Review Marley, Film yang Membawa Isyu yang Selama Ini Terpinggirkan
25 March 2022 |
12:41 WIB
13
Likes
Like
Likes
Marley adalah judul film yang direncanakan akan tayang pada tanggal 17 Maret 2022 di bioskop. Film ini menceritakan mengenai kisah seekor anjing pitbull yang melarikan diri dari tempat pejagalan. Ini adalah kisah hidupnya dan bagaimana ia menyentuh orang-orang yang hadir di sekelilingnya.
Mengikuti perjalanan seekor anjing, pengambilan sudut kamera pun juga menyesuaikan dari sudut pandang anjing. Ini adalah sesuatu yang baru dan menarik, membuat penonton yang memiliki pertanyaan apakah anjing melihat warna atau tidak, bisa melanjutkan pembahasannya setelah film selesai. Namun bukan itu saja yang menarik untuk dibahas , setelah selesai menonton film Marley.
Ada beberapa isyu yang secara terbuka dipaparkan oleh sutradara M. Ainun Ridho dan produser Denny Siregar, isyu ini meliputi masalah hewan yang secara perundangan diperbolehkan dikonsumsi oleh manusia. Anjing termasuk yang dilarang dan pada pembuka film ini, penonton sudah dihadapkan akan kondisi pejagalan anjing yang mau tak mau akan langsung menyentuh hati para penonton yang menyukai anjing.
Isyu ini memang selama beberapa tahun silam, ramai dibicarakan di kalangan penyayang anjing dan kucing dan masih merupakan topik hangat pula hingga masa kini, terlebih makin banyaknya rumah makan yang menghidangkan menu anjing dan kucing secara terang-terangan dari kaki lima , warung hingga di dalam mall.
Namun jika penonton mengira akan diberikan melulu tontonan mengenai isyu ini, maka bersiap-siaplah untuk menemui isyu berikutnya yaitu mengenai metoda pembelajaran di sekolah.
Isyu-isyu ini akan dibuka perlahan, mengikuti jejak langkah Marley dalam mengahadapi hari demi hari.
Ada apakah dengan metoda pembelajaran di sekolah? Ini dihadirkan pada sosok pak Guru Doni yang diperankan oleh Tengku Teki . Pak Guru Doni membuat sistem pembelajaran baru yang menyenangkan bagi anak-anak , untuk belajar dan memahami bahwa setiap anak berbeda-beda kemampuan dan ketrampilannya. Ini seolah mengingatkan akan sebuah buku anak-anak yang berjudul Totto-Chan: The Little Girl at the Window , karya Tetsuko Kuroyanagi.
Tentunya metoda pembelajaran model pak Guru Doni merupakan sesuatu yang dilarang oleh kepala sekolah dan ini menimbulkan konfilk berkepanjangan. Selain itu ada pula romansa yang mulai terbangun antara Bu Guru Vina (Tyas Mirasih) dengan pak Guru Doni, memberikan pula unsur drama yang manis namun tidak cengeng
Kemudian penonton dibawa pula untuk memahami kebutuhan anjing, ini akan timbul pada dialog-dialog sepanjang film yang terkadang membuat penonton tertawa geli, terlebih lagi Becky, selaku pemeran Marley walaupun merupakan jenis pitbull , ramah kepada anak-anak dan senang berakting di depan kamera.
Isyu berikutnya yang diusung adalah mengenai nasib hewan terlantar yang banyak ditemui di jalanan. Ini bisa terlantar karena dibuang, ditinggal dan yang lahir di alam liar. Ini secara halus disampaikan dan menariknya hasil penjualan tiket film Marley akan didonasikan untuk para shelter yang mengurus nasih hewan terlantar tersebut.
Kekurangan film ini adalah bahwa secara keseluruhan film Marley memang tampil bagus sebagai salah satu dari sedikitnya film berkonten hewan, tetapi bukan yang terbaik. Dari catatan penulis, di era tahun 200 ini ada film June dan Kopi, merupakan film drama komedi keluarga Indonesia tahun 2021 yang disutradarai Noviandra Santosa. Film ini dibintangi oleh Acha Septriasa, Ryan Delon, dan Makayla Rose Hilli. Film ini sendiri telah ditayangkan perdana 28 Januari 2021 di Netflix.
June & Kopi mengangkat cerita persahabatan antara anjing dan manusia. Acha Septriasa dan Ryan Delon berperan sebagai pasangan suami-istri bernama Aya dan Ale yang menyelamatkan dua anjing jalanan. Mereka menamai kedua anjing tersebut June dan Kopi. June dan Kopi sangat setia terhadap Ale dan Aya. Bahkan June dan Kopi turut membantu keduanya dalam menjaga anak mereka, Karin (Makayla Rose Hilli).
Namun sebelumnya pernah ada pula film mengenai anjing tersimpan rapih pada arsip Sinematek Indonesia , tayang pada tahun 1970 an. Terlihat sekali jedanya amat jauh dari tahun 1970 hingga 2021, dan sekarang 2022. Mengapakah ini terjadi?
Terlebih lagi isyu pendidikan pun disampaikan melebihi plot para anjing , sehingga hal ini membuat sesuatu yang sangat disayangkan, dikarenakan pesan mengenai hewan pun seolah menjadi pelemgkap cerita saja , dan bahkan bisa dikatakan ini merupakan keinginan pribadi dari sang pemilik cerita sekaligus produser Marley, Denny Siregar. Ini membuat sedemikian kental ingin mengampanyekan sistem pendidikan, sampai mengaburkan plot utamanya.
