Si Hijau Yang Melegenda, Dari Sumber Pendapatan Negara Hingga Pariwisata

05 December 2021   |   14:41 WIB
Image
Adhika Graha
Jalan-jalan sambil foto-foto

Like
Perkebunan Teh telah menjadi bagian penting dari Bangsa Indonesia yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakatnya itu sendiri. Tanaman ini diperkirakan masuk ke Nusantara pada tahun 1684 yang dibawa oleh Andreas Cleyer, seorang saudagar VOC, pengajar, serta ahli botani. Diawal kedatangannya Teh hanya berupa tanaman hias &amp; belum jadi komoditas yang menguntungkan saat itu. Dan baru se-abad kemudian tanaman ini mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah kolonial. Salah satu alasannya karena beberapa daerah khususnya di pulau Jawa, memiliki topografi &amp; suhu udara yang sangat cocok untuk mengembangkan tanaman ini.<br />
<br />
Tercatat pada tahun 1841, luas perkebunan Teh di pulau Jawa mencapai 2.129 hektar, lima tahun kemudian luasnya semakin bertambah menjadi 3.193 hektar. Hal ini dipengaruhi juga oleh agenda Cultuurstelsel (Tanam Paksa) yang mengharuskan Rakyat menanam Teh di tanah mereka untuk kepentingan perdagangan pemerintah kolonial. Hasil Teh dari perkebunan Nusantara sendiri pertama kali dibawa ke luar negeri pada tahun 1835 untuk diikutsertakan dalam acara pelelangan di Amsterdam. Hal ini menjadi tonggak awal yang menandai eksistensi Teh Nusantara dikancah dunia. Bahkan Teh dari tanah Jawa ini pun menjadi Teh pertama yang masuk ke pasar Eropa selain Teh asal China. Walaupun sekarang nilai ekspor Teh asal Indonesia terus menurun tiap tahunnya, tak bisa dimungkiri tanaman ini telah menjadi salah satu sumber pendapatan negara yang melegenda.<br />
<br />
Kini fungsi perkebunan Teh mulai mengalami perkembangan yang cukup berarti. Selain dimanfaatkan jadi produk yang menguntungkan, kebun Teh pun mulai banyak digunakan juga sebagai destinasi pariwisata. Salah satu contohnya objek wisata Riung Gunung di Pangalengan Kabupaten Bandung ini. Dengan menawarkan hamparan perkebunan Teh yang membentang luas &amp; berbukit-bukit, membuat objek wisata ini bisa menjadi alternatif yang layak untuk dikunjungi. Selain menjadi saksi sejarah &amp; sumber keuntungan, perkebunan Teh pun telah menjadi entitas yang akan terus melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.&nbsp;
Perkebunan Teh telah menjadi bagian penting dari Bangsa Indonesia yang keberadaannya tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakatnya itu sendiri. Tanaman ini diperkirakan masuk ke Nusantara pada tahun 1684 yang dibawa oleh Andreas Cleyer, seorang saudagar VOC, pengajar, serta ahli botani. Diawal kedatangannya Teh hanya berupa tanaman hias & belum jadi komoditas yang menguntungkan saat itu. Dan baru se-abad kemudian tanaman ini mulai mendapatkan perhatian dari pemerintah kolonial. Salah satu alasannya karena beberapa daerah khususnya di pulau Jawa, memiliki topografi & suhu udara yang sangat cocok untuk mengembangkan tanaman ini.

Tercatat pada tahun 1841, luas perkebunan Teh di pulau Jawa mencapai 2.129 hektar, lima tahun kemudian luasnya semakin bertambah menjadi 3.193 hektar. Hal ini dipengaruhi juga oleh agenda Cultuurstelsel (Tanam Paksa) yang mengharuskan Rakyat menanam Teh di tanah mereka untuk kepentingan perdagangan pemerintah kolonial. Hasil Teh dari perkebunan Nusantara sendiri pertama kali dibawa ke luar negeri pada tahun 1835 untuk diikutsertakan dalam acara pelelangan di Amsterdam. Hal ini menjadi tonggak awal yang menandai eksistensi Teh Nusantara dikancah dunia. Bahkan Teh dari tanah Jawa ini pun menjadi Teh pertama yang masuk ke pasar Eropa selain Teh asal China. Walaupun sekarang nilai ekspor Teh asal Indonesia terus menurun tiap tahunnya, tak bisa dimungkiri tanaman ini telah menjadi salah satu sumber pendapatan negara yang melegenda.

Kini fungsi perkebunan Teh mulai mengalami perkembangan yang cukup berarti. Selain dimanfaatkan jadi produk yang menguntungkan, kebun Teh pun mulai banyak digunakan juga sebagai destinasi pariwisata. Salah satu contohnya objek wisata Riung Gunung di Pangalengan Kabupaten Bandung ini. Dengan menawarkan hamparan perkebunan Teh yang membentang luas & berbukit-bukit, membuat objek wisata ini bisa menjadi alternatif yang layak untuk dikunjungi. Selain menjadi saksi sejarah & sumber keuntungan, perkebunan Teh pun telah menjadi entitas yang akan terus melekat dalam kehidupan masyarakat Indonesia.