Review Film Miracle: Letters to the President Surat Harapan dan Perjuangan Seorang Pemuda untuk Membangun Stasiun.

24 March 2022   |   19:35 WIB
Image
KSM Review Movie & Series Enthusiast

Like
Sebuah film berdasarkan kisah nyata di sebuah kota terpencil Provinsi Gyeongsang Utara, Korea Selatan pada tahun 80-an. Film Miracle: Letters to the President bercerita tentang seorang jenius matematika yang ingin membangun stasiun menuju desanya. Film garapan Lotte Entertainment ini disutradarai oleh Lee Jang-hoon untuk Blossom Pictures.

Naskahnya yang hangat ditulis Joo Yeon-son. Film ini tayang pada 15 September 2021 pada saat perayaan Chuseok atau hari Thanksgiving di Korea dengan jumlah penonton sebanyak 681 ribu.
 

Dari awal film Jung Joon-kyeong (Park Jung-min) kecil telah diperlihatkan sebagai sosok yang jenius dalam matematika karena berhasil memenangkan kontes matematika tingkat provinsi. Jung Joon-kyeong dan kakaknya Jung Bo-kyung (Lee Soo-kyung) harus berjalan selama dua jam untuk naik kereta di stasiun, mereka juga melewati jembatan dan terowongan.

Jika ada kereta yang lewat, mereka terpaksa berlari agar tidak tertabrak. Banyak orang meninggal dalam terowongan maupun jembatan saat berusaha menghindari kereta.
 
Joon-kyeong kecil merasakan getaran setiap kereta lewat, bahkan dari kejauhan. Hingga dirinya dewasa, Joon-kyeong memutuskan untuk menjadi pemandu warga desa saat melintasi jembatan dan terowongan agar tidak tertabrak.

Tanpanya, warga desa akan kesulitan untuk melintas. Joon-kyeong menulis banyak surat untuk meminta presiden menyelesaikan masalah ini. Dibantu oleh pacarnya Song Ra-hee (Im Yoon-ah) yang membantunya menulis surat yang benar untuk dikirim kepada presiden.
 

Poster Film Miracle: Letter to the President (Sumber gambar: HanCinema)

Poster Film Miracle: Letter to the President
(Sumber gambar: HanCinema)

Sambil menunggu balasan, mereka memiliki ide untuk membuat sebuah papan peringatan yang memberikan tanda jika ada kereta yang lewat. Kereta penumpang selalu berangkat sesuai jadwal, berbeda dengan kereta barang yang tidak bisa diprediksi. Joon-kyeong mengajari warga desa menggunakan papan peringatan tersebut.

Joon-kyeong bisa lega karena tanpanya, warga bisa melintas dengan peringatan yang diberikan pada papan yang dia buat. Beberapa waktu kemudian papan peringatannya rusak dan ada yang tertabrak kereta.
 
Karena rasa bersalah dari insiden tersebut, impian Jung Joon-kyeong menjadi lebih kuat untuk membangun stasiun di desanya. Alasan lain Joon-kyeong membangun stasiun adalah berharap ayahnya Jung Tae-yoon (Lee Sung-min) akan memaafkan dirinya. Karena, menurut Joon-kyeong, penyebab kematian ibunya juga merupakan kesalahannya.

Salah satu scene yang mengharukan dan bikin merinding, ketika Joon-kyeong membangun stasiun sendirian. Satu per satu warga datang berbondong-bondong membantunya. Dengan kerja sama warga desa akhirnya stasiun berhasil didirikan. Tetapi, hal tersebut tidak disambut baik dan hampir tidak ada kereta yang mau berhenti untuk pembukaan stasiun. Bahkan kereta yang dikemudikan oleh ayahnya sendiri.
 

Joon-kyeong mengajari warga menggunakan papan peringatan yang dia buat. (Sumber gambar: HanCinema)

Joon-kyeong mengajari warga menggunakan papan peringatan yang dia buat.
(Sumber gambar: HanCinema)

Memiliki durasi 117 menit, Film ini menyajikan berbagai konflik dan diselingi dengan komedi yang fresh. Mulai dari percintaan dua remaja polos yang sama-sama baru jatuh cinta, konflik keluarga, hingga lika-liku dalam membangun stasiun berhasil dipadukan dengan baik. Memiliki plot atau alur cerita yang sulit ditebak. Bahkan beberapa momennya berhasil membuat tercengang, ketika unsur fantasi masuk ke pertengahan film tanpa merusak plot yang telah dibangun diawal.

Emosi akan bercampur aduk saat menonton film ini. Ditambah konflik Joon-kyeong dengan pemeran pendukung lain seakan memperkuat keinginan penonton untuk bersimpati kepadanya. Walaupun sutradara Lee Jang-hoon menggunakan formula yang hampir sama dengan film sebelumnya yaitu Be With You, tetapi malah membuat twist yang tidak terduga dan emosional. Beberapa petunjuk yang diperlihatkan diawal seolah membuatnya semakin menarik.
 
Dengan menggunakan properti dan kostum yang sederhana, film ini berhasil membawa penonton seolah berada di perdesaan. Akting para pemeran dalam film ini juga totalitas.

Apresiasi lebih untuk Park Jeong-min yang sukses membangun chemistry menggemaskan dengan Yoon-ah sebagai pacarnya, dengan Lee Soo-kyung sebagai kakak beradik yang usil, dan terakhir adalah chemistry dengan Lee Sung-min sebagai ayah dan anak yang berhasil membawa ketegangan sepanjang film.

Keseluruhan cerita hampir berfokus kepada Park Jeong-min dan Lee Soo-kyung sehingga Yoon-ah dan Lee Sung-min memiliki screentime yang lebih sedikit.
 

Joon-kyeong mengantarkan Ra-hee pulang. (Sumber gambar: HanCinema)

Joon-kyeong mengantarkan Ra-hee pulang.
(Sumber gambar: HanCinema)

Pengambilan gambar yang niat diperkuat dengan sinematografi film ini dikemas dengan tone yang heartwarming. Film Miracle: Letters to the President bisa menjadi tontonan yang menyejukkan mata, karena menggunakan latar tempat perdesaan sehingga membuat penonton betah menghabiskan menit hingga menit untuk menontonnya.

Film The Miracle ditutup dengan ending yang manis sekaligus menggunakan latar musik yang pas. Saya memberi rate 9/10 untuk film Miracle: Letters to the President.