Tarian Manganda Toraja

11 December 2021   |   06:45 WIB
Image
Agustinus Elwan
Fotografer pada Elonephotography

Indonesia adalah negeri yang tersohor akan kekayaan alam dan budayanya.<br />
<br />
Dari 1340 suku bangsa yang tinggal di Indonesia, salah satunya ada suku Toraja. Toraja adalah sebuah suku dan juga nama kota yang ada di bagian utara Sulawesi Selatan.<br />
<br />
Selain kekayaan alamnya yang akan membius siapa pun yang datang, kekayaan adat dan budaya Toraja yang seakan tak tergerus oleh arus perkembangan zaman juga menjadi daya tarik sendiri.<br />
<br />
Salah satu upacara adat di Toraja ialah rambu tuka&rsquo;. Sebuah upacara adat untuk menyambut kehidupan dan suka cita. Dalam rangkaian rambu tuka&rsquo; ada tarian manganda&rsquo;.<br />
<br />
Tari manganda&rsquo; adalah tari peninggalan nenek moyang Toraja yang berasal dari kata nondo-nondo atau loncat-loncat. Tarian ini dilakukan oleh laki-laki yang menggunakan hiasan kepala tanduk kerbau berhias koin yang melambangkan kekayaan.<br />
<br />
Diiringi dengan denting lonceng dan teriakan &lsquo;aihihihihi&rsquo; sebagai wujud suka cita dan pujian kepada Puang Matua (tuhan dalam kepercayaan Aluk Todolo&rsquo;).
Indonesia adalah negeri yang tersohor akan kekayaan alam dan budayanya.

Dari 1340 suku bangsa yang tinggal di Indonesia, salah satunya ada suku Toraja. Toraja adalah sebuah suku dan juga nama kota yang ada di bagian utara Sulawesi Selatan.

Selain kekayaan alamnya yang akan membius siapa pun yang datang, kekayaan adat dan budaya Toraja yang seakan tak tergerus oleh arus perkembangan zaman juga menjadi daya tarik sendiri.

Salah satu upacara adat di Toraja ialah rambu tuka’. Sebuah upacara adat untuk menyambut kehidupan dan suka cita. Dalam rangkaian rambu tuka’ ada tarian manganda’.

Tari manganda’ adalah tari peninggalan nenek moyang Toraja yang berasal dari kata nondo-nondo atau loncat-loncat. Tarian ini dilakukan oleh laki-laki yang menggunakan hiasan kepala tanduk kerbau berhias koin yang melambangkan kekayaan.

Diiringi dengan denting lonceng dan teriakan ‘aihihihihi’ sebagai wujud suka cita dan pujian kepada Puang Matua (tuhan dalam kepercayaan Aluk Todolo’).