Kita semua pernah menjadi The Worst Person in the World

27 March 2022   |   19:13 WIB
Image
Egy Dwi Kurnianto almost human barely martian

The Worst Person in the World mengisahkan perjalanan seorang wanita muda bernama Julie (Renate Reinsve) yang sedang mencari jati diri. Ia suka sekali berpindah-pindah dari satu hal ke hal lain tanpa pernah menyelesaikannya. Mulai dari pindah jurusan kuliah, hobi, hingga gonta-ganti pasangan. Sekonyong-konyong mengubah tujuan hidup. Sampai di akhir perjalannya ia mengerti siapa dia sebenarnya dan apa yang dia cari selama ini. Menonton film ini seolah kita diajak berfilsafat: selalu mempertanyakan setiap arti kehidupan. Banyak pesan dan makna yang disajikan.
 

7 menit pertama

7 menit pertama film ini berjalan, saya bisa mengerti betul kenapa film ini diberi judul 'The Worst Person in the World'. Salah satu kritikus film, A.O. Scott bilang kalau film ini adalah soal ketidakmampuan Julie dalam membuat keputusan dalam hidupnya. Bagaimana tidak, pada pembukaan film kita diperlihatkan Julie yang seorang mahasiswi kedokteran menemukan dirinya tak lagi bergairah berkuliah di jurusannya. Segala distraksi di dunia ini membuatnya mempertanyakan apa yang sesungguhnya ia pikirkan. Ia merasakan kalau selama ini passion-nya adalah soul: the mind, not the body. Berangkat dari hasil kontemplasi, ia memutuskan untuk pindah jurusan ke psikologi. Bahkan ada adegan di mana ia juga mengganti smartphone-nya dengan handphone jadul. Tujuannya tidak lain adalah untuk mengurangi distraksi di sekitarnya. 

Tidak berhenti sampai di situ. Tak lama setelah menjadi mahasiswi psikologi, ia memutuskan menjadi fotografer dan meninggalkan bangku kuliahnya dan bekerja di sebuah toko buku. Pun dalam hubungan asmara. Setelah menjalin hubungan dengan modelnya sendiri, Julie terpikat dengan salah satu komikus terkenal, Aksel (Anders Danielsen) yang kelak akan menjadi pacarnya. Bagian terburuknya adalah di awal perkenalan dengan Aksel, Julie berbohong bahwa ia telah membaca komiknya dan berselingkuh dengan orang yang baru dikenalnya. What a worst person.
 

12 bab kehidupan

Film ini dibagi menjadi 3 bagian: prolog, epilog dan 12 babak. Setelah kurang lebih 7 menit pertama atau bisa disebut prolog, kita disuguhkan tentang kelabilan-kelabilan Julie lainnya  dalam menentukan pilihan hidup–sebenarnya hampir keseluruhan film ini berisi kelabilan Julie. Menit berikutnya atau 12 bab selanjutnya, penonton dibawa ke dalam cerita Julie yang lebih kompleks lagi. Mulai bagaimana ia mempertahankan hubungan asmara, mengejar karir dan mencari makna hidup. 

Dengan caara penyampaian narasi 12 babak oleh sang sutradara, Joachim Trier, membuat jalan cerita mudah dipahami dengan dialog yang terasa dekat dengan penonton sehingga tak jarang kita merasa sebagai pemeran di film itu. Namun ada hal yang sedikit disayangkan, tak jarang film ini menghadirkan penyelesaian masalah antar tokoh secara non-verbal yang mengganggu sehingga penonton harus direpotkan untuk lebih teliti dalam membaca dialog, karena sekali melewatkan beberapa scene sedikit saja maka akan terasa seperti menggantung dan membuat kita seperti kehilangan arah.
 

Renate Reinsve for the win!

Renate Reinsve dianugerahi dua kemenangan untuk aktris terbaik berkat pembawaan karakter Julie dengan begitu sempurna. Pendalaman karakter yang ia tampilkan secara mendalam berhasil membuat penonton–termasuk saya tentunya–terbawa suasana emosi yang ditampilkan.

Ketika menyaksikan setiap adegan yang ditampilkan, terkadang membuat saya turut menyamakan hal itu dengan kehidupan saya sendiri. Begitu mirip, ketika senang, sedih, frustasi, kecewa, bingung dan lain sebagainya. Bahkan setelah menton, saya merasa ada Julie di dalam diri saya.
 

Kita semua pernah menjadi the worst person in the world

‘The Worst Person in the World’ bukan hanya sekedar film, ia lebih dari itu. Sebuah media yang bisa kita jadikan bahan refleksi diri. Dalam hidup tentunya kita pernah membuat keputusan-keputusan seperti Julie. Kita pernah di fase sangat labil, sembrono dalam mengambil setiap keputusan, tidak pernah benar-benar menyelesaikan sesuatu dan berpindah-pindah dari satu hal ke hal lain. Ada adegan dimana Julie mengatakan, “I feel like never see anything through. I go from one thing to another”. Beberapa orang pasti relate dengan perkataan Julie. Namun, akhirnya ia  berhasil melewati semua kelabilan itu dan menjadi pribadi yang lebih matang. Ia berhasil menemukan apa yang ia cari dan menghantuinya selama ini.

Sama seperti kita, selama hidup tentunya kita sering kali mengambil keputusan-keputusan yang tidak begitu bijak sehingga berujung kepada penyesalan tak berujung. Namun itulah yang membuat kita menjadi manusia. Selalu bertumbuh dan berkembang

Pada akhirnya kita semua pernah menjadi the worst person in the world.