Pencarian Jati Diri Seorang Yuni (2021) untuk Menjadi Perempuan Utuh

22 March 2022   |   10:46 WIB
Image
Dave Senju Penulis lepas yang menulis secara rutin dalam diri dan kepalanya

Like
Sebuah film karya Kamila Andini berjudul Yuni baru saja keluar di bioskop. 9 Desember 2021. Karya yang begitu berani dan meraung melawan stereotipe film Indonesia yang sering kali memojokan wanita. Yuni yang diperankan oleh Arawinda Kirana terasa dekat dan organik dibarengi cerita yang dekat bagi penduduk Indonesia membuat pesan yang disampaikan semakin mudah untuk diresapi.

Gebrakan ini sangat kuat hingga kesan lemah pada wanita merupakan kesalahan. Kamila Andini berani menyuarakan gagasan perempuan yang selalu dianggap sebagai makhluk lemah gemulai. Perempuan adalah ia yang seutuhnya kuat nan indah dalam kecantikan yang berwarna. Direksi dari Kamila Andini berhasil membawa film Yuni untuk menjadi pemenang di Toronto International Film Festival 2021.

 

Film Yuni (2021) berhasil memenangkan TiFF 2021 (Sumber: infoscreening.co)

Film Yuni (2021) berhasil memenangkan TiFF 2021 (Sumber: infoscreening.co)

Latar yang diambil di daerah Banten serta penggunaan dialek Jawa Serang membuat film ini terasa otentik. Kisah dalam film Yuni ini merupakan gambaran jelas praktik pembatasan perempuan yang dilakukan di Indonesia. Cerita yang diutarakan dalam film sebenarnya dangkal namun dikupas dengan sangat mendalam di penokohan tiap karakternya. 

Intrik demi intrik muncul dalam kehidupan Yuni yang merupakan gadis desa cerdas namun terkekang dalam moralitas masyarakat sehingga ia merasa bingung dengan dirinya sendiri. Secara keseluruhan cerita dalam film ini sangat kompleks namun mudah dinikmati karena konflik yang dihadirkan sangat dekat dengan masyarakat Indonesia sehingga penonton tidak usah khawatir bingung untuk mengikuti cerita di film ini.

Adat, kebiasaan serta nilai moral adalah poin utama dalam film ini, ketiga hal tersebut membuat Yuni berkembang dari yang awalnya hanya gadis penurut hingga menjadi gadis yang hanya ingin hidup sesuai dengan kepribadiannya. Dalam kisahnya Yuni merupakan siswi yang cerdas namun memiliki kekurangan yaitu kebiasaan mencuri barang warna ungu. Ketiga poin tersebut diringkas kedalam sebuah lamaran yang menjadi titik awal cerita dalam film Yuni ini. Mitos bila menolak lamaran hingga 3 kali bisa mengundang kesialan terhadap keluarga membuat Yuni menjadi korban pemotongan hak dalam menentukan jalan hidup mana yang ingin ia ambil.

Kehidupan perempuan di Indonesia sering kali sama dengan Yuni, alih-alih hidup sesuai dengan pilihannya malah terkekang oleh keinginan keluarga serta masyarakat. Mitos dan nilai moral seringkali datang untuk mengekang perempuan dalam berani mengambil pilihan hidupnya sendiri. Dan terkadang mereka akhirnya dipaksa mengalah dengan keputusan "bersama" lalu terpenjara di bawah bayang-bayang nilai di masyarakat. Ironisnya terkadang yang mengubur dan memangkas hak tersebut adalah perempuan lain itu sendiri.

