Bung Karno memberikan pidato sambutan pada Rapat Raksasa di Solo, Jawa Tengah, 17 Mei 1947 (Sumber gambar: ANRI)

Mengenal Sarinah, Sosok Pengasuh Bung Karno saat Kecil

27 July 2022   |   07:08 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Like
Gedung Sarinah yang telah berganti wajah menyimpan banyak sejarah. Nama Sarinah sendiri diambil dari nama pengasuh Presiden Soekarno semasa kecil. Kesan mendalam tentang kebesaran jiwa Sarinah menginspirasi Bung Karno untuk menyematkan nama sang pengasuh sebagai gedung pusat perbelanjaan pertama dan terbesar di Indonesia.

Meski namanya populer, tak sedikit orang yang belum mengetahui tentang sosok Sarinah. Guruh Soekarnoputra, putra bungsu Bung Karno dari pernikahannya dengan Fatmawati, mengungkapkan Sarinah adalah seorang pengasuh yang berasal dari desa, yang sosoknya bersahaja.

"Walaupun bapak tidak pernah bilang, tapi saya rasa Mbok Sarinah itu orang buta huruf, bukan orang sekolahan. Tapi karena Mbok Sarinah lah, Bung Karno diperkenalkan dengan kehidupan di dunia ini terutama di Indonesia saat itu masih dalam masa penjajahan," katanya di acara pemutaran film Mbok dan Bung, di Djakarta Theater XXI, baru-baru ini.

Baca juga: Intip Cerita Marissa Anita Perankan Sarinah dalam Film Mbok dan Bung

Dari sosok Mbok Sarinah lah, Bung Karno dapat merasakan betapa sengsaranya kehidupan rakyat yang disebabkan oleh penjajahan pada masa itu. Menurut Guruh, masa itu penjajah selalu mengerdilkan orang-orang Indonesia yang menjadi jajahannya atau yang juga dikenal dengan sebutan marhaenisme.

Marhaenisme adalah ideologi yang menentang segala bentuk penindasan manusia atas manusia dan bangsa atas bangsa. Ideologi ini dikembangkan oleh Bung Karno dari pemikiran Marxisme yang diterapkan sesuai dengan natur dan kultur Indonesia.

"Mbok Sarinah itulah seorang marhaen, orang yang terjajah dan tidak bisa menaikkan derajat hidupnya," imbuh Guruh.

Menjadi Judul Buku Karangan Bung Karno
Sebelum diabadikan menjadi nama gedung pusat perbelanjaan  pertama di Indonesia, nama Mbok Sarinah telah lebih dulu muncul menjadi judul buku karangan Bung karno yang berjudul Sarinah: Kewajiban Wanita dalam Perjuangan Republik Indonesia yang pertama kali diterbitkan pada 1947.

"Saya namakan kitab ini Sarinah sebagai tanda terima kasih saya kepada pengasuh saya ketika saya masih kanak-kanak. Pengasuh saya itu bernama Sarinah. Dia 'mbok' saya. Dari dia, saya banyak mendapat pelajaran mencintai 'orang kecil'. Dia sendiri pun 'orang kecil', tapi budinya selalu besar!" demikian kutipan buku tersebut.

Baca juga: Film Pendek Mbok & Bung, Kisahkan Bung Karno Kecil dan Pengasuhnya

Melalui bukunya itu, Bung Karno mengkritisi sikap kebanyakan laki-laki yang kerap memandang perempuan sebagai kelompok yang terbelakang. Di satu sisi dianggap sebagai dewi, namun di sisi lain tak jarang dianggap bodoh.

Meskipun tidak mendukung gerakan feminisme yang kelewat batas di Eropa saat itu, Bung Karno beranggapan bahwa penting bagi para wanita untuk mengambil bagian dalam pembangunan Indonesia.

Kepada Sarinah-Sarinah masa kini, Bung Karno lantang berpesan, "Hai wanita-wanita Indonesia, jadilah wanita revolusioner. Tiada evolusi revolusioner, jika tiada wanita revolusioner," tulisnya.

Editor: Fajar Sidik 
1
2


SEBELUMNYA

Ramai-Ramai Patenkan Citayam Fashion Week, Apa Itu HAKI?

BERIKUTNYA

Calon Kreator Konten Merapat! Kuy Ikutan Kelas Podcast Gratis dari Noice

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: