Geosite Batu Runcing Sawahlunto, Warisan Dunia Berusia 299 Juta Tahun

18 March 2024   |   11:37 WIB

Wisatawan mengunjungi situs geologi Batu Runcing di kawasan Geopark Sawahlunto, Kota Sawahlunto, Sumatra Barat. Situs Batu Runcing tersebut menjadi ikon baru Kota Sawahlunto karena telah ditetapkan menjadi warisan dunia dari UNESCO. 
Wisatawan mengunjungi situs geologi Batu Runcing di kawasan Geopark Sawahlunto, Kota Sawahlunto, Sumatra Barat. Situs Batu Runcing tersebut menjadi ikon baru Kota Sawahlunto karena telah ditetapkan menjadi warisan dunia dari UNESCO. 
Untuk diketahui, Batu Runcing merupakan satu dari 22 geosite di Sawahlunto. Batu Runcing merupakan batu gamping atau sedimen yang tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3). Pada 299 juta tahun lalu kawasan Batu Runcing merupakan laut kemudian terjadi sedimen yang muncul ke permukaan. 
Untuk diketahui, Batu Runcing merupakan satu dari 22 geosite di Sawahlunto. Batu Runcing merupakan batu gamping atau sedimen yang tersusun dari kalsium karbonat (CaCO3). Pada 299 juta tahun lalu kawasan Batu Runcing merupakan laut kemudian terjadi sedimen yang muncul ke permukaan. 
Saat berada ke Batu Runcing ini, pengunjung akan disuguhi dengan pemandangan yang indah karena posisi Batu Runcing ini dikelilingi oleh bukit barisan. 
Saat berada ke Batu Runcing ini, pengunjung akan disuguhi dengan pemandangan yang indah karena posisi Batu Runcing ini dikelilingi oleh bukit barisan. 
Pemko Sawahlunto mencatat semenjak Batu Runcing dikenal dan muncul sebagai objek wisata baru di Sumbar, pengunjung yang datang tidak hanya dari masyarakat di Sumbar, tapi juga dari Pulau Jawa. Setidaknya sekitar 4.000 wisatawan telah melihat Batu Runcing secara langsung sejak dibuka satu bulan lebih.<br />
<br />
Editor : Yayus Yuswoprihanto
Pemko Sawahlunto mencatat semenjak Batu Runcing dikenal dan muncul sebagai objek wisata baru di Sumbar, pengunjung yang datang tidak hanya dari masyarakat di Sumbar, tapi juga dari Pulau Jawa. Setidaknya sekitar 4.000 wisatawan telah melihat Batu Runcing secara langsung sejak dibuka satu bulan lebih.

Editor : Yayus Yuswoprihanto