Ilustrasi (Sumber gambar: Fracois Le Nguyen/Unsplash)

5 Fakta Limbah Fesyen yang Perlu Kalian Tahu

22 April 2022   |   16:00 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Jumlah garmen yang diproduksi setiap tahun telah meningkat dua kali lipat sejak tahun 2000 dan melampaui 100 miliar ton untuk pertama kalinya pada 2014. Diperkirakan 92 juta ton limbah tekstil dihasilkan setiap tahun dari industri fesyen dan setiap detik, setara dengan satu truk sampah tekstil ditimbun atau dibakar secara global.

Dunia fesyen yang terkesan gemerlap rupanya memiliki sisi lain yang jarang terlihat. UN Conference of Trade and Development (UNCTD) 2019 mengungkap, fesyen adalah industri paling berpolusi kedua di dunia, setelah industri perminyakan dengan sepuluh persen emisi karbon yang memengaruhi krisis iklim.

Bahkan, jumlah emisi karbon dari industri fesyen lebih besar daripada total emisi yang dihasilkan dari gabungan industri jasa pengiriman dan penerbangan. Ini berarti industri fashion berperan besar dalam mendorong terjadinya perubahan iklim. 

Jika dibiarkan, masalah ini akan menjadi beban generasi selanjutnya sehingga perlu adanya dorongan untuk meningkatkan kesadaran terkait pentingnya mengambil langkah dan berkolaborasi untuk memperlambat perubahan iklim.

Saat ini sudah banyak kampanye yang digalakkan terkait gerakan perlambatan perubahan iklim, salah satunya The Partnership for Governance Reform atau KEMITRAAN yang menggagas gerakan Generasi Nol Emisi. 

Di samping mencari solusi, kita juga perlu memahami fakta-fakta terkait limbah tekstil serta cara untuk melakukan diet baju dan produk fesyen.

Simak fakta penting tentang limbah tekstil berikut ini seperti disampaikan Program Director for Sustainable Governance Strategic KEMITRAAN Dewi Rizki dan Runner Up Pertama Putri Indonesia Bengkulu 2022 Dinda Ayudita.
 

1. Berbagai rupa limbah fesyen

Limbah tekstil terdiri dari berbagai bentuk seperti limbah cairan. Adapun,  dua puluh persen limbah cairan di dunia berasal dari industri tekstil. Pewarnaan tekstil menjadi polutan air terbesar kedua di dunia, karena sisa air dari proses pewarnaan sering kali dibuang ke selokan dan sungai. Limbah ini mengandung zat-zat sisa pewarna kimia sintetis yang berbahaya bagi lingkungan.

Limbah tekstil juga bisa berupa sisa kain dari produksi pakaian di pabrik berskala kecil dan besar, serta pakaian tak terpakai yang kita buang. Masalahnya, sejumlah bahan pakaian tidak mudah terurai secara alami. 

Contohnya, polyester dan nilon, yang membutuhkan waktu antara 20-200 tahun hingga bisa terurai. Meski begitu, ada juga pakaian dari bahan kain bisa terurai secara alami, misalnya katun, terutama yang 100 persen.  Katun bisa terurai dalam hitungan minggu hingga lima bulan, sedangkan bahan linen bisa terurai dalam dua pekan.
 

2. Dampak limbah tekstil pada krisis iklim

Emisi karbon dari industri fesyen terjadi di tiap rantai pasokan. 70 persen emisi berasal dari kegiatan di hulu, seperti produksi dan pemrosesan bahan mentah.

Tidak hanya itu, dampak industri ini terhadap krisis iklim juga terkait dengan air, bahan kimia, penggundulan hutan, limbah tekstil, serta mikroplastik dari serat tekstil yang tidak dapat terurai secara alami.

Industri ini juga menyerap sumber daya air dalam jumlah banyak. Misalnya pada produksi satu potong celana denim yang membutuhkan 7.500 liter air, jumlah yang sama untuk konsumsi manusia selama tujuh tahun.
 

3. Andil besar fast fashion

Dari tahun ke tahun konsumsi produk pakaian terus meningkat. Salah satu penyebabnya adalah budaya fast fashion yang memproduksi berbagai model dalam waktu sangat singkat, serta menggunakan bahan baku yang buruk dan murah. 
 
1
2


SEBELUMNYA

Garmin Rilis Smartwatch untuk Para Penyelam, Begini Fitur & Harganya

BERIKUTNYA

Hati-hati, Ini Tanda Baterai iPhone yang Bocor & Rusak 

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: