Mayjen TNI Purn Dr. (HC) H. Eddie Marzuki Nalapraya. (Sumber gambar: arizapatria/Instagram)

Legasi Eddie Marzuki Bawa Pencak Silat Mendunia

14 May 2025   |   09:18 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Bapak Pencak Silat Dunia, Eddie Marzuki Nalapraya, meninggal dunia pada Selasa (13/5/2025). Eks Wakil Gubernur Jakarta periode 1984-1987 itu berpulang pada usia 93 tahun di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta Selatan, dan akan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Mayjen TNI Purn Dr. (HC) H. Eddie Marzuki Nalapraya merupakan tokoh militer sekaligus sosok penting dalam menjaga dan mengangkat pencak silat sebagai warisan budaya bangsa yang mendunia. Berkat kepemimpinannya, Eddie berhasil membawa pencak silat dari praktik budaya lokal menjadi olahraga dan warisan budaya yang diakui secara global.

Baca juga: Komedian Cak Lontong jadi Komisaris Ancol, Ini Profil dan Rekam Jejaknya di Dunia Hiburan

Eddie Marzuki lahir di Tanjung Priok, Jakarta, pada 6 Juni 1931. Dia dikenal sebagai tokoh yang turut mempertahankan kemerdekaan Indonesia dalam Agresi Militer Belanda tahun 1947. 

Dari pengalaman itu, kecintaannya terhadap pencak silat tumbuh setelah melihat kemampuan bela diri para pejuang. Namun, sejatinya Eddie telah mengenal pencak silat sejak kecil, lantaran asuhan sang kakek yang mengajarkannya tentang agama sekaligus pencak silat sebagai pembentukan karakter.
 


Kiprah Eddie di dunia pencak silat bermula saat dia bergabung dengan kalangan pesilat dan sempat menjabat sebagai Ketua Ikatan Pencak Silat Seluruh Indonesia (IPSI) DKI Jakarta pada 1978. Setelah itu, Eddie menduduki posisi Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) selama lebih dari dua dekade, dari tahun 1981 hingga 2003. 

Selama kepemimpinannya itu, dia berperan penting dalam penyeragaman aturan pertandingan, peningkatan kualitas turnamen nasional, serta pengintegrasian pencak silat ke dalam acara olahraga besar seperti Pekan Olahraga Nasional (PON) dan Pesta Olahraga Asia Tenggara (SEA Games).

Pada 1980, Eddie mendirikan Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (Persilat), yang menyatukan organisasi silat dari berbagai negara seperti Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam. Pada tahun pertama Persilat didirikan, Eddie terpilih sebagai Presiden Persilat. Adapun, berkat inisiasinya pula, pencak silat mulai dipertandingkan di SEA Games pada 1987.

Dia juga mengawasi pembangunan Pusat Pelatihan Pencak Silat (Padepokan Pencak Silat) di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, yang menjadi pusat pelatihan, kompetisi, dan pertukaran budaya. Pusat tersebut diresmikan tahun 1997 oleh Presiden Soeharto, yang melambangkan pentingnya pencak silat secara nasional.

Eddie pun semakin giat memperkenalkan pencak silat di tingkat dunia. Di bawah kepemimpinannya, Persilat dan IPSI bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dan kedutaan besar asing untuk mendirikan komisi pencak silat di negara-negara seperti Australia, Filipina, Thailand, Swiss, Belanda, Belgia, Prancis, Jerman, Amerika Serikat, dan Suriname. 

Kementerian Luar Negeri Indonesia kala itu mendukung upaya tersebut, dengan mengakui pencak silat sebagai elemen penting diplomasi budaya Indonesia. Sejak itu, kejuaraan internasional pencak silat pun terus berkembang, hingga digelar kejuaraan dunia ketiga yang diadakan di Wina, Austria, tahun 1986. Berlanjut dengan turnamen berikutnya di Den Haag, Belanda, tahun 1990.

Turnamen-turnamen ini tidak hanya memperkuat dominasi Indonesia dalam pencak silat, tetapi juga menunjukkan perkembangan pesat olahraga beladiri itu di Eropa dan kawasan lainnya.

Tak sampai di situ, Eddie juga memiliki kontribusi besar dalam mengharumkan nama Indonesia di kacah internasional. Pada 2008, Eddie menggagas kejuaraan pencak silat di Eropa dan mendapat julukan “Bapak Pencak Silat Eropa” di Swiss. Julukan ini menujukkan peran pentingnya dalam diplomasi budaya melalui olahraga beladiri tradisional.

Selain itu, Eddie juga berperan penting dalam proses pengakuan pencak silat sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada 12 Desember 2019. Eddie bahkan pernah menjabat sebagai pembina Tim Pencak Silat Road to UNESCO and Olympic (2014–2019).

Sementara itu, sebelum berkiprah di bidang olahraga, Eddie lebih dulu memulai kariernya di bidang militer sejak usia 16 tahun. Dia bergabung ke Detasemen Garuda Putih pada masa Agresi Militer Belanda I.

Baca juga: Profil & Karier Gitaris Seringai Ricky Siahaan yang Wafat Seusai Tur di Jepang

Sebagai abdi negara, dia pernah mengenyam berbagai pendidikan militer, mulai dari Sekolah Bintara di Surabaya dan Bandung, hingga mengikuti pelatihan keamanan di Jepang (1962), dan Command and General Staff College di Fort Leavenworth, Amerika Serikat (1972).

Pada 1950, Eddie resmi menjabat sebagai Bintara Detasemen Pertahanan MBAD. Eddie juga pernah bertugas sebagai bagian dari pasukan perdamaian PBB di Kongo pada 1960. Kariernya di dunia militer pun terus menanjak hingga akhirnya menyandang pangkat Mayor Jenderal TNI, bahkan masih aktif mengabdi hingga usia lanjut. 

Selain sebagai tokoh militer dan olahraga, Eddie dikenal sebagai sosok yang konsisten menjaga dan mempromosikan warisan budaya bangsa. Dedikasinya membuatnya tidak hanya dikenal di dalam negeri, tapi juga di kancah internasional sebagai duta budaya Indonesia.

SEBELUMNYA

5 Fakta Menarik Second Shot at Love, Drama Korea Terbaru Sooyoung SNSD

BERIKUTNYA

Spin Off Serial Populer The Office, The Paper, Tayang Perdana September 2025

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: