Review Kuyang The Movie (2021) Film Tentang Kuyang Dipenuhi Kebingungan yang Melelahkan
25 March 2022 |
06:18 WIB
5
Likes
Like
Likes
Salah satu urban lokal Kalimantan yaitu Kuyang sangat jarang dibahas bahkan untuk diangkat menjadi sebuah film. Kuyang sendiri adalah mitos tentang siluman dengan wujud kepala manusia dengan isi tubuh yang menempel tanpa kulit dan anggota badan yang dapat terbang untuk mencari darah bayi atau darah wanita setelah melahirkan. Film ini merupakan genre horor karya 786 Production dengan menggandeng Max Anderson. Ditulis oleh Fajar Syuderajat dan disutradarai Sonny Gumelar, Film Kuyang The Movie ini sangat jauh dari kata bagus.
Mengisahkan dokter Adi (diperankan oleh Arie Dwi Andhika) dan istrinya Reni (diperankan oleh Zora Vidyanata) yang baru saja pindah rumah ke Kalimantan. Keduanya mendapat teror dan tanda-tanda kedatangan Kuyang. Walaupun telah mendapat peringatan dari warga setempat, Adi tetap tidak percaya dengan takhayul. Karena Reni sedang hamil tua dan akan melahirkan, Adi membawa Manyang yang merupakan dukun beranak ke rumahnya untuk menjaga dan mempersiapkan kelahiran Reni. Tidak disangka, Manyang ternyata sosok kuyang yang sedang menyamar. Film ini diproduksi pada 10 Maret 2019 dan LSF mengklasifikasikan film ini untuk penonton usia 17 Tahun ke atas.
Film Kuyang The Movie ini punya alur yang sulit dicerna dan bahkan melenceng dengan kehadiran sosok tuyul beberapa kali. Mengangkat mitos kuyang, justru kisah kuyang malah kurang dieksplor. Sama sekali tidak diperlihatkan atau dijelaskan lewat visual mengenai kuyang itu sendiri. Malah Reni yang secara acak mencari Kuyang lewat internet tanpa ada pengantar yang jelas. Dari awal juga ditampilkan adegan ketika sosok tuyul mengeluarkan isi tubuh seorang nenek dan memakannya. Scene ini sama sekali tidak berkaitan dengan jalannya cerita. Dari menit awal sampai akhir tidak dijelaskan maksud dari adegan tersebut.
Kuyang dalam film ini ditampilkan bukan dengan properti melainkan menggunakan efek CGI yang masih kasar. Jadi jangan heran kemunculan Kuyang difilm ini sangat sedikit. Selain efek CGI, pencahayaan dan editing dari film Kuyang The Movie ini bisa dibilang berantakan apalagi saat adegan Kuyang terbakar dengan api yang dinyalakan Reni dengan sangat lama.
Banyak sekali adegan yang tidak logis dalam film ini. Mulai dari penduduk lokal yang seharusnya mengenal bagian dalam hutan malah mengatakan mereka tersesat, hingga Pak Menteng yang tiba-tiba menyinggung mandau tua milik ketua adat dan menyuruh menggunakannya untuk mencari Reni. Sekali lagi, juga tidak ada pengantar yang jelas mengenai senjata ini.
Dialog-dialog yang dilontarkan hampir tak memiliki makna dan sulit dimengerti, salah satunya saat Pak Menteng berdialog dengan kepala adat dengan penuturannya yang kaku. Ending film ini juga sangat membingungkan dan terkesan konyol. Karena diakhir film ditampilkan Reni yang tiba-tiba hilang, padahal Reni berada di tengah-tengah rombongan kepala adat dengan Adi menempel erat disampingnya. Hilangnya Reni kemudian disusul oleh Adi yang dibawa terbang dan secara ajaib muncul disamping Reni dengan nyawa yang sudah hilang.
Beralih ke scoring dalam film ini cukup membawa ketegangan, walaupun dibeberapa scene penempatannya tidak pas. Penggambaran karakter mungkin menjadi satu-satunya keunggulan dalam film ini. Seperti karakter Adi yang pemarah, kekanak-kanakan, penyayang hingga penakut, semacam memiliki banyak kepribadian lain. Dengan pembawaan spontan dari Arie Dwi Andhika dilengkapi reaksinya yang berlebihan, sempat membuat bingung dan mengundang tawa diawal film, karena tingkahnya seperti orang gila. Selain itu, penggambaran karakter Manyang yang misterius juga mampu membuat saya hanyut kedalam kisahnya. Namun keunggulan tersebut tidak dibarengi dengan jalan cerita yang menarik.
Hampir buruk dibeberapa aspek tidak membuat Film Kuyang The Movie ini sepi penonton. Karena mendengar judul film ini saja mampu menarik rasa penasaran peminat film horror Indonesia, hingga mampu meraih sebanyak 126.108 penonton tanpa perlu promosi yang besar. Angka ini sangat tinggi mengingat film ini tayang ditengah pandemi dengan ceritanya yang absurd.
Alih-alih menampilkan kisah Kuyang, Film ini malah lebih berfokus tentang toxic relationship antara Adi dengan Reni. Memiliki durasi 80 menit seharusnya cukup untuk menjelaskan tentang Kuyang sebagai pengantar, dengan mengesampingkan beberapa scene yang tidak perlu atau tidak berkaitan dengan jalan cerita. Film horor yang seharusnya menampilkan kengerian tetapi malah menampilkan kebingungan yang melelahkan, ditambah eksekusinya yang buruk. Saya memberikan rate 3/10 untuk salah satu film horor Indonesia ini.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.