Konsep menarik yang tereksekusi dengan buruk. Story of Kale: When someone's in love

26 March 2022   |   11:37 WIB
Image
Keanu Acyuta Mahasiswa dari Polimedia Kreatif Jakarta prodi Film & Televisi.

Like
“Cinta adalah kekuatan yang tidak dapat dijinakkan. Ketika kita mencoba untuk mengendalikannya, itu menghancurkan kita. Ketika kita mencoba untuk memenjarakannya, itu memperbudak kita. Ketika kita mencoba untuk memahaminya, itu membuat kita merasa tersesat dan bingung.” Quote powerful dari novelis Brazil, Paulo Coelho yang merefleks film 'Story of Kale: When someone's in love' menururt saya. Setelah kesuksesan karakter Kale(Ardhito Pramono) di film 'Nanti kita cerita tentang hari ini'(2020), sang sutradara Angga Dwimas Sasongko dikabarkan akan membuat film Spin-off dari NKCTHI yang memfokuskan cerita Kale sebelum event di film NKCTHI. Saat Kale masih menerima cinta.

Film yang berdurasi 90 menit ini bercerita tentang Dinda(Aurélie Moeremans) yang diselamatkan oleh Kale(Ardhito Pramono) dari hubungan toxic nya dengan Argo(Arya Saloka). Dinda dan Kale menjalin hubungan yang awalnya indah dan berubah menjadi mimpi buruk baru. Dinda mulai merasa dikendalikan oleh Kale dalam hubungan mereka. Kale memaksa hubungan mereka berdua untuk berhasil. Begitu juga Dinda. Semakin lama Dinda mulai memberanikan diri untuk mengakhiri hubungan nya dengan Kale.

Opening scene menurut saya adalah salah satu bagian terpenting dalam sebuah film. Karna opening scene merupakan first impression terhadap film tersebut. Mulai dari Type of Shot yang di pakai, Me Sen Scene yang ada, Dialog-Dialog pembuka yang menarik penonton, sampai Metafora-Metafora di dalam shot. Opening scene dari Story of Kale menururt saya sangat bagus. Terlihat Full Shot dengan camera movement track in ke Kale dan Dinda yang sedang duduk lawan arah dan tidak saling berhadapan. Menunjukan bahwa mereka mempunyai pikiran yang berbeda di dalam hubungan mereka. Juga terlihat ekspresi mereka yang berbeda. Kale sedang menikmati bermain piano sendiri. Sedangkan Dinda duduk dengan ekspresi cemas. Menunjukan metafora bagaimana persis hubungan mereka. Kale menikmati hubungan mereka dengan sendiri. Sedangkan Dinda merasa terkendalikan. Dialog pembuka di film ini juga menarik. "Le, kita putus aja ya.. Aku mau kita putus." Dialog simple seperti itu menururt saya sudah bisa membuat penonton penasaran dan tertarik untuk duduk sampai film selesai. 

Ada beberapa hal yang menurut saya bagus di film ini. Seperti aktingnya. Benar-benar hebat dan layak untuk diacungi jempol. Dari semua pemeran, menururt saya yang paling menonjol dalam akting nya adalah akting dari Aurélie dan Arya(Dinda dan Argo). Visualnya? Wah bagus juga. Angga Dwimas memilih shot-shot yang menururt saya menarik. Pada dasranya, film ini membahas tentang hubungan satu sisi(One sided love). Dan itu juga yang dipikirkan kedua karakter(Setidaknya untuk Dinda). dan itu cukup menarik. Saya sangat menyukai ide filmnya, melompat ke depan dan ke belakang waktu. Tidak seperti '(500) Days of Summer' milik John Watts, melompat ke depan dan ke belakang waktu versi Story of Kale bersih dan tidak membingungkan. Tapi semua itu tergoreskan. Kenapa? ini dia masalah-masalah yang saya lihat di film ini.

Menururt saya, hubungan Kale dan Dinda sangat terburu-buru sehingga penonton tidak bisa merasakan banyak simpati terhadap mereka. Ya, mereka memberi tahu penonton apa yang telah mereka alami. Dengan cara Off Screen. Itu sangat disayangkan. Ada juga Scene yang akan terlihat lebih cocok jika dipotong. Seperti scene dimana Dinda mengungkapkan dirinya telah selingkuh. Kale berekspresi shock. Scene berganti ke masa lalu. Menurut saya eskpresi Kale diperlihatkan terlalu lama dan akan lebih cocok jika shot terrsebut lebih cepat dan langsung cut to scene masa lalu.  