 

Warna ungu kontras mewarnai dalam setiap adegan (Sumber: Channel Youtube TiFF 2021)

Warna ungu kontras mewarnai dalam setiap adegan (Sumber: Channel Youtube TiFF 2021)

Kembali ke aspek teknis perfilman, pengambilan gambar dalam film Yuni yang terasa sangat indah pada frame layar kita. Pewarnaan dominan ungu menciptakan kesan yang khas pada film ini, kesan glamour sangat kental terasa walaupun pada set tempat yang begitu sederhana. Pewarnaan film ini terasa begitu kuat untuk setiap perasaan yang ingin disampaikan oleh Kamila. Latar daerah industri serta desa diracik apik, alih-alih terlihat kumuh malah dalam ruang frame terasa begitu mewah. Teknik pengambilan gambar serta penataan tata artistik secara keseluruhan memberikan pengalaman baru dalam menonton film.

Penokohan dari setiap karakter pada film ini layak mendapatkan tepuk tangan karena pendalaman karakter dilakukan sangat baik. Yuni yang diperankan Arawinda Kirana memiliki karakter kuat serta mendalam. Bisa dibilang Yuni adalah paradox karena kepribadian nya yang kuat dibarengi oleh perasaannya yang rapuh membuat Yuni limbung. Karakter pendukung dalam film ini juga semakin mewarnai serta memperkuat pencarian jati diri seorang Yuni.

Jono yang diperankan oleh Kevin Ardilova merupakan salah satu karakter pendamping terbaik dari film ini. Perubahan Jono yang hanya seorang anak pendiam dan pemalu namun akibat perasaan suka terhadap Yuni membuat Jono makin berani dalam mengekspresikan diri serta bereksplorasi. Hal ini terlihat dari cara Jono dalam mendapatkan hati si Yuni dengan cara mengerjakan tugas puisi Yuni dan semakin berani ketika perasaannya dibalas olehnya.

Karakter lain yang cukup memberi warna juga adalah karakter Susi. Ia memberikan ruang kepada Yuni untuk lebih berkembang dalam sisi yang dianggap masyarakat awam terutama di Indonesia sebagai hal yang tabu dan tidak baik. Karakter Suci merupakan representasi dari keditaktoran mitos, nilai moral dan kepercayaan sehingga hidupnya. Latar belakang Suci yang begitu kelam membuat Yuni ingin lepas dari kekangan kekangan tersebut.

 

Persahabatan antara Yuni dan Suci (Sumber: IMDb)

Persahabatan antara Yuni dan Suci (Sumber: IMDb)

Kisah Suci yang begitu kelam diulas tuntas dalam satu adegan bersama Yuni di salon saat mereka sedang asik merias diri. Menikah setelah lulus SMP kemudian mengalami keguguran akibat kurang kuatnya dinding rahim membuat pernikahan Suci berubah menjadi lantunan elegi yang menikamnya. Kamila Andini mampu mengemas latar belakang Suci ke dalam pengisahan yang terdengar biasa saja padahal begitu kelam dan kejam. Hal ini yang membuat kehadiran Suci menjadi penguat karakter tokoh Yuni. Ironi sekali namanya berbanding terbalik dari kehidupan Suci yang jauh dari kesucian. Penokohan yang begitu kuat dengan balutan latar belakang tiap karakter menciptakan hubungan emosi yang dalam serta saling mengisi satu sama lain. Hal ini salah satu nilai penting yang dimiliki oleh film Yuni sehingga berhasil memenangkan TiFF 2021.

Masuk dalam scoring pada film ini, lantunan Folk gitar terasa begitu indie hingga senja hadir memeluk seisi bioskop. Selain penataan musik yang menambah syahdu nya film, pembacaan puisi dari Sapardi Djoko Damono juga menambah elemen estetika di film ini. Soundtrack imajinasi senja yang dinyanyikan oleh Alien Child mampu memanggil kembali tokoh Yuni dalam pikiran setiap yang mendengarkannya. Penulis memberi nilai 9/10 untuk film ini, Yuni adalah gabungan dari suara perempuan, sinematografi, story telling dan komposisi lagu yang dirangkai indah dalam cinta. Semoga kedepannya lebih banyak lagi film yang berorientasi pada sudut pandang perempuan seperti Yuni ini.