Ambulance (2022) - Mari Setuju Untuk Tidak Setuju Pada ‘Bayhem’

21 March 2022   |   06:31 WIB

Like
Pernah dengar akun TikTok bernama Baron Ryan atau yang lebih dikenal dengan akun @americanbaron? Dia adalah seorang storyteller yang biasa membuat cerita pendek dalam format TikTok dengan berbagai tema, mulai dari percakapan ringan, komedi, hingga hal-hal filosofis yang berat dan membingungkan. Nah, salah satu video favorit saya adalah videonya yang berjudul “Separating Art from the Artist” dimana dia membahas tentang sebuah dilema: apakah kita boleh menikmat sebuah karya dari seniman yang secara pribadinya bermasalah?

“See, why can’t art just exist?”


Saya yang sedang berjalan pulang setelah menonton film Ambulance (2022), saya langsung terdiam di tempat. Saya menghela napas, dan berbicara dalam hati setelah selesai menonton video ini:

“Kenapa ya film-film Michael Bay tidak bisa hanya kita tonton dan nikmati saja tanpa harus dihujat?”


Buat kamu yang belum tahu, Michael Bay merilis film action yang dibintangi oleh Jake Gylenhall, Yahya Abdul-Mateen II dan Eiza Gonzalez. Film ini merupakan film remake dari film Denmark yang berjudul sama, tapi dibawakan dengan signature style dari seorang Michael Bay yaitu Bayhem atau Bay’s Mayhem. Artinya, setiap film yang dia sutradarai pasti akan menampilkan banyak ledakan, banyak adrenalin, banyak adegan aksi dan kejar-kejaran yang sangat intens dan membuat penonton menahan napas.

Coba saja lihat film buatannya, dan pasti kamu akan bisa melihat dengan mudah apa itu Bayhem di film-film berikut ini: Bad Boys, Transformers, Armageddon, Pearl Harbor, Pain & Gain, 13 Hours atau 6 Underground. Jika kamu tertarik dan ingin mempelajari ‘Bayhem’ ini lebih lanjut, silahkan tonton bagaimana Tony Zhou membedah directing style dari Michael Bay di channel Every Frame a Painting berikut ini:
 

Dan seperti yang sudah kita duga, ‘Bayhem’ yang menjadi ciri khas dari Michael Bay tentu saja dapat kita lihat dan rasakan sepanjang film Ambulance. Film ini menceritakan tentang perampokan bank yang gagal sehingga dilakukanlah aksi kejar-kejaran dengan polisi,.Ambulance memang menjual adrenalin, aksi yang intens, adegan tembak-tembakan dan kejar-kejaran yang brutal.

Satu jenis film yang akan membuat mata sangat fokus dan telinga berdenging dari tembakan, ledakan, dan teriakan. Tapi jika melihat dari film Ambulance, ada sepercik perbedaan yang  ditambahkan oleh sang Michael ‘Boom Boom’ Bay dari segi pemilihan shot yang diambil hingga elemen audio visual.

Yang pertama dan yang paling terlihat, adalah bagaimana penggunaan drone shot yang sangat sering digunakan. Saya merasa bahwa Michael Bay seperti anak kecil yang  menemukan mainan baru, karena ada begitu banyak drone shot yang terlihat sepanjang film dan sering sekali dipakai sebagai bridging dari satu sub-plot ke sub-plot lain.

Yang kedua, aksi film yang dimulai dengan tanpa basa-basi. Tidak seperti film pendahulunya seperti 13 Hours atau Pain and Gain, aksi inti di film Ambulance dimulai dengan sangat cepat. Backstory diberikan dengan seadanya karena memang secara plot cerita, film Ambulance bisa dibilang cukup sederhana. Intensitas film juga sangat padat dan  hanya memberikan ruang bernapas yang sempit untuk penonton

Yang ketiga, film score yang digunakan. Siapapun yang bertanggung jawab dalam membuat film score di film Ambulance, wajib diberikan apresiasi setinggi-tingginya. Setiap dentuman, efek tembakan dan ledakan hingga lagu yang dipakai menyatu dengan sangat sempurna dengan setiap adegan. Efeknya? Mata dan telinga penonton menjadi fokus dan membuat hati berdebar kencang serta penuh dengan adrenalin sepanjang film.