Mengikuti perjalanan seekor anjing, pengambilan sudut kamera pun juga menyesuaikan dari sudut pandang anjing. Ini adalah sesuatu yang baru dan menarik, membuat penonton yang memiliki pertanyaan apakah anjing melihat warna atau tidak, bisa melanjutkan pembahasannya setelah film selesai. Namun bukan itu saja yang menarik untuk dibahas , setelah selesai menonton film Marley.
Ada beberapa isyu yang secara terbuka dipaparkan oleh sutradara M. Ainun Ridho dan produser Denny Siregar, isyu ini meliputi masalah hewan yang secara perundangan diperbolehkan dikonsumsi oleh manusia. Anjing termasuk yang dilarang dan pada pembuka film ini, penonton sudah dihadapkan akan kondisi pejagalan anjing yang mau tak mau akan langsung menyentuh hati para penonton yang menyukai anjing.
Isyu ini memang selama beberapa tahun silam, ramai dibicarakan di kalangan penyayang anjing dan kucing dan masih merupakan topik hangat pula hingga masa kini, terlebih makin banyaknya rumah makan yang menghidangkan menu anjing dan kucing secara terang-terangan dari kaki lima , warung hingga di dalam mall.
Namun jika penonton mengira akan diberikan melulu tontonan mengenai isyu ini, maka bersiap-siaplah untuk menemui isyu berikutnya yaitu mengenai metoda pembelajaran di sekolah.
Isyu-isyu ini akan dibuka perlahan, mengikuti jejak langkah Marley dalam mengahadapi hari demi hari.
Ada apakah dengan metoda pembelajaran di sekolah? Ini dihadirkan pada sosok pak Guru Doni yang diperankan oleh Tengku Teki . Pak Guru Doni membuat sistem pembelajaran baru yang menyenangkan bagi anak-anak , untuk belajar dan memahami bahwa setiap anak berbeda-beda kemampuan dan ketrampilannya. Ini seolah mengingatkan akan sebuah buku anak-anak yang berjudul Totto-Chan: The Little Girl at the Window , karya Tetsuko Kuroyanagi.
Tentunya metoda pembelajaran model pak Guru Doni merupakan sesuatu yang dilarang oleh kepala sekolah dan ini menimbulkan konfilk berkepanjangan. Selain itu ada pula romansa yang mulai terbangun antara Bu Guru Vina (Tyas Mirasih) dengan pak Guru Doni, memberikan pula unsur drama yang manis namun tidak cengeng
Kemudian penonton dibawa pula untuk memahami kebutuhan anjing, ini akan timbul pada dialog-dialog sepanjang film yang terkadang membuat penonton tertawa geli, terlebih lagi Becky, selaku pemeran Marley walaupun merupakan jenis pitbull , ramah kepada anak-anak dan senang berakting di depan kamera.
Isyu berikutnya yang diusung adalah mengenai nasib hewan terlantar yang banyak ditemui di jalanan. Ini bisa terlantar karena dibuang, ditinggal dan yang lahir di alam liar. Ini secara halus disampaikan dan menariknya hasil penjualan tiket film Marley akan didonasikan untuk para shelter yang mengurus nasih hewan terlantar tersebut.
Kekurangan film ini adalah bahwa secara keseluruhan film Marley memang tampil bagus sebagai salah satu dari sedikitnya film berkonten hewan, tetapi bukan yang terbaik. Dari catatan penulis, di era tahun 200 ini ada film June dan Kopi, merupakan film drama komedi keluarga Indonesia tahun 2021 yang disutradarai Noviandra Santosa. Film ini dibintangi oleh Acha Septriasa, Ryan Delon, dan Makayla Rose Hilli. Film ini sendiri telah ditayangkan perdana 28 Januari 2021 di Netflix.
June & Kopi mengangkat cerita persahabatan antara anjing dan manusia. Acha Septriasa dan Ryan Delon berperan sebagai pasangan suami-istri bernama Aya dan Ale yang menyelamatkan dua anjing jalanan. Mereka menamai kedua anjing tersebut June dan Kopi. June dan Kopi sangat setia terhadap Ale dan Aya. Bahkan June dan Kopi turut membantu keduanya dalam menjaga anak mereka, Karin (Makayla Rose Hilli).
Namun sebelumnya pernah ada pula film mengenai anjing tersimpan rapih pada arsip Sinematek Indonesia , tayang pada tahun 1970 an. Terlihat sekali jedanya amat jauh dari tahun 1970 hingga 2021, dan sekarang 2022. Mengapakah ini terjadi?
Terlebih lagi isyu pendidikan pun disampaikan melebihi plot para anjing , sehingga hal ini membuat sesuatu yang sangat disayangkan, dikarenakan pesan mengenai hewan pun seolah menjadi pelemgkap cerita saja , dan bahkan bisa dikatakan ini merupakan keinginan pribadi dari sang pemilik cerita sekaligus produser Marley, Denny Siregar. Ini membuat sedemikian kental ingin mengampanyekan sistem pendidikan, sampai mengaburkan plot utamanya.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.