Ron's Gone Wrong (2021) : Best Friend Out of the Box

22 March 2022   |   21:18 WIB

Like
Best Friend Out of the Box, merupakan slogan robot dalam film animasi besutan sutradara Sarah Smith dan Jean-Philippe Vine ini, mengangkat fenomena yang sering dialami remaja dengan balutan komedi-perualangan dan cerita yang apik. Film yang rilis pada 22 Oktober 2021 lalu di Amerika ini telah lebih dulu melangsungkan world premiere di BFI London Festival pada 9 Oktober 2021 dan mendapatkan kritik yang cukup bagus.

Ron’s Gone Wrong merupakan kisah mengenai seorang anak remaja kelas menengah dengan karakter kikuk yang mengalami kesusahan untuk berinteraksi dengan sekitarnya. Kisah bermula di mana pada saat itu sebuah perusahaan teknologi bernama Bubble menciptakan sebuah robot AI yang disebut B*Bot dan dapat menghubungkan seluruh akun social media serta menganalisa hal-hal yang anak-anak mereka sukai agar para orang tua tidak perlu khawatir lagi dengan anak mereka dalam menghadapi tantangan sosial di sekolah.
 

Photo by Disney - © Twentieth Century Studios

Photo by Disney - © Twentieth Century Studios


Cerita berpusat pada Barney Pudowski (Jack Dylan Grazer) yang mengalami kesulitan dalam mencari teman di mana semua anak memiliki B*Bot kecuali dirinya. Di hari ulang tahunnya, sang ayah yang prihatin terhadap kondisi anaknya membelikan sebuah B*Bot bernama Ron (Zach Galifianakis) yang ternyata mengalami gagal sistem setelah terjatuh dari mobil pengangkut. Membuat Ron menjadi tidak secanggih robot milik teman-temannya di sekolah, karena tidak terhubung dalam sistem Bubble Cloud.

Pada mulanya, Barney hendak mengantarkan robot tersebut kembali ke toko penjualan, hingga dia tidak sengaja bertemu dengan teman sekolahnya dan mengejek B*Bot miliknya. Tidak terima, Ron justru menyerang teman-teman Barney yang membuat mereka begitu terkejut karena sehaarusnya B*Bot tidak dapat menyerang manusia, hal ini tentu dikarenakan sistem protokol yang belum diunduh saat gagal sistem. Dari sana, Barney akhirnya mengurungkan niat untuk mengembalikan Ron dan membawanya pulang. Dia juga mengajarkan robot tersebut untuk menjadi teman pendamping agar terlihat seperti B*Bot lainnya. Dari sanalah persahabatan keduanya dimulai. Adegan-adegan konyol yang Ron lakukan demi mendapatkan teman untuk Barney pun dapat membuat penonton terhibur dengan robot menggemaskan ini.

Dari segi penokohan, film ini memiliki cukup banyak karakter yang ditampilkan, namun tidak membuat setiap karakternya hanya sekadar lewat saja. Setiap karakter memiliki sifat unik dan peran penting yang tidak membuat penonton kewalahan dalam setiap adegannya. Balutan komedi dan cerita fiksi ilmiah ringan dalam film ini sukses membuat siapa pun yang menonton terhanyut dalam alurnya. Terlebih dengan ending yang cukup mengulas air mata, namun memuaskan. Karena pada akhirnya, Barney berhasil mendapatkan teman di sekolah bahkan setelah dia tidak memiliki B*Bot miliknya kembali.

Selain itu sindiran halus dari film ini bisa kita lihat secara jelas, di mana seorang pemilik perusahan B*Bot yang terlalu mementingkan produknya untuk target pasar yang tinggi terlihat seperti perusahaan raksasa berlogo buah itu. Begitu juga dengan CEO perusahan bernama Marc Weidell yang namanya agak mirip dengan pemilik perusahaan kelas atas berlogo biru itu. Sindiran lainnya seperti adegan perundungan yang dilakukan anak-anak di sekolah juga menjadi isu yang kerap terjadi, bahkan tidak hanya dalam lingkungan sekolah saja, dalam skala global melalui social media ditonjolkan dalam film ini.

Uniknya, pembuatan film dilakukan secara daring akibat pandemi covid yang melanda belakangan ini. Walaupun begitu, tidak mengurangi kinerja para stafnya yang sukses menyelesaikan film ini dengan sentuhan yang apik, animasi yang memukau, serta plot yang baik. Selain itu, ada pelajaran yang bisa diambil dari kisah Barney dan Ron yang mengupas kehidupan remaja dalam menghadapi interaksi sosial di sekolah dengan perkembangan teknologi saat ini. Serta bagaimana peran orang tua mengatasi kondisi anak-anak mereka di zaman yang serba canggih.

Isu terhadap pengaruh teknologi terhadap anak-anak menjadi sentilan tersendiri dalam film ini. Bahwa ada dampak baik serta buruk terhadap kondisi teknologi yang telah mendominasi setiap kegiatan manusia sekarang. Begitu juga ketakutan orang tua pada anaknya dalam perkembangan teknologi yang dapat memengaruhi perkembangan anak mereka. Serta persahabatan yang dinilai lebih baik saat kalian melihatnya langsung di luar sana atau dengan cara lama ketimbang hanya mengandalkan teknologi yang terkesan banyak ilusi.

Untuk soundtrack sendiri, saya melihat masih kurang menonjol jika dibandingkan dengan film-film animasi sejenis lainnya. Walaupun begitu, film ini cocok untuk menjadi hiburan keluarga di akhir pekan.