Tumbler Bambu
18 August 2021 |
18:48 WIB
1
Like
Like
Like
Pekerja menyelesaikan pembuatan tumbler atau wadah minuman dengan kemasan luar berbahan bambu di studio produksi Indonesian Bamboo Community (IBC), Jalan Melong Asih, Kota Cimahi. Semula IBC memproduksi alat musik berbahan bambu, namun saat pandemi produksi dialihkan pada pembuatan tumbler seiring menurunnya permintaan alat musik bambu.
Mengandalkan bahan baku jenis Bambu Tali atau Bambu Apus, dalam bahasa Latin disebut Gigantochloa apus, produksi tumbler bambu dengan volume 500 ml ini dijual dengan harga antara Rp 100 ribu hingga Rp 250 ribu. Dalam satu bulan, rata-rata produksi mampu menghasilkan sebanyak 250 buah dengan sebaran konsumen di Bandung, Jakarta, Surabaya, Kalimantan hingga Bali.
Prinsip eco-friendly diterapkan oleh IBC dalam memproduksi wadah minuman yang diberi merek Virageawie ini. Budaya masyarakat untuk menjalani hidup nol sampah, menjadi alasan terciptanya inovasi stainless tumbler yang dibalut dengan kemasan bambu. Selain untuk tampil beda menggunakan wadah minuman dengan ciri khas bambu Indonesia, konsumen dapat mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai.
Mengandalkan bahan baku jenis Bambu Tali atau Bambu Apus, dalam bahasa Latin disebut Gigantochloa apus, produksi tumbler bambu dengan volume 500 ml ini dijual dengan harga antara Rp 100 ribu hingga Rp 250 ribu. Dalam satu bulan, rata-rata produksi mampu menghasilkan sebanyak 250 buah dengan sebaran konsumen di Bandung, Jakarta, Surabaya, Kalimantan hingga Bali.
Prinsip eco-friendly diterapkan oleh IBC dalam memproduksi wadah minuman yang diberi merek Virageawie ini. Budaya masyarakat untuk menjalani hidup nol sampah, menjadi alasan terciptanya inovasi stainless tumbler yang dibalut dengan kemasan bambu. Selain untuk tampil beda menggunakan wadah minuman dengan ciri khas bambu Indonesia, konsumen dapat mengurangi penggunaan kemasan plastik sekali pakai.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.