Pacing editing di film ini juga sangat cepat. Sampai saya merasa film ini sangat pendek untuk film yang berdurasi 90 menit. Dan juga storytelling di film ini berasa sangat terburu-buru. Secara umum, storytelling memang seharus nya tidak boleh terburu-buru. Itu merupakan kesalahan vital menurut saya. Untuk saya, storytelling wajib menggunakan waktu nya secara perlahan-lahan. Agar tidak banyak hal yang terlewatkan atau kekurangan. 

Story of Kale di sponsori dan tayang di situs BioskopOnline.id. Seteah melihat Dinda dan teman laki-laki nya mengobrol panjang disaat yang lain tertidur di bus, Kale merasa cemburu. Dengan cepat, Kale membuka ponselnya dan memilih film di situs BioskopOnline.id. Dan tiba-tiba memutuskan untuk tidak melakukannya. Mengapa? Karena mereka hanya ingin menunjukkan kepada kita sponsor untuk film tersebut. Menurut saya ada cara yang lebih cocok untuk menunjukkan sponsor mereka. Kale dan teman-teman berencana untuk menonton film sambil di dalam perjalanan. Dan mereka memakai situs BioskopOnline.id. Agar scene tersebut terlihat mulus, bisa diperlihatkan Kale yang cemburu melihat Dinda dekat dengan teman laki-laki nya sepanjang mereka menonton film. Itu cara saya untuk menulis scene sponsor di film ini.

Dinda berkata kepada Kale, "Makasih sudah bawa aku sejauh ini dengan cinta yg kamu yakini" Saya tidak melihat cinta itu di dalam film. "Setidaknya kita pernah bahagia" Saya juga jelas tidak melihat kebahagiaan itu di dalam film. Hanya sebagian kecil. Hubungan Kale dan Dinda dimulai dari PDKT, Kale pelan-pelan menekan Dinda, dan Dinda memberanikan diri untuk lepas dari hubungan nya dengan Kale. Sama sekali tidak ada scene dimana penonton ikut merasa patah atau bersimpati kepada hubungan mereka. 

Dan untuk adegan di mana Kale sangat marah sehingga membuatnya kehilangan kendali. Alasan nya karena Argo berpamitan dengan Dinda di kamar hotel Dinda. Kenapa? Mereka bisa berpamitan di lobby hotel, Cafe, atau tempat terbuka lain nya. Kale langsung curiga setelah berpas-pasan dengan Argo di lift. Kale dengan cepat mengampiri Dinda ke kamar nya dan menuduh Dinda melakukan hal-hal aneh dengan Argo. Kale akhirnya hilang kendali. Untuk Dinda dan Argo berpamitan di kamar itu sangat aneh menurut saya. Saya mengerti bahwa tujuan mereka adalah mencoba untuk menunjukan bahwa Kale sangat berlebihan dengan kecemburuan nya. Tetapi melihat pasangan kalian dan mantan nya berdua di satu ruangan menurut saya sangat normal untuk hilang kendali. Menururt saya, mereka seharusnya memanfaatkan tempat terbuka untuk Kale hilang kendali di depan orang-orang banyak. Yang akan menunjukan bahwa Kale tidak beda jauh atau bisa jauh lebih buruk dari Argo. Dalam pandangan saya, mereka perlu menemukan cara yang lebih cocok untuk menyampaikan nya kepada penonton. Sebuah skenario yang berbeda.   

Jujur, saya tidak bisa merasa sedih menonton film ini. Saya tidak bisa melihatnya. Saya tidak mengerti mengapa saya perlu merasakan perasaan mereka. Kenapa? Yup! Itu karena mereka tidak menunjukkan nya kepada kita. Ada banyak waktu yang bisa mengisi cerita perjuangan Kale dan Dinda. Untuk memberi kita alasan kenapa kita perlu merasakan perasaan mereka. Mengapa kita perlu merasa sedih untuk Kale atau Dinda

'Story of Kale: When someone's in love' memiliki potensi dalam sinema Indonesia, Tetapi pengeksekusian adalah faktor negatif terbesar di dalam film tersebut.