TUBUH DAN PERMASALAHAN KOTA

17 January 2022   |   20:45 WIB
Image
Suselo Jati
Hypeabis.id

Banyaknya gedung-gedung pencakar langit di kota besar seringkali menjadi tolak ukur pembangunan. Semakin banyak gedung pencakar langit, semakin menjadi penanda bahwa kota tersebut berhasil secara ekonomi. Tidak heran jika banyak orang melihat gedung pencakar langit di kota besar mewakili kesuksesan ekonomi. Mereka akhirnya bermimpi untuk dapat mengadu nasib di kota besar tanpa memahami kapasitas persaingan. Akibatnya, mereka yang melihat kota dari sisi glamornya saja, justru seringkali terjebak permasalahan karena tidak mampu melihat sisi gelap perkotaan. Secara visual, Low Key memiliki pemaknaan mengenaik suramnya kehidupan di kota, ekspektasi orang yang bermigrasi dari desa ke kota untuk mendapatkan pekerjaan tidak sesuai dengan realita yang ada.<br />
&nbsp;
Banyaknya gedung-gedung pencakar langit di kota besar seringkali menjadi tolak ukur pembangunan. Semakin banyak gedung pencakar langit, semakin menjadi penanda bahwa kota tersebut berhasil secara ekonomi. Tidak heran jika banyak orang melihat gedung pencakar langit di kota besar mewakili kesuksesan ekonomi. Mereka akhirnya bermimpi untuk dapat mengadu nasib di kota besar tanpa memahami kapasitas persaingan. Akibatnya, mereka yang melihat kota dari sisi glamornya saja, justru seringkali terjebak permasalahan karena tidak mampu melihat sisi gelap perkotaan. Secara visual, Low Key memiliki pemaknaan mengenaik suramnya kehidupan di kota, ekspektasi orang yang bermigrasi dari desa ke kota untuk mendapatkan pekerjaan tidak sesuai dengan realita yang ada.
 
Di kota besar, kemacetan adalah hal yang dianggap wajar. Bahkan, jalanan yang padat merayap seringkali tidak dianggap sebagai sebuah kemacetan. Hal ini dikarenakan jumlah kendaraan, baik motor dan mobil, yang terus meningkat setiap tahunnya. Walaupun pemerintah sudah menyediakan transportasi, seringkali orang-orang enggan pergi ke stasiun atau halte karena alasan malas berjalan kaki. Jalan kaki menjadi sesuatu yang sulit dilakukan di kota besar, selain karena kurangnya trotoar yang memadai, persoalan keamanan, juga polusi perlu terus dihadapi.<br />
&nbsp;
Di kota besar, kemacetan adalah hal yang dianggap wajar. Bahkan, jalanan yang padat merayap seringkali tidak dianggap sebagai sebuah kemacetan. Hal ini dikarenakan jumlah kendaraan, baik motor dan mobil, yang terus meningkat setiap tahunnya. Walaupun pemerintah sudah menyediakan transportasi, seringkali orang-orang enggan pergi ke stasiun atau halte karena alasan malas berjalan kaki. Jalan kaki menjadi sesuatu yang sulit dilakukan di kota besar, selain karena kurangnya trotoar yang memadai, persoalan keamanan, juga polusi perlu terus dihadapi.
 
Munculnya ketidakadilan dan kesenjangan sosial di masyarakat yang beriringan dengan berjalannya demokrasi di Indonesia banyak menimbulkan demonstrasi. Sayangnya, tidak semua masyarakat ikut menyuarakan aspirasinya, melainkan ada sebagian yang hadir sebagai penonton. Yang miris, ketika sebagian remaja ada yang begitu aktif menyuarakan aspirasi mereka, banyak pula remaja yang sekadar menjadi penonton demonstrasi, terutama mereka yang bekerja di kota besar sebagai pekerja kantoran yang bergaji buruh alias setara Upah Minimum Regional (UMR).<br />
Dalam karya ini, mata mewakili mereka yang sekadar menjadi penonton saat melihat kesenjangan sosial, dan diam saja saat ada orang lain yang berusaha untuk tetap melakukan demonstrasi untuk mengusahakan keadilan bersama.<br />
&nbsp;
Munculnya ketidakadilan dan kesenjangan sosial di masyarakat yang beriringan dengan berjalannya demokrasi di Indonesia banyak menimbulkan demonstrasi. Sayangnya, tidak semua masyarakat ikut menyuarakan aspirasinya, melainkan ada sebagian yang hadir sebagai penonton. Yang miris, ketika sebagian remaja ada yang begitu aktif menyuarakan aspirasi mereka, banyak pula remaja yang sekadar menjadi penonton demonstrasi, terutama mereka yang bekerja di kota besar sebagai pekerja kantoran yang bergaji buruh alias setara Upah Minimum Regional (UMR).
Dalam karya ini, mata mewakili mereka yang sekadar menjadi penonton saat melihat kesenjangan sosial, dan diam saja saat ada orang lain yang berusaha untuk tetap melakukan demonstrasi untuk mengusahakan keadilan bersama.