Melihat Keberagaman di Kota Gurindam Dua Belas

31 May 2024   |   22:46 WIB
Image
Arifin Al Alamudi
Sudah 15 tahun menekuni dunia fotografi dan berhasil meraih sejumlah penghargaan fotografi

Batam memang terkenal sebagai kota bisnis dan kota terdekat dari Singapura, dan berjarak sekitar 40 menit menyeberang ke Tanjungpinang,&nbsp;Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).<br />
Jika Batam dikenal sebagai kota bisnis, Kota Tanjungpinang lebih dikenal sebagai kota budaya dengan julukan Kota Gurindam Dua Belas. Mayoritas penduduknya beretnis Melayu yang hidup berdampingan dengan etnis China. Menyusuri kota Tanjungpinang maka kita akan menemukan betapa kota ini sangat toleran dengan keberagaman.&nbsp; &nbsp;<br />
&nbsp;
Batam memang terkenal sebagai kota bisnis dan kota terdekat dari Singapura, dan berjarak sekitar 40 menit menyeberang ke Tanjungpinang, Ibu Kota Provinsi Kepulauan Riau (Kepri).
Jika Batam dikenal sebagai kota bisnis, Kota Tanjungpinang lebih dikenal sebagai kota budaya dengan julukan Kota Gurindam Dua Belas. Mayoritas penduduknya beretnis Melayu yang hidup berdampingan dengan etnis China. Menyusuri kota Tanjungpinang maka kita akan menemukan betapa kota ini sangat toleran dengan keberagaman.   
 
