Review The Medium (2021), Film Horror Thailand yang Bikin Merinding!

27 March 2022   |   18:58 WIB

Like
The Medium adalah film bergenre horror-mockumentary, atau film bergaya dokumenter yang direkam dari sudut pandang (POV) kameramen. Film ini disutradarai oleh Banjong Pisanthanakun, seorang sutradara asli Thailand yang sukses memproduksi berbagai film hits Thailand. Beberapa diantaranya adalah Shutter (2004), Hello Stranger (2010), Pee Mak (2013) dan One Day (2016). Filmnya yang berjudul ‘Shutter’ sukses menggaet atensi sutradara Korea yaitu Na Hongjin, yang terkenal dengan karyanya ‘The Wailing (2016)’. Na Hongjin awalnya berpikir untuk memproduksi sequel dari The Wailing, namun berubah pikiran lalu akhirnya bekerjasama dengan sutradara Banjong Pisanthanakun untuk memproduksi sebuah film yang berkonsep serupa dengan The Wailing, yaitu perdukunan. Kedua film tersebut tidak berkaitan satu dengan yang lainnya, namun The Medium dibuat dengan bayangan karakter di The Wailing, yaitu Il-Gwang.

Film ini ber-setting di wilayah Isan, bagian timur laut dari negara Thailand. Isan dipilih setelah sang sutradara, Banjong survei ke beberapa wilayah di Thailand dan menyimpulkan bahwa Isan adalah sebuah tempat yang dianggap sesuai karena perdukunan atau hal mistis seringkali dikaitkan di kegiatan sehari-hari penduduknya.

The Medium menceritakan sekelompok orang dari sebuah tim yang berangkat dari Bangkok ke Isan untuk mendokumentasikan sekaligus mewawancarai langsung seorang dukun perempuan yang bernama Manit. Manit adalah seorang perantara/mediator para roh kepada penduduk di daerah tersebut. Manit mewarisi kemampuannya dari keluarganya yang merupakan keturunan dukun. Kehidupan Manit sebagai dukun tidaklah mudah. Sebelum mewarisi kekuatan itu saja, Manit sempat mengalami beberapa gejala yang tidak mengenakkan dan juga harus melakukan beberapa ritual ‘penerimaan roh’. Sebagai dukun di wilayah tersebut, selain berdoa dan meminta pertolongan kepada roh yang menjadi perantaranya, Manit juga bertugas untuk menyembuhkan penyakit yang dialami penduduk sekitar. Namun tidak disangka-sangka ternyata keponakannya sendiri, Mink tiba-tiba mengalami gejala serupa yang dialami Manit dan pewaris kekuatan dukun sebelum-sebelumnya. Ibu Mink yang awalnya denial atas kejadian yang menimpa anaknya tersebut akhirnya meminta bantuan Manit untuk menyembuhkan putrinya karena gejalanya yang sangat parah sampai mempengaruhi kehidupan sehari-hari Mink.

Visual yang disuguhkan film ini secara sekilas mengingatkan saya pada film horror Korea yang tayang pada tahun 2018 lalu yaitu 'Gonjiam: Haunted Asylum'. Mungkin karena keduanya sama-sama menggunakan konsep shot hanheld camera ala-ala film dokumenter. Saya pribadi menyukai gaya ini pada film horror atau thriller karena seringkali sukses memberikan pengalaman seperti mengalami langsung apa yang terjadi di film tersebut sehingga terasa lebih mencekam dan memacu adrenalin. Tone kehijauan nan gelap yang digunakan pada film ini juga sangat mendukung suasana menyeramkan lokasi syuting film tersebut yang kebanyakan berada di hutan.

Hal yang disayangkan pada film ini adalah jalan ceritanya yang lumayan mudah ditebak sehingga kurang ‘greget’ bagi penonton. Selain itu juga, sangat disayangkan karena banyak hal yang kurang dimengerti juga tidak tersampaikan yang disebabkan oleh subtitle film tersebut yang berdurasi sangat pendek juga cepat. Lalu, teks yang dimunculkan lumayan banyak sehingga saya sendiri sebagai penonton kurang dapat mencerna keterangan-keterangan yang disampaikan saat itu padahal teks keterangan tersebut sangat membantu penonton memahami hal yang terjadi. Beruntung sekali saat itu saya sudah sedikit mempelajari bahasa Thailand, sehingga masih dapat mengerti konteks yang disampaikan tanpa harus melihat subtitle terlebih dahulu.

Disamping itu pula, ada hal yang membuat saya terkesan selama menonton The Medium. Ya, akting pemain disini sangatlah menjiwai perannya sehingga sukses membuat saya terkagum-kagum selama menonton film ini. Terutama akting pemeran utama ‘Mink’ yang sangat realistis sehingga membuat bulu kuduk saya berdiri saking seramnya. Special Effects Makeup yang digunakan juga sangat detail sehingga menambah kengerian penonton saat melihat perbedaan Mink sebelum dan setelah ia dimasuki roh. Akting Mink yang paling mengesankan menurut saya pribadi adalah saat ia tertangkap kamera ditengah malam. Disitu terlihat ia sedang keluar berjalan-jalan didalam rumahnya dan melakukan berbagai hal yang dijamin dapat mengocok perut penonton saking menjijikkannya. Disitulah adegan favorit saya, dimana saya sampai tidak berani menatap layar bioskop karena hal yang terjadi diluar ekspektasi saya sebelumnya.

Kesimpulannya, film ini layak ditonton oleh kalian yang ingin menonton film yang memacu adrenalin dan membuat jantung kalian deg-degan parah! Alur dan pesan yang disampaikan juga menurut saya lumayan dapat dimengerti, kecuali beberapa bagian yang memang akan membuat bingung jika penonton kurang teliti membaca teks keterangan sebelumnya. Saya pribadi ingin memberikan standing applause untuk sutradara dan produser film ini, Banjong Pisanthanakun dan Na Hongjin karena kolaborasi mereka yang sukses besar sehingga film ini ditayangkan di beberapa negara, termasuk Indonesia. Ditunggu karya selanjutnya!