Jika kita melihat pernyataan yang saya sebutkan di atas, apakah berarti Ambulance adalah film yang bagus? Menurut saya pribadi, belum tentu juga. Filmnya memang terlihat lebih dinamis dan sangat kompleks, tapi bukan berarti lebih bagus. Karena jujur, saya merasa tidak ada perbedaan yang sangat signifikan dengan film-film Michael Bay lainnya. Mengutip kata Tony Zhou dari Every Frame a Painting:

“Breakdown any Michael Bay shot, that’s what you will see: layers of depth, parallax movement and character to give you this sense of epic-ness”


Inilah yang membuat Michael Bay tidak disukai dan cenderung dibenci oleh pengulas dan kritikus film, karena dia menggunakan formula yang sama untuk setiap filmnya. Banyak yang mengatakan bahwa dia hanya mengandalkan aksi yang penuh dengan ledakan dan adegan yang super cepat, tapi minim pendalaman karakter dan cerita. Dia juga kerap dibandingkan dengan sutradara aksi lain, dan mengatakan bahwa cara yang dia lakukan itu vulgar dan frontal yang membuat filmnya miskin akan cerita dan terasa membosankan. Belum lagi perilakunya di luar film yang sering berbuat ulah, mulai dari perlakuan seksis pada aktris di filmnya, hingga kebiasaan parkir mobil mewahnya di tempat parkir difabel.

Sebagai pengulas dan penikmat film, jujur saya pribadi tidak bisa mengerti dengan opini dan alasan ini. Bagaimana jika saya sebagai penonton justru hanya ingin melihat aksi saja tanpa ada pendalaman cerita, dan tidak peduli dengan personaliti dari sutradaranya? Bagaimana jika saya tidak ingin berpikir ketika menonton film? Bagaimana jika saya hanya ingin merasakan adrenalin dan menahan napas sambil menikmati cerita?

Bagaimana jika apa yang Michael Bay buat adalah film yang sangat pas untuk saya? Apakah ini berarti saya punya selera film yang murahan?

Saya bisa menjelaskan dengan panjang lebar kenapa saya begitu suka dengan Ambulance. Saya suka dengan bagaimana aksi dalam film tersebut dimulai dengan tanpa basa-basi. Saya juga suka dengan banyak momen-momen intens yang memacu adrenalin dan membuat saya menahan napas. Saya bahkan suka dengan selipan komedi yang kata orang ‘garing’, dan saya benar-benart tertawa keras ketika komedi tersebut ditampilkan.

Tapi apakah dengan pernyataan tersebut, apakah Ambulance adalah film yang bagus? Tidak juga. Semuanya sangat tergantung dengan siapa kamu bertanya, apa preferensi dan genre film favoritnya, dan seberapa dalam pengetahuannya tentang film tersebut. Tapi berhubung saya menikmati film ini dari awal hingga akhir, saya tidak peduli walaupun orang menulis ulasan yang berjudul “Ambulance Review: Jake Gyllenhaal starrer relies on exaggerated action to cover up for its wafer thin plot” dan mendapatkan skor 2.5/10.

Sebut saya kurang banyak referensi dalam menonton film, tapi jujur saya bingung kenapa kita harus memilih mana film yang menurut kita bagus diantara dua atau lebih pilihan, padahal kita bisa menikmati semuanya sekaligus? Mengutip dari Baron Ryan:

“See, that’s your problem. You look at the world as “either or”. The world has a lot of “also’s”


Sinema kaya akan rasa. Bisa kok kita menikmati film-film poetic cinema ala Wong Kar Wai atau Kornél Mundruczó sambil tetap menikmati film Ambulance ini. Michael Bay, mau tidak mau dan suka tidak suka, adalah salah satu orang yang memberikan ‘rasa’ dan memperkaya bahasa sinema kita. Setiap orang pasti punya preferensi yang berbeda-beda dalam menikmati film. Jika suka, maka rayakan dan sebarkan ulasan dan alasannya kenapa kamu menyukai film Ambulance. Jika tidak, mari setuju untuk tidak setuju sambil memberikan argumen dan kritik informatif yang bisa membuat siapapun mengerti, bahwa ‘Bayhem’ memang tidak memberikan rasa yang sama untuk semua orang.

Bukankah kita juga akan berkata yang sama jika ada yang bilang kalau film Gaspar Noe dan Tarkovsky itu jelek?