Di tengah kota Tanjungpinang ada satu gereja besar bernama GPIB Bethel yang dibangun pada 1883 dan menjadi salah satu peninggalan pemerintahan kolonial Belanda yang masih ada hingga saat ini.<br />
Gereja bernuansa coklat muda dan dihiasi garis-garis coklat tua ini memiliki luas kurang lebih 171 meter persegi.&nbsp;Gereja ini dulunya hanya digunakan untuk peribadatan orang-orang Belanda dan kerabatnya, serta serdadu militer Hindia-Belanda yang memeluk agama Kristen Protestan. Gereja tertua di Kepulauan Riau yang ketika diresmikan disebut De Nederlandse Hervormde Kerk te Tandjoengpinang dan kini sudah berstatus sebagai bangunan cagar budaya.&nbsp;Masyarakat Tanjungpinang lebih mengenal gereja itu dengan nama Gereja Ayam, karena di bagian puncak bangunannya terdapat patung ayam jago.
Di tengah kota Tanjungpinang ada satu gereja besar bernama GPIB Bethel yang dibangun pada 1883 dan menjadi salah satu peninggalan pemerintahan kolonial Belanda yang masih ada hingga saat ini.
Gereja bernuansa coklat muda dan dihiasi garis-garis coklat tua ini memiliki luas kurang lebih 171 meter persegi. Gereja ini dulunya hanya digunakan untuk peribadatan orang-orang Belanda dan kerabatnya, serta serdadu militer Hindia-Belanda yang memeluk agama Kristen Protestan. Gereja tertua di Kepulauan Riau yang ketika diresmikan disebut De Nederlandse Hervormde Kerk te Tandjoengpinang dan kini sudah berstatus sebagai bangunan cagar budaya. Masyarakat Tanjungpinang lebih mengenal gereja itu dengan nama Gereja Ayam, karena di bagian puncak bangunannya terdapat patung ayam jago.
Dari pelabuhan Pelantar 1 Kota Tanjungpinang, kita bisa menyeberang menaiki pompong (perahu) ke Kecamatan Senggarang, hanya 10 menit. Kawasan tersebut juga bisa dijangkau melalui jalur darat.<br />
Senggarang dikenal sebagai kawasan pecinan.&nbsp;Terdapat sangat banyak klenteng di daerah ini. Yang paling terkenal adalah Klenteng Akar karena klenteng memang dijalari akar pohon.&nbsp;Meski mayoritas etnis China, namun warga disana hidup berdampingan dengan harmonis.
Dari pelabuhan Pelantar 1 Kota Tanjungpinang, kita bisa menyeberang menaiki pompong (perahu) ke Kecamatan Senggarang, hanya 10 menit. Kawasan tersebut juga bisa dijangkau melalui jalur darat.
Senggarang dikenal sebagai kawasan pecinan. Terdapat sangat banyak klenteng di daerah ini. Yang paling terkenal adalah Klenteng Akar karena klenteng memang dijalari akar pohon. Meski mayoritas etnis China, namun warga disana hidup berdampingan dengan harmonis.
Di Kota Tanjungpinang juga terdapat vihara besar bernama Ksitigarbha Bodhisattva atau lebih familiar disebut Vihara Patung Seribu.<br />
Terletak di Jalan Asia Afrika KM.14, vihara ini dibangun pada 2004. Setelah melewati 12 tahun masa pembangunan, pada 2016 vihara ini mulai dibuka untuk umum.&nbsp;Terdapat sejumlah&nbsp;patung yang merupakan sumbangan dari para jamaah. Satu orang bisa menyumbang uang untuk satu patung. Maka dari itu di bagian bawah patung terdapat batu berbentuk persegi yang dipahat dengan aksara China bertuliskan nama orang yang menyumbang uang untuk patung tersebut.
Di Kota Tanjungpinang juga terdapat vihara besar bernama Ksitigarbha Bodhisattva atau lebih familiar disebut Vihara Patung Seribu.
Terletak di Jalan Asia Afrika KM.14, vihara ini dibangun pada 2004. Setelah melewati 12 tahun masa pembangunan, pada 2016 vihara ini mulai dibuka untuk umum. Terdapat sejumlah patung yang merupakan sumbangan dari para jamaah. Satu orang bisa menyumbang uang untuk satu patung. Maka dari itu di bagian bawah patung terdapat batu berbentuk persegi yang dipahat dengan aksara China bertuliskan nama orang yang menyumbang uang untuk patung tersebut.
Destinasi Wisata Favorit di Kota Tanjungpinang adalah Pulau Penyengat yang berjarak kurang lebih 1,8 km dari pusat kota. Pulau ini berukuran panjang 2.000 meter dan lebar 850 meter, dengan jumlah penduduk 2.500 jiwa. Pulau ini dapat ditempuh dari pusat Kota Tanjungpinang dengan menggunakan perahu bermotor atau lebih dikenal&nbsp;pompong&nbsp;yang memerlukan waktu tempuh kurang lebih 15 menit.<br />
Di pulau ini terdapat berbagai peninggalan bersejarah yang di antaranya adalah&nbsp;Masjid Raya Sultan Riau&nbsp;yang terbuat dari putih telur, makam-makam para Yang Di-Pertuan Muda Kerajaan Johor-Pahang-Riau-Lingga, dua diantaranya yaitu makam dari pahlawan nasional Raja Haji Fisabilillah dan Raja Ali Haji (Bapak Bahasa), terdapat juga kompleks Istana Kantor dan benteng pertahanan di Bukit Kursi serta Balai Adat Melayu Kepulauan Riau.
Destinasi Wisata Favorit di Kota Tanjungpinang adalah Pulau Penyengat yang berjarak kurang lebih 1,8 km dari pusat kota. Pulau ini berukuran panjang 2.000 meter dan lebar 850 meter, dengan jumlah penduduk 2.500 jiwa. Pulau ini dapat ditempuh dari pusat Kota Tanjungpinang dengan menggunakan perahu bermotor atau lebih dikenal pompong yang memerlukan waktu tempuh kurang lebih 15 menit.
Di pulau ini terdapat berbagai peninggalan bersejarah yang di antaranya adalah Masjid Raya Sultan Riau yang terbuat dari putih telur, makam-makam para Yang Di-Pertuan Muda Kerajaan Johor-Pahang-Riau-Lingga, dua diantaranya yaitu makam dari pahlawan nasional Raja Haji Fisabilillah dan Raja Ali Haji (Bapak Bahasa), terdapat juga kompleks Istana Kantor dan benteng pertahanan di Bukit Kursi serta Balai Adat Melayu Kepulauan Riau.
Kota Tanjungpinang juga memiliki&nbsp;permainan tradisional yang bisa ditemui di Pulau Penyengat, namanya Gasing atau dalam bahasa melayu disebut Gaseng. Anak-anak di Pulau Penyengat mahir memainkan permainan ini. Berbagai tradisi dan kebudayaan di Kota Tanjungpinang ini akan membuat kita belajar bahwa perbedaan bisa hidup berdampingan.<br />
<br />
Editor : Yayus Yuswoprihanto
Kota Tanjungpinang juga memiliki permainan tradisional yang bisa ditemui di Pulau Penyengat, namanya Gasing atau dalam bahasa melayu disebut Gaseng. Anak-anak di Pulau Penyengat mahir memainkan permainan ini. Berbagai tradisi dan kebudayaan di Kota Tanjungpinang ini akan membuat kita belajar bahwa perbedaan bisa hidup berdampingan.

Editor : Yayus Yuswoprihanto