris yang sempat menjadi sahabatnya, dengan taruhan nyawa dan harga diri, siapa yang menang dianggap benar dan siapa yang kalah dianggap bersalah, apabila Jean kalah dalam pertarungan tersebut, tuduhan Marguerite akan dianggap fitnah dan dia akan dihukum mati dengan dibakar hidup-hidup.

     Selain Foreshadowing adegan yang akan terjadi di akhir film, penonton juga langsung disambut dengan cara yang mengingatkan saya dengan ciri khas Quentin Tarantino, yaitu sambutan “Chapter 1”, yang membuat kita merasa seakan-akan sedang menonton novel. Tapi memang benar, film ini akan diceritakan melalui tiga sudut pandang berbeda, jadi sepertinya menarik kalau saya juga nge-review film ini berdasarkan bagian-bagiannya.

     Bagian pertama dari film ini menceritakan kebenaran dari sudut pandang Jean De Carrouges, yang pada intinya bercerita tentang kepiawaian Jean dalam bertarung, prajurit tangguh yang tidak ragu maju pertama kali untuk memimpin perang, serta bagaimana dia menyelamatkan Jacques Le Gris ketika hampir terbunuh di medan perang tersebut, yup betul sekali, pertemuan dan persahabatan Jean dan Jacques bermula dari medan perang. Jean juga menceritakan bagaimana dirinya di khianati oleh Le Gris yang merampas tanah hadiah pernikahan dan warisan yang seharusnya menjadi milik Jean, kejadian ini menjadi awal mula perpecahan persahabatan antara Jean dan Jacques. Jean juga menceritakan bagaimana dirinya tanpa ragu menyerukan perdamaian pada sebuah acara pesta dan melupakan pengkhianatan yang dilakukan Le Gris padanya di masa lampau. Bukan hanya sisi tangguhnya, Jean juga menceritakan dirinya sebagai seorang suami yang penuh perhatian dan kasih sayang kepada istrinya, Marguerite, bahkan saat Marguerite menceritakan dirinya diperkosa, Jean langsung menghibur, mendukung istrinya dan tanpa ragu mengambil langkah berani untuk membelanya, walaupun mereka tahu akan ditekan oleh koneksi politik yang dimiliki oleh Le Gris.

     Bagian kedua menceritakan kebenaran dari sudut pandang Jacques Le Gris. Pada saat peperangan, Jacques bercerita bagaimana dirinya tanpa ragu memimpin pasukan untuk maju menghadapi musuh mereka dan pada peperangan itu dia menyelamatkan Jean De Carrouges yang hampir mati terbunuh. Jacques juga menceritakan bagaimana dia berusaha membela Jean saat Count Pierre (Ben Affleck) berniat menjatuhkan Jean, namun karena Jacques hanyalah bawahan, dia merasa tidak memiliki pilihan selain menuruti kehendak Count Pierre dan menerima tanah dan warisan yang diambil oleh Count Pierre dari Jean. Jacques juga bercerita tentang bagaimana dia menyerukan perdamaian dengan Jean di sebuah acara pesta, dan pada acara pesta itu Jacques sempat berbicara panjang lebar dengan Marguerite dan ada koneksi di antara keduanya. Di berbagai kesempatan, Jacques merasa bahwa Marguerite memberikan sinyal-sinyal romantis padanya melalui tatapan dan senyuman. Pada suatu waktu, ketika Marguerite ditinggal sendiri di rumahnya, Jacques bertamu tanpa diundang dan mengungkapkan perasaannya pada Marguerite, namun Marguerite menolak dan meminta Jacques pergi dari rumahnya sembari berlari menuju kamarnya yang terletak di lantai atas. Saat Marguerite berlari, Jacques merasa Marguerite sebenarnya diam-diam mengundangnya untuk mengikutinya ke kamar, oleh karena itu Jacques mengikutinya dan “memaksa” Marguerite untuk berhubungan seksual. Menurut Jacques, Marguerite sebenarnya diam-diam menginginkan hubungan seksual tersebut.

     Bagian ketiga menceritakan kebenaran dari sudut pandang Marguerite De Carrouges, sang korban. Ridley Scott juga menambahkan detail kecil pada scene pembuka bagian ketiga ini yang memberikan petunjuk bahwa sudut pandang Marguerite adalah sudut pandang yang paling benar dan akurat. Pada bagian ini, Marguerite bercerita tentang bagaimana dia menjadi istri yang sabar menghadapi tekanan dari mertuanya yang merendahkannya karena belum juga hamil walaupun sudah menikah selama satu tahun dengan Jean. Di tengah tekanan batinnya, Marguerite juga harus bekerja untuk mengelola usaha-usaha yang dimiliki oleh Jean. Saat Jean pulang dari peperangan, Marguerite menyambutnya menggunakan gaun baru yang sepertinya menurut standar jaman itu terlalu terbuka. Alih-alih senang, Jean menanggapi Marguerite dengan dingin, bahkan tidak menyentuhnya sama sekali karena Jean merasa malu dengan gaun yang dikenakan oleh Marguerite untuk menyambutnya. Saat acara pesta, orang lain yang menyerukan perdamaian antara Jacques dan Jean, bukan salah satu dari mereka. Selama acara pesta tersebut, Marguerite hanya berkumpul dengan beberapa wanita, membicarakan sosok Jacques yang dianggap tampan oleh wanita-wanita itu, Marguerite setuju, namun juga menyatakan kalau mereka harus berhati-hati dengan Jacques karena dia bukan orang yang bisa dipercaya. Pada suatu waktu, Marguerite sendirian di rumah dan Jacques datang tanpa diundang untuk menyatakan perasaaannya pada Marguerite yang sudah jelas di tolak mentah-mentah karena Marguerite tidak menyukai Jacques. Tidak berhenti sampai di situ, Marguerite juga mengusir Jacques dari rumahnya, namun Jacques tidak bergeming. Marguerite akhirnya mencoba kabur, berlari menuju kamarnya yang berada di lantai dua, karena panik dan karena Jacques yang memegangi kakinya, Marguerite terpeleset dan sepatunya terlepas. Usaha Marguerite untuk kabur dari Jacques tidak berhasil, meski Marguerite mencoba berteriak berkali-kali, tidak ada satupun jawaban. Sampai akhirnya, Marguerite harus menerima nasibnya di perkosa oleh Jacques. Saat menceritakan kejadian yang dialaminya kepada Jean, alih-alih mendapat perlakuan yang baik, Marguerite dicekik dan diperlakukan secara kasar sebelum akhirnya Jean menjadi tenang, namun segera setelah itu Jean memaksa Marguerite untuk berhubungan seksual, karena dia tidak mau Jacques menjadi orang terakhir yang “menikmati” Marguerite.

     Secara visual, tidak ada yang spesial dari film ini. Tapi jangan salah, karena secara keseluruhan, pengemasan dan alur cerita film ini bukan kaleng-kaleng. Film ini sangat menarik untuk ditonton karena ketiga bagian dari film ini semuanya terjadi pada timeline yang sama, diceritakan ulang sebanyak tiga kali, namun tetap tidak membosankan untuk ditonton. Kuncinya ada pada detail-detail kecil yang terlihat jelas perbedaannya pada setiap sudut pandang, mulai dari dialog hingga ekspresi wajah. Selain itu, film ini juga mengangkat isu yang sensitif tentang betapa menakutkannya menjadi korban pelecehan seksual atau bahkan pemerkosaan. Risiko yang harus ditanggung ketika memberanikan diri untuk mengakui diri sebagai korban dan menuduh orang lain sebagai pelakunya cukup tinggi, selain kecenderungan untuk turut disalahkan, cukup sulit juga membuktikan tuduhan tersebut.

     Salah satu adegan absurd yang melekat di benak saya adalah ketika Marguerite menghadapi beberapa petinggi di pengadilan, ada salah satu pernyataan yang diungkapkan oleh mereka, “a rape cannot cause pregnancy, it’s just science”, atau terjemahannya “menurut sains, pemerkosaan tidak mungkin menyebabkan kehamilan”, tapi diperkatakan dengan lebih sinis dan menyebalkan, dan betul, Marguerite hamil setelah kejadian itu, tetapi tidak pernah dijelaskan apakah kehamilan tersebut hasil dari perkosaan yang dilakukan Jacques atau hasil dari hubungannya dengan Jean. Mungkin karena tidak ada metode ilmiah yang memadai juga pada saat itu untuk membuktikannya.

     Pada akhirnya, ketiga sudut pandang ini menuju kepada satu kesimpulan yang sama, duel antara Jacques dan Jean. Jacques untuk melindungi harga dirinya, Jean untuk membalas dendam dan mengenyangkan egonya, serta nyawa sebagai bonus taruhannya. Siapa pemenangnya? Buah kenari, daun seledri, Silakan tonton sendiri, Saya pamit undur diri.