Review Film Aku Tahu Kapan Kamu Mati Kisah 4 Sahabat yang Berusaha Menolak Kematian

25 March 2022   |   06:19 WIB
Image
KSM Review Movie & Series Enthusiast

Like
Dari judulnya saja pasti bisa menebak kalau film ini mengarah kemana. Yap, Aku Tahu Kapan Kamu Mati (ATKKM) mengisahkan tentang seseorang yang bisa mengetahui tanda-tanda kematian orang lain. Berawal dari wattpad hingga menjadi novel, karya Arumi E. ini sangat populer hingga dibaca lebih dari 2 juta kali dan menjadi peringkat pertama dalam wattpad dengan kategori horor, misteri dan thriller. Sangat menjanjikan untuk diadaptasi menjadi sebuah film.
 

Aku Tahu Kapan Kamu Mati mengisahkan tentang Siena (Natasha Wilona) setelah mati suri, dirinya bisa melihat pertanda kapan orang yang akan mati. Siena menghampiri ketiga sahabat yaitu Flo (Ria Ricis), Neni (Fitria Rasyidi) dan Vina (Ryma Gembala). Ketiga sahabatnya tidak percaya dengan kemampuan yang dimiliki Siena. Hingga kejadian aneh terus muncul, sampai kedatangan arwah untuk menjemput orang yang akan mati.

Film Aku Tahu Kapan Kamu Mati diproduseri oleh Oswin Bonifanz dibawah naungan Unlimited Production, disutradari oleh Hadrah Daeng Ratu dan naskahnya ditulis oleh Aviv Elham. Trailernya dan tampilan poster buatan Alvin Hariz yang terlihat meyakinkan dan semakin menambah horor. Memiliki durasi 92 menit dan rate film usia 13+, film ini cukup jauh dari kata menyeramkan dan malah menjadi film komedi dengan drama percintaan. Sedangkan horornya sendiri hanya sebagai pelengkap saja.
 

Poster Film Aku Tahu Kapan Kamu Mati (Sumber: Wikipedia)

Poster Film Aku Tahu Kapan Kamu Mati
(Sumber gambar: Wikipedia)

Elemen horor dalam film ATKKM sangat lemah mengingat horor juga genre utamanya. Disetiap bagian hampir terselip komedi hingga drama percintaan remaja yang menggerus unsur cerita horor dalam film ini. Kisah cinta Brama dan Siena juga tidak bisa membuat hanyut ke dalam cerita karena pengenalan dan perpisahannya yang cepat dan tidak meninggalkan bekas sama sekali kepada penonton. Hampir tidak bisa merasakan chemistry antara Natasha Willona dengan Al Ghazali yang seperti angin lalu. Padahal kisah keduanya merupakan pengantar penting untuk membuka jalan cerita Siena dan ketiga sahabatnya.

Walau lemah dalam membangun unsur horor tetapi film ini cukup menghibur dengan tingkah laku Siena, Flo, Neni dan Vina. Komedi yang disajikan oleh Hadrah Daeng Ratu berhasil membuat tertawa walau menghilangkan atmosfer horornya. Keputusan tepat untuk memilih Ria Ricis sebagai Flo karena pembawaannya yang lucu. Ditambah kehadiran beberapa komedian senior seperti Opie Kumis, Daus Separo dan Asri Welas turut serta meramaikan, namun dengan porsi yang sedikit.

Penggambaran karakternya terbilang biasa, dalam artian tidak terlalu buruk atau bagus. Lantaran ada beberapa karakternya yang tidak konsisten. Karakter Siena diawal merupakan sosok yang serius dan perhatian tiba-tiba menjadi sembrono saat menuju ending. Salah satunya juga karakter Vina yang nyaris tidak memiliki warna dalam film ini, kadang berani, penakut dan ikut-ikutan sahabatnya saja. Sedangkan akting dan chemistry mereka berempat cukup bagus, mampu melekat dengan perannya dan menjadi sorotan yang menarik.

Sinematografi dalam film ini cukup apik dengan latar SMA dan asrama wanita dilengkapi kostum dan propertinya yang detail. Selain sinematografinya, scoring dari Joseph S. Djafar juga bagus dan berhasil membawa ketegangan tetapi tidak diimbangi dengan plot ceritanya. Beberapa jumpscare yang diberikan tidak berhasil mendekati seram dan mudah ditebak.

Mendekati ending, alur film ini seakan bingung akan dibawa kemana, Kehadiran Denisa juga pertengkarannya dengan Siena seperti dalam sinetron dan terasa dipaksakan. Terlebih ibu asrama ikut memanggil sahabat-sahabat Siena yang malah memperparah keadaan. Siena sendiri juga tiba-tiba menjadi sembrono dengan meletakkan botol air diluar pengawasannya hingga botolnya pecah. Padahal air ini satu-satunya cara menyelamatkan nyawa temannya.

Setelah melihat Siena terluka, Flo mengambil kotak P3K tetapi dihalangi Denisa yang entah datang dari mana. Lagi-lagi pertengkaran dimulai kembali dan mengakibatkan Flo dibawa ke rumah sakit hingga akhirnya meninggal. Mungkin karena batasan usia untuk 13 tahun keatas, film ini nanggung dalam memasukkan unsur horor, tetapi cukup berani menjadikan Denisa sebagai seorang pembunuh dan tidak mendapat kejelasan diakhir mengenai tindakan atau hukuman yang didapatnya.

Film yang dirilis 5 Maret 2020 ini mampu menarik penonton sejumlah 567.647. Selain berasal dari wattpad dan novel yang populer, para pemainnya juga telah memiliki popularitas yang sangat besar, sehingga tak heran jika minat penonton untuk film ini sangat tinggi. Sebut saja Natasha Wilona, Ria Ricis dan Al Ghazali. Walau ketiganya seolah terpecah dan memiliki genrenya masing-masing. Al Ghazali dalam urusan percintaan, Ria Ricis dalam hal komedi dan Natasha Wilona yang bisa mengingatkan kita kembali, kalau ada genre horor dalam film ini.

Untuk menjadi sajian horor komedi, horornya sendiri jelas kurang dengan hanya mengandalkan beberapa jumpscare saja. Tetapi jika mengesampingkan hal tersebut, film ini cukup menghibur dengan komedinya yang fresh dan kisah perjuangan mereka berempat dalam menolak kematian. Walau endingnya terlihat memaksa, tetapi pesan-pesan dalam film ini berhasil tersampaikan dengan baik dalam dialog yang dilontarkan oleh Ria Ricis. Saya memberi rate 6/10 untuk film Aku Tahu Kapan Kamu Mati.