Ambisi Jepang Ingin Geser Hong Kong sebagai Hub Seni Asia
08 May 2021 |
21:02 WIB
Jepang saat ini sedang mempersiapkan diri untuk menjadi pusat perdagangan karya seni di Asia menyusul pelonggaran aturan pajak untuk mendorong kegiatan pameran dan galeri di area bebas pajak.
Upaya Tokyo ini dilakukan saat Hong Kong, pasar seni terbesar di kawasan Asia dan pusat global di antara New York dan London, menghadapi undang-undang keamanan nasional yang mengancam disrupsi pada ekspresi kreatif.
"Perubahan ini [di Jepang] akan mengundang antusiasime tinggi terhadap dunia seni, khususnya di kalangan kolektor," Marc Glimcher, kepala eksekutif Pace Gallery, salah satu galeri besar yang berbasis di New York, kepada Nikkei Asia dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Glimcher mengutip kehadiran Jepang yang berkembang pesat di dunia seni pada akhir 1980-an, ketika banyak karya mewah dibeli oleh pebisnis Jepang yang berada di tengah-tengah gelembung ekonomi.
Dia memuji deregulasi Tokyo, yang pada bulan Februari mengizinkan kegiatan galeri seni, lelang, dan pameran seni di daerah pabean tanpa prosedur impor dan pembayaran bea dan pajak.
Seluruh transaksi yang terjadi dari kegiatan ini dapat mencapai jutaan dolar untuk karya-karya bernilai tinggi.
Pajak wajib dikenakan jika karya seni dibeli dan dikirim ke Jepang di luar zona pelabuhan bebas bea dan hanya dapat dibebaskan dari pajak jika pengiriman dilakukan di area tersebut.
Katsura Yamaguchi, rumah lelang Christie's di Jepang, juga berpikir perubahan itu akan memicu pameran seni asing di negara tersebut, meskipun perusahaan yang berbasis di Inggris itu tidak berencana mengadakan lelang di Jepang.
Adapun, penjualan global seni dan barang antik mencapai US$50,1 miliar pada tahun 2020, turun dari capaian 2019 karena pandemi COVID-19, menurut Art Basel dan UBS Global Art Market Report yang diluncurkan pada bulan Maret.
Penjualan di daratan China menyumbang 20?ri pasar global, didorong oleh kolektor kaya dan perdagangan di Hong Kong, yang menjadi tuan rumah pameran terbesar di dunia, Art Basel.
Belakangan ini, pasar seni di Jepang digadang-gadang memiliki potensi untuk berkembang.
Negara itu menempati urutan ketiga setelah AS dan China, menurut laporan pasar seni, dan juga merupakan tujuan populer bagi turis asing dengan 31,9 juta pengunjung luar negeri pada 2019.
Ketegangan politik yang terjadi di Hong Kong selama beberapa tahun terakhir dilaporkan sejauh ini tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pasar seni selain dari swasensor (self-censorship) atas apa yang ditampilkan secara publik.
Yamaguchi mengatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan seperti Hong Kong dalam menjembatani artis, dealer, dan pelanggan sangatlah menantang.
Dia menyarankan agar Jepang juga mempertimbangkan perubahan pada sistem pajak warisannya.
Memfasilitasi kesepakatan seni dengan kebijakan cukai memang bermanfaat, tapi perlu terlebih dahulu membuat fondasi seni yang solid di negara sendiri.
"Misalnya dengan membuka cabang museum yang dikenal secara global, seperti bagaimana kota Bilbao di Spanyol memiliki Guggenheim, tidak hanya dapat menarik wisatawan tetapi juga orang-orang yang terlibat dalam seni," kata Yamaguchi.
Editor: Indyah Sutriningrum
Upaya Tokyo ini dilakukan saat Hong Kong, pasar seni terbesar di kawasan Asia dan pusat global di antara New York dan London, menghadapi undang-undang keamanan nasional yang mengancam disrupsi pada ekspresi kreatif.
"Perubahan ini [di Jepang] akan mengundang antusiasime tinggi terhadap dunia seni, khususnya di kalangan kolektor," Marc Glimcher, kepala eksekutif Pace Gallery, salah satu galeri besar yang berbasis di New York, kepada Nikkei Asia dalam sebuah wawancara baru-baru ini.
Glimcher mengutip kehadiran Jepang yang berkembang pesat di dunia seni pada akhir 1980-an, ketika banyak karya mewah dibeli oleh pebisnis Jepang yang berada di tengah-tengah gelembung ekonomi.
Dia memuji deregulasi Tokyo, yang pada bulan Februari mengizinkan kegiatan galeri seni, lelang, dan pameran seni di daerah pabean tanpa prosedur impor dan pembayaran bea dan pajak.
Seluruh transaksi yang terjadi dari kegiatan ini dapat mencapai jutaan dolar untuk karya-karya bernilai tinggi.
Pajak wajib dikenakan jika karya seni dibeli dan dikirim ke Jepang di luar zona pelabuhan bebas bea dan hanya dapat dibebaskan dari pajak jika pengiriman dilakukan di area tersebut.
Katsura Yamaguchi, rumah lelang Christie's di Jepang, juga berpikir perubahan itu akan memicu pameran seni asing di negara tersebut, meskipun perusahaan yang berbasis di Inggris itu tidak berencana mengadakan lelang di Jepang.
Museo Guggenheim de Bilbao (Photo by Jorge Fernández Salas on Unsplash)
Adapun, penjualan global seni dan barang antik mencapai US$50,1 miliar pada tahun 2020, turun dari capaian 2019 karena pandemi COVID-19, menurut Art Basel dan UBS Global Art Market Report yang diluncurkan pada bulan Maret.
Penjualan di daratan China menyumbang 20?ri pasar global, didorong oleh kolektor kaya dan perdagangan di Hong Kong, yang menjadi tuan rumah pameran terbesar di dunia, Art Basel.
Belakangan ini, pasar seni di Jepang digadang-gadang memiliki potensi untuk berkembang.
Negara itu menempati urutan ketiga setelah AS dan China, menurut laporan pasar seni, dan juga merupakan tujuan populer bagi turis asing dengan 31,9 juta pengunjung luar negeri pada 2019.
Ketegangan politik yang terjadi di Hong Kong selama beberapa tahun terakhir dilaporkan sejauh ini tidak memberikan dampak yang signifikan terhadap pasar seni selain dari swasensor (self-censorship) atas apa yang ditampilkan secara publik.
Yamaguchi mengatakan bahwa untuk mencapai kesuksesan seperti Hong Kong dalam menjembatani artis, dealer, dan pelanggan sangatlah menantang.
Dia menyarankan agar Jepang juga mempertimbangkan perubahan pada sistem pajak warisannya.
Memfasilitasi kesepakatan seni dengan kebijakan cukai memang bermanfaat, tapi perlu terlebih dahulu membuat fondasi seni yang solid di negara sendiri.
"Misalnya dengan membuka cabang museum yang dikenal secara global, seperti bagaimana kota Bilbao di Spanyol memiliki Guggenheim, tidak hanya dapat menarik wisatawan tetapi juga orang-orang yang terlibat dalam seni," kata Yamaguchi